Mengidap Gangguan Kecemasan, Ini Dampaknya pada Tubuh
Halodoc, Jakarta - Kabar mengenai perang antara Iran dan Amerika Serikat, mewabahnya virus korona di Tiongkok, pemanasan global, dan ketidakpastian ekonomi, semuanya dapat membuat munculnya rasa cemas. Sebagai emosi sehari-hari, kecemasan adalah respons apakah kamu harus melawan atau lari dari sebuah masalah. Namun, saat rasa cemas hadir tanpa adanya kebutuhan untuk bertarung atau melarikan diri, maka ini menjadi tanda gangguan kecemasan yang dapat merusak kesehatan.
Melansir Harvard Medical School, banyak bukti yang menunjukkan orang dengan gangguan kecemasan berisiko besar untuk alami sejumlah kondisi medis kronis. Mereka dapat memiliki gejala yang lebih parah dan risiko kematian yang lebih besar ketika mereka sakit. Lantas, apa saja sih yang terjadi pada tubuh saat mengalami gangguan kecemasan?
Baca juga: 15 Gejala yang Timbul dari Gangguan Kecemasan
Anatomi Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi terhadap stres yang memiliki ciri-ciri psikologis dan fisik. Perasaan itu diduga muncul di amigdala, wilayah otak yang mengatur banyak respons emosional yang kuat. Ketika neurotransmiter membawa impuls ke sistem saraf simpatik, jantung dan laju pernapasan meningkat, otot tegang, dan aliran darah dialihkan dari organ perut ke otak.
Gangguan kecemasan dalam jangka pendek berguna mempersiapkan seseorang untuk menghadapi krisis dengan membuat tubuh menjadi lebih waspada. Namun, efek fisiknya bisa menjadi kontraproduktif, yaitu menyebabkan pusing, mual, diare, dan sering buang air kecil. Ketika hal tersebut berlanjut, kecemasan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Baca juga: Apa Beda Gangguan Panik dan Gangguan Kecemasan?
Efek Gangguan Kecemasan pada Tubuh
Saat mengalami gangguan kecemasan, terdapat area di tubuh yang langsung mengalami efeknya, antara lain:
-
Sistem Saraf Pusat. Kecemasan jangka panjang dan serangan panik menyebabkan otak melepaskan hormon stres secara teratur. Hal ini meningkatkan frekuensi gejala seperti sakit kepala, pusing, dan depresi. Ketika merasa cemas dan stres, otak membanjiri sistem saraf dengan hormon dan bahan kimia yang dirancang untuk membantu kamu merespons ancaman, adrenalin, dan kortisol. Paparan hormon stres yang terlalu tinggi berbahaya bagi kesehatan fisik jangka panjang. Kondisi ini juga berkontribusi terhadap kenaikan berat badan.
-
Sistem Kardiovaskular. Gangguan kecemasan sebabkan detak jantung menjadi lebih cepat, dan nyeri dada. Pengidap gangguan kecemasan juga berisiko tinggi terkena tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
-
Sistem Ekskresi dan Pencernaan. Gangguan kecemasan memengaruhi sistem pencernaan dengan menyebabkan gejala seperti sakit perut, mual, diare, dan masalah pencernaan lainnya. Kehilangan nafsu makan bisa terjadi karena kondisi ini.
-
Sistem Imun. Kecemasan memicu respons stres sehingga otak melepaskan banyak bahan kimia dan hormon, seperti adrenalin, ke dalam sistem tubuh seseorang. Kondisi ini meningkatkan denyut nadi dan laju pernapasan, sehingga otak mendapatkan lebih banyak oksigen. Hal ini pun mempersiapkan tubuh untuk merespons dengan tepat terhadap situasi yang terjadi. Jika kamu berulang kali merasa cemas dan stres, tubuh sulit untuk mengetahui kapan ia kembali berfungsi normal. Hal ini akan melemahkan sistem kekebalan dan membuat kamu rentan terhadap infeksi virus dan penyakit.
-
Sistem Pernapasan. Kecemasan juga menyebabkan pernapasan cepat namun dangkal. Jika kamu memiliki penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), maka komplikasi menjadi lebih tinggi. Pada beberapa kasus, gangguan kecemasan dapat membuat gejala asma bertambah buruk.
-
Efek lainnya. Gangguan kecemasan menyebabkan gejala lain, termasuk sakit kepala, ketegangan otot, insomnia, depresi, dan isolasi sosial.
Baca juga: Kecemasan Anak Diwarisi Orang Tua, Kok Bisa?
Gangguan kecemasan bukan kondisi yang bisa dianggap sepele. Jika kamu mencurigai apakah kamu mengidap gejala gangguan mental ini, maka sebaiknya cari tahu lebih lanjut tentang kondisimu. Kamu bisa chat psikolog di Halodoc untuk membantu diagnosis. Psikolog di Halodoc selalu siaga untuk menjawab dan memberikan saran kesehatan yang kamu butuhkan.
Referensi:
Harvard Medical School. Diakses pada 2020. Anxiety and Physical Illness.
Healthline. Diakses pada 2020. Effects of Anxiety on the Body.