Mengenal Risus Sardonicus, Spasme Otot pada Pengidap Tetanus
Risus sardonicus menyebabkan ekspresi menyerupai senyum tegang.

DAFTAR ISI
- Apa Itu Risus Sardonicus?
- Bagaimana Risus Sardonicus Bisa Terjadi?
- Penyebab Risus Sardonicus
- Apa Kata Riset?
- Cara Mengatasi Risus Sardonicus
- Gejala Tetanus Lain yang Bisa Terjadi
Risus sardonicus adalah salah satu tanda klinis yang sering muncul pada pengidap tetanus. Fenomena ini dikenal dengan ekspresi wajah khas berupa senyuman lebar yang kaku dan tidak wajar.
Risus sardonicus seringkali juga disertai dengan kekakuan otot wajah. Sebagai gejala yang cukup menonjol, risus sardonicus menunjukkan bagaimana tetanus dapat memengaruhi tubuh, khususnya sistem saraf.
Apa Itu Risus Sardonicus?
Risus sardonicus adalah spasme otot wajah yang menyebabkan ekspresi menyerupai senyuman tegang.
Istilah ini berasal dari bahasa Latin, di mana “risus” berarti senyuman dan “sardonicus” merujuk pada sesuatu yang mengejek atau sinis.
Kondisi ini terjadi akibat kontraksi berlebihan pada otot-otot wajah, terutama otot zygomaticus major dan minor.
Hal ini yang dipicu oleh toksin bakteri penyebab tetanus, yaitu Clostridium tetani. Risus sardonicus biasanya merupakan tanda serius yang menunjukkan bahwa infeksi tetanus telah mencapai sistem saraf pusat.
Gejala ini tidak hanya terlihat menakutkan tetapi juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan pada pasien.
Risus sardonicus sering kali disertai dengan gejala tetanus lainnya, seperti kekakuan leher dan punggung, sehingga memerlukan perhatian medis segera.
Bagaimana Risus Sardonicus Bisa Terjadi?
Ketika bakteri Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, seperti luka tusuk, goresan dalam, atau luka bakar yang tidak steril, bakteri ini mulai berkembang biak di lingkungan anaerobik (tanpa oksigen).
Dalam proses ini, bakteri menghasilkan toksin yang sangat kuat yang dikenal sebagai tetanospasmin. Toksin ini merupakan neurotoksin yang menjadi faktor utama penyebab efek klinis tetanus, termasuk risus sardonicus.
Tetanospasmin tidak hanya berada di lokasi luka, tetapi juga menyebar ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah dan limfatik.
Setelah mencapai sistem saraf, toksin ini menyerang terminal saraf motorik dan menghambat pelepasan neurotransmitter penghambat, yaitu gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glycine, di sumsum tulang belakang.
GABA dan glycine berfungsi untuk mengontrol aktivitas saraf dengan mencegah kontraksi otot yang berlebihan.
Ketika fungsi ini terganggu, saraf menjadi terlalu aktif, menyebabkan kontraksi otot yang terus-menerus dan tidak terkendali.
Akibatnya, terjadi spasme otot, terutama di otot wajah, yang menciptakan ekspresi khas risus sardonicus.
Efek toksin ini paling jelas terlihat pada otot wajah, terutama otot-otot seperti zygomaticus major dan orbicularis oris.
Kontraksi yang tidak terkendali pada otot-otot ini menyebabkan pasien tampak seperti tersenyum secara paksa dengan ekspresi tegang dan sering kali menyeramkan.
Kondisi ini dapat sangat menyakitkan bagi pasien dan sering kali diikuti oleh kekakuan otot pada bagian tubuh lainnya, seperti rahang, leher, dan punggung.
Agar kamu lebih waspada, simak penjelasan tentang Tetanus – Gejala, Penyebab, Pencegahan & Pengobatan.
Penyebab Risus Sardonicus
Penyebab utama risus sardonicus adalah infeksi tetanus yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Bakteri ini menghasilkan neurotoksin yang disebut tetanospasmin, yang memiliki efek langsung pada sistem saraf. Beberapa kondisi berikut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena tetanus:
- Luka yang tidak dirawat dengan baik. Luka dalam yang tidak dibersihkan secara menyeluruh memberikan lingkungan ideal bagi bakteri Clostridium tetani untuk berkembang biak. Simak informasi lengkap soal Perawatan Luka – Tujuan, Jenis, dan Prosedur.
- Kurangnya vaksinasi tetanus. Orang yang tidak pernah menerima vaksin tetanus atau tidak mendapatkan booster secara rutin lebih rentan terkena infeksi.
- Paparan lingkungan yang terkontaminasi. Tanah, debu, atau benda tajam yang terkontaminasi bakteri Clostridium tetani menjadi sumber utama infeksi. Risiko ini lebih tinggi di daerah dengan akses kebersihan dan sanitasi yang buruk.
Apa Kata Riset?
Meskipun tetanus biasanya dikaitkan dengan luka terbuka pada kulit, infeksi tetanus juga dapat terjadi melalui infeksi pada rongga mulut, seperti setelah pencabutan gigi, perawatan saluran akar, atau abses gigi.
Sebuah laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Stomatology, Oral and Maxillofacial Surgery, seorang pasien mengalami gejala tetanus tanpa adanya luka yang jelas terlihat.
Kasus ini menekankan pentingnya kesadaran para dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya tentang kemungkinan terjadinya tetanus, terutama pada pasien dengan riwayat perawatan gigi atau masalah gigi.
Fakta Unik Tentang Penyakit Tetanus
Tetanus sering disebut sebagai “luka perang” karena banyak kasus tetanus terjadi pada prajurit yang mengalami luka di medan perang, terutama sebelum ditemukannya antibiotik dan vaksin.
Cara Mengatasi Risus Sardonicus
Mengatasi risus sardonicus berarti juga mengobati tetanus sebagai penyebab utamanya. Berikut adalah langkah-langkah penanganan yang biasa dilakukan:
1. Pemberian antitoksin tetanus
Antitoksin tetanus diberikan untuk menetralkan tetanospasmin yang belum mengikat sistem saraf. Ini adalah langkah pertama dan sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
2. Pengelolaan luka
Membersihkan luka adalah prioritas untuk mencegah penyebaran bakteri. Prosedur ini melibatkan debridement, yaitu pengangkatan jaringan mati atau terkontaminasi dari luka.
3. Obat relaksasi otot
Pemberian obat seperti diazepam atau baclofen bisa membantu meredakan kontraksi otot yang berlebihan. Umumnya, pemberian obat ini akan dibarengi dengan obat lain untuk mengurangi gejala.
4. Antibiotik
Dokter juga akan memberikan antibiotik, seperti metronidazole atau penisilin. Fungsinya untuk menghilangkan bakteri Clostridium tetani dari tubuh.
5. Perawatan intensif
Dalam kasus berat, pasien mungkin memerlukan perawatan intensif, termasuk bantuan pernapasan, jika otot-otot pernapasan terpengaruh.
6. Vaksinasi ulang
Setelah pasien pulih, pemberian vaksinasi tetanus dilakukan untuk memastikan perlindungan jangka panjang terhadap infeksi di masa depan. Berikut informasi tentang Vaksin Tetanus – Tujuan, Dosis, Prosedur & Efek Samping.
Gejala Tetanus Lain yang Bisa Terjadi
Selain risus sardonicus, ada berbagai gejala tetanus lain yang dapat muncul pada pengidap tetanus, seperti:
1. Trismus (lockjaw)
Trismus adalah kekakuan otot rahang yang membuat pasien sulit membuka mulut. Ini adalah salah satu gejala awal tetanus yang sering terjadi.
2. Opistotonus
Kekakuan otot punggung yang menyebabkan tubuh melengkung ke belakang. Gejala ini sering terlihat pada kasus tetanus yang sudah parah.
3. Kekakuan
Kekakuan pada otot leher, bahu, dan anggota tubuh lainnya dapat terjadi, sehingga membatasi mobilitas pasien.
4. Spasme otot
Kontraksi otot yang tidak terkendali seringkali sangat menyakitkan dan dapat dipicu oleh rangsangan eksternal seperti suara keras atau cahaya terang.
5. Kesulitan bernapas
Pada kasus berat, otot-otot pernapasan dapat terpengaruh, menyebabkan kesulitan bernapas dan kebutuhan akan ventilasi mekanis.
6. Demam dan berkeringat
Gejala sistemik seperti demam, berkeringat, dan detak jantung yang cepat sering kali menyertai tetanus.
Gejala-gejala ini menegaskan bahwa tetanus adalah kondisi serius yang memerlukan diagnosis dan penanganan segera.
Jika kamu mengalami ingin mengetahui informasi lebih dalam tentang kondisi ini, hubungi dokter di Halodoc saja.
Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat sekaligus meresepkan obat.
Tunggu apa lagi? Pakai Halodoc sekarang juga!