Mengenal Lebih Jauh Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak Langka
Halodoc, Jakarta - Selain demam berdarah dengue, malaria, dan filariasis, gigitan nyamuk juga bisa menimbulkan masalah lainnya, bahkan yang lebih berakibat fatal. Contohnya, Japanese Encephalitis (JE) yang bisa menyebabkan radang otak. Jangan salah kaprah, meski namanya “Japanese” penyakit ini tak hanya terjadi di negara Jepang saja.
Pasalnya, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk ini juga pernah terjadi di negara kita. Misalnya, pada 2016 terdapat 326 Acute Encephalitis Syndrome (AES) di 11 provinsi. Setelah ditelisik lebih lanjut, 43 atau sekitar 13 persen di antaranya positif JE.
Baca juga: Bikin Ganggu, Ini Daftar Penyakit Akibat Nyamuk
Dari Demam hingga Koma
Berdasarkan data yang dilansir laman Central for Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya ada 20 negara yang berisiko untuk mengembangkan JE. Misalnya, India, Bangladesh, Jepang, Thailand, Singapore, Korea Selatan, Korea Utara, Vietnam, Laos, Malaysia, Burma, hingga Sri Langka.
Masih melansir laman CDC, gejala JE biasanya memakan waktu 5–15 hari untuk berkembang dalam tubuh seseorang. Nah, gejala pertama yang akan muncul meliputi demam, sakit kepala, muntah, kebingungan, dan kesulitan untuk bergerak. Dalam kasus terparah, DE bisa saja berkembang menjadi pembengkakan di sekitar otak dan menyebabkan koma. Yang bikin ngeri lagi, seseorang bisa saja meninggal gegara gigitan nyamuk ini. Singkat kata, JE merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan kematian.
Lalu, siapa saja yang berisiko terserang penyakit mematikan ini? Nah, bagi mereka yang sering bepergian ke daerah Asia, khususnya daerah yang masuk ke dalam rawan JE, berisiko terserang penyakit ini. Tapi, risiko ini amat bergantung dengan tempat, lama wisata, dan kegiatan yang direncanakan. Misalnya, kamu akan jauh berisiko terserang JE bila bepergian ke daerah pedesaan dalam jangka waktu yang lama.
Baca juga: Cara Penularan Malaria dan Pencegahannya yang Perlu Diwaspadai
Lindungi dengan Vaksin
Bagi kamu yang hendak bepergian ke daerah-daerah yang rawan kasus JE, tak ada salah untuk melakukan vaksin untuk meminimalkan risiko terjangkit penyakit ini. Kamu bisa kok mendapatkan vaksin JE di berbagai fasilitas kesehatan. Nah, agar kamu mendapatkan penanganan yang tepat, cobalah untuk berdiskusi dengan dokter mengenai penyakit ini.
Tanyakan padanya apakah dirimu memerlukan vaksin JE, berdasarkan lamanya perjalanan dan negara yang akan dituju. Bila kamu menginginkan vaksin ini, sebaiknya temui dokter setidaknya enam minggu sebelum melakukan perjalanan. Vaksin JE sendiri diberikan dalam dua dosis yang berjarak lebih dari satu bulan. Kamu akan mendapatkan dosis terakhir seenggaknya 10 hari sebelum jadwal keberangkatan.
Belum Ada Obat Khusus
Ingat, jangan main-main dengan penyakit yang satu ini. Sebab, angka kematian akibat gigitan nyamuk ini berkisar antara 5–30 persen. Tapi, angka kematian ini akan lebih tinggi bila dialami oleh anak-anak, terutama mereka yang berusia kurang dari 10 tahun. Andaikan bisa bertahan dari JE, pengidapnya akan mengalami gejala, seperti gangguan sistem motorik, gangguan perilaku (agresif, depresi, dan perhatian), gangguan intelektual (retardasi), dan gangguan fungsi neurologi (ingatan, memori, epilepsi, dan kebutaan).
Baca juga: 6 Penyebab Orang Disukai Nyamuk
Nah, menurut rilis dari Kementerian Kesehatan RI dalam Sehat Negeriku – Mengenal Penyakit Radang Otak Japanese Encephalitis, hingga saat ini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan JE. Tapi, setidaknya ada obat yang dapat mengurangi gejala untuk mencegah perburukan kasus. Karena itu, pencegahan, seperti pemberian vaksin dan menghindari gigitan nyamuk amat penting untuk dilakukan.
Punya keluhan kesehatan dan ingin berdiskusi dengan dokter? Kamu bisa kok mendiskusikan masalah tersebut dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!