Lonjakan Kasus COVID‑19 di Asia Tenggara, Merebak di Singapura dan Thailand
Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di Singapura dan Thailand. Tetap waspada untuk jaga kesehatan.

DAFTAR ISI
- Kasus COVID-19 di Singapura
- Kasus COVID-19 di Thailand
- Waspadai Cara Penularan Covid-19
- Apa yang Perlu Dilakukan saat Terinfeksi Covid-19?
- Pencegahan Penularan Virus Covid-19
- Kapan Harus ke Dokter?
Lonjakan kasus COVID‑19 kembali mewarnai Asia Tenggara sepanjang akhir April hingga pertengahan Mei 2025.
Data resmi menunjukkan Singapura mengalami kenaikan tajam, sementara Thailand, yang sempat menyusul, mulai menunjukkan tanda perlambatan.
Varian turunan JN.1 (khususnya LF.7 dan NB.1.8) menjadi benang merah di kedua negara ini. Pahami penyebab terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Asia Tenggara, serta bagaimana keadaan terkini yang ada di Indonesia.
Selain itu, ketahui apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi realita yang terjadi saat ini.
Kasus COVID-19 di Singapura: 14 Ribu Kasus dalam Sepekan
Kementerian Kesehatan Singapura mencatat setidaknya ada 14.200 kasus selama periode 27 April–3 Mei 2025, melonjak 28 % daripada pekan sebelumnya yang berjumlah 11.100.
Rata‑rata pasien rawat inap harian ikut naik dari 102 menjadi 133, meski pasien ICU turun tipis dari 3 menjadi 2 per hari.
Lantas, apa yang menjadi penyebabnya?
Jadi, ada beberapa faktor yang mendasari kenaikan COVID-19 di Singapura. Pertama, dominasi varian LF.7 dan NB.1.8.
Kondisi ini dipengaruhi oleh kekebalan populasi yang menurun, sebab banyak warga belum mendapatkan booster selama lebih dari 12 bulan.
Selain itu, mobilitas tinggi akibat libur panjang dan berbagai acara publik di Singapura. Pemerintah belum menerapkan pembatasan sosial baru, tetapi fokus pada percepatan vaksinasi booster berbasis JN.1 untuk kelompok rentan.
Untuk menekan penularan, para warga kembali dianjurkan di transportasi umum dan fasilitas kesehatan, dan diminta untuk isoman atau isolasi mandiri ketika bergejala.
Kasus COVID-19 di Thailand: Sempat Melonjak, Namun Kini Turun 12 %
Thailand mencatat ada 14. 349 kasus pada pekan 27 April–3 Mei 2025. Namun, jumlah tersebut turun menjadi 12.543 pada 4–10 Mei 2025, setara penurunan 12 %.
Varian COVID-19 yang berkembang di Thailand, yaitu LF.7 dan NB.1.8. Pemerintah Thailand memproyeksikan tren COVID-19 menurun dalam dua pekan jika warga mematuhi protokol kesehatan dan cakupan booster meningkat.
Selain itu, langkah yang dilakukan, yaitu vaksinasi booster diprioritaskan bagi lansia dan komorbid, serta kewajiban masker di area publik, seperti rumah sakit, panti jompo, maupun transportasi publik.
Waspadai Cara Penularan Covid-19
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menyebar melalui beberapa cara:
- Droplet (percikan air liur) saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau bernapas.
- Airborne (partikel kecil di udara) di ruang tertutup dengan ventilasi buruk.
- Permukaan yang terkontaminasi virus, meski risikonya lebih rendah dibanding transmisi udara langsung.
Penelitian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa, penularan paling tinggi terjadi saat seseorang berada dalam jarak kurang dari 1 meter dari individu yang terinfeksi, terutama jika tidak menggunakan masker dan berada di ruang dengan sirkulasi udara buruk.
Apa yang Perlu Dilakukan saat Terinfeksi Covid-19?
Jika kamu dinyatakan positif COVID-19, berikut langkah-langkah yang direkomendasikan oleh WHO:
- Lakukan isolasi mandiri minimal 5-7 hari, tergantung gejala dan hasil tes ulang. Hindari kontak dengan orang lain, termasuk keluarga di rumah.
- Gunakan masker medis jika harus berinteraksi dengan orang lain. Masker dengan filtrasi tinggi seperti N95 sangat disarankan.
- Pantau gejala harian, terutama jika kamu memiliki komorbid atau usia lanjut. Jika muncul gejala berat seperti sesak napas, segera cari pertolongan medis.
- Perbanyak istirahat, hidrasi, dan konsumsi obat penurun demam atau suplemen bila dibutuhkan.
- Lapor ke fasilitas kesehatan untuk monitoring dan contact tracing.
Menurut WHO, perawatan rumah untuk kasus ringan dapat membantu mencegah penularan di rumah sakit dan mengurangi beban layanan kesehatan, asalkan pasien dapat mengisolasi diri secara efektif.
Pencegahan Penularan Virus Covid-19
Mencegah lebih baik daripada mengobati, apalagi ketika kasus melonjak. Inilah beberapa strategi pencegahan yang direkomendasikan secara global:
- Vaksinasi lengkap dan booster. Vaksin terbukti menurunkan risiko gejala berat dan kematian akibat COVID-19. Studi dalam New England Journal of Medicine (2022) menunjukkan bahwa booster menambah perlindungan signifikan terhadap virus Covid-19.
- Gunakan masker saat berada di ruang publik tertutup atau saat ada lonjakan kasus.
- Cuci tangan secara berkala dengan sabun atau hand sanitizer berbasis alkohol (60% ke atas).
- Jaga jarak fisik minimal 1-2 meter, terutama di tempat ramai.
- Ventilasi ruangan yang baik sangat penting. Buka jendela, gunakan exhaust fan atau penjernih udara bila memungkinkan.
- Hindari kerumunan atau pertemuan besar, terutama jika tidak divaksin atau kamu memiliki komorbid.
Simak selengkapnya, Ini 7 Cara Perkuat Sistem Imun Tubuh untuk Cegah Infeksi COVID-19.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun belum ada kasus baru COVID-19 yang berkembang di Indonesia, dan belum ada informasi mengenai varian yang beredar terbukti lebih berbahaya, kita tetap dihimbau untuk waspada, ya!
Jika kamu mengalami beberapa gejala ini, segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapatkan penanganan yang tepat:
- Sesak napas.
- Hidung tersumbat atau berair.
- Batuk.
- Demam.
- Tubuh terasa lelah.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
Dokter di Halodoc tersedia 24 jam, kapan saja dan di mana saja kamu membutuhkan!
Jangan abaikan gejala-gejala di atas, saatnya jaga daya tahan tubuh dengan stok vitamin. Beli vitamin dengan mudah dan praktis di Toko Kesehatan Halodoc.
Produk kesehatannya 100% asli dan tepercaya. Tak perlu keluar rumah, produk diantar dalam waktu 1 jam.