Kenali Infeksi Saluran Pernapasan Akibat Polusi Udara

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   26 Mei 2019
Kenali Infeksi Saluran Pernapasan Akibat Polusi UdaraKenali Infeksi Saluran Pernapasan Akibat Polusi Udara

Halodoc, Jakarta - Mungkin kamu pernah mendengar bahwa Jakarta ditetapkan sebagai kota dengan tingkat polusi paling tinggi di Asia Tenggara. Polusi itu terjadi akibat jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak, proyek pembangunan hingga dampak dari pembangkit listrik tenaga uap yang ada di sekitar Jakarta. Melansir CNN  Indonesia, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal tahun 2016 melaporkan terdapat 58,3 persen warga Jakarta yang mengidap penyakit akibat pencemaran udara. Salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan.

Baca Juga: Sering Kena Angin Malam, Benarkah Rentan Alami Paru-Paru Basah?

Meski kenyataannya infeksi saluran pernapasan terjadi karena infeksi bakteri atau virus, tetapi bahan beracun dalam udara bisa memperburuk organ pernapasan kita. Polutan penyebab infeksi saluran napas tersebut misalnya adalah karbon monoksida, partikulat, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.

Infeksi saluran pernapasan ini muncul dan menyebabkan seseorang tidak bisa bernapas dengan baik. Biasanya penyakit ini menyerang seseorang mulai dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Parahnya, infeksi saluran pernapasan dapat dengan mudah menular kepada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah.

Baca Juga: BBM di Indonesia Bikin Polusi Udara Semakin Enggak Sehat

Gangguan Pernapasan Lain yang Bisa Muncul Akibat Polusi Udara

Tidak hanya menyebabkan infeksi saluran napas, beberapa gangguan kesehatan pernapasan bisa terjadi lantaran kualitas udara yang buruk, di antaranya:

  • Bronchopneumonia dan COPD, chronic obstructive pulmonary disease (penyempitan saluran pernapasan)

Kebanyakan kasus Bronchopneumonia dialami oleh anak-anak. Hal ini biasanya terjadi karena virus yang 'bersembunyi' dalam polusi udara yang masuk pada saluran pernapasan. Mereka yang mengalami penyakit itu merasa kesulitan dan nyeri pada saat bernapas, napas yang berbunyi, dan gerakan yang tidak normal di area dada.

  • Pneumonia

Akibat polusi udara, penyakit pneumonia bisa muncul lantaran adanya infeksi yang memicu inflamasi pada salah satu atau kedua kantong paru-paru. Biasanya pengidap penyakit ini mengalami pembengkakan paru-paru yang berisi cairan. Saat mengidap penyakit ini, maka muncul gejala seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas.

Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan lansia juga dapat mengalaminya. Mereka yang mengidap penyakit ini tidak dianjurkan untuk keluar malam naik motor atau langsung terkena angin malam. Hal tersebut diduga karena keluarnya gas karbondioksida yang tinggi di malam hari serta suhu yang dingin.

  • Asma atau Asthmatic bronchiale

Selain infeksi saluran pernapasan, penyakit asma bisa terjadi akibat pencemaran udara. Penyakit yang menyerang secara tiba-tiba itu terjadi karena peradangan paru-paru yang diakibatkan oleh udara tercemar yang dihirup seseorang. Gejala yang muncul adalah sesak napas, suara berderak saat menghembuskan napas, batuk kering, dan perasaan menyempit pada otot dada.

Tidak hanya karena pencemaran udara, fungsi paru-paru bisa menurun seiring bertambahnya usia. Organ ini menjadi kurang lentur dan kehilangan kekuatannya sehingga membuat sulit bernapas. Namun, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan paru, yaitu:

  • Berhenti merokok atau menghirup asap rokok.
  • Rutin berolahraga.
  • Lakukan latihan pernapasan.
  • Selalu jaga kebersihan diri semisal mencuci tangan dengan sabun.

Baca Juga: Hidup Lebih Sehat dengan Menjaga Kesehatan Paru-paru

Itulah gangguan pernapasan yang bisa muncul karena polusi udara. Jika ada masalah  kesehatan ain yang ingin kamu tanyakan, coba hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini membuat kamu lebih mudah dalam bertanya jawab dengan dokter seputar kesehatan. Tunggu apa lagi? Segera download aplikasi Halodoc di ponsel kamu sekarang!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan