Ketahui 5 Faktor Penyebab Emotional Eater dan Cara Mengatasinya
“Faktor penyebab emotional eater di antaranya stres emosional, kondisi lingkungan, dan kurangnya keterampilan koping. Atasi kondisi ini dengan mencari alternatif untuk menghadapi emosi, menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan makan sehat, dan mengembangkan keterampilan koping.”

Halodoc, Jakarta – Emotional eating atau makan emosional adalah suatu kondisi saat seseorang cenderung mengonsumsi makanan sebagai respon terhadap perasaan atau emosi yang tidak menyenangkan. Tidak jarang seseorang mencari hiburan dengan makan ketika sedang stres, sedih, cemas, atau bosan.
Namun, bila perilaku ini menjadi kebiasaan dan mengganggu keseimbangan pola makan, akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan obesitas. Untuk mengatasi masalah emotional eating, penting untuk memahami penyebab dan menggunakan strategi yang tepat.
Faktor Penyebab Emotional Eater dan Cara Mengatasinya
Berikut adalah beberapa faktor penyebab dan cara mengatasinya.
1. Stres Emosional
Makan memberikan sensasi sementara yang dapat mengurangi stres. Namun, begitu makanan habis, masalah emosional yang mendasarinya tetap ada. Untuk mengatasi stres emosional, penting untuk menemukan cara alternatif untuk mengatasi emosi, seperti meditasi, olahraga, atau terapi.
2. Kondisi Lingkungan
Lingkungan juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya emotional eater. Ketika orang terbiasa hidup di lingkungan di mana makanan berfungsi sebagai kenyamanan atau penghargaan, mereka lebih rentan terhadap kebiasaan makan emosional.
Contohnya saja, jika keluarga atau teman sering menggunakan makanan untuk merayakan atau mengatasi stres, orang yang terkena mungkin mengadopsi kebiasaan makan yang sama. Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung makan sehat.
3. Kurangnya Koping Skills
Beberapa orang mungkin tidak memiliki keterampilan koping yang efektif untuk menghadapi emosi negatif. Makan bisa menjadi cara yang mudah dan cepat untuk mengatasi perasaan tersebut. Namun, ini hanya memberikan kelegaan sementara dan tidak menyelesaikan akar masalahnya.
Mempelajari strategi koping yang sehat, seperti berbicara dengan seseorang yang kamu percayai, membuat jurnal aktivitas sehari-hari, atau meluangkan waktu untuk diri sendiri dapat membantu mengatasi makan emosional.
4. Rasa Lapar Emosional
Terkadang, seseorang bisa keliru membedakan rasa lapar fisik dengan rasa lapar emosional. Mereka mungkin merasa lapar ketika mereka bosan, kesepian, atau sedih.
Saat kamu menjadi lebih sadar akan perasaan ini, kamu bisa menghindari makan emosional. Sebelum mengonsumsi makanan, tanyakan pada diri sendiri apakah rasa lapar itu berasal dari fisik atau mental.
5. Mengembangkan Kebiasaan Makan yang Sehat
Cara nomor satu untuk mengatasi emotional eater adalah dengan mengembangkan kebiasaan makan yang sehat secara umum. Ini membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang, menghindari makan berlebihan atau makan yang tidak sehat, dan mempertahankan kebiasaan makan yang teratur.
Jika kamu ingin menerapkan pola makan sehat, bisa juga membaca artikel mengenai Penting Dicatat, Ini 5 Tips Terapkan Pola Makan Sehat.
Untuk mengatasi emotional eater, kesadaran diri adalah kunci terpenting. Dengan memahami penyebab yang mendasarinya dan mengambil langkah yang tepat, kamu bisa mengendalikan kebiasaan emotional eater. Ingatlah bahwa makanan harus menjadi sumber makanan dan kenikmatan, bukan pelarian dari emosi negatif.
Mengatasi emotional eater tidak mudah dan membutuhkan kesabaran dan disiplin diri. Jika kamu mengalami kesulitan serius, penting untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau ahli gizi. Mereka bisa membantu kamu untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya dan memberikan strategi yang lebih spesifik untuk memecahkan masalah ini.
Jika kamu mengalami masalah terkait dengan kebiasaan makan, kamu bisa berkonsultasi secara langsung dengan psikolog atau ahli gizi melalui Halodoc. Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan kebutuhan vitamin dan suplemen untuk meningkatkan imunitas jika perlu.
Yuk, download aplikasinya sekarang juga!
