Mitos atau Fakta, Multitasking Ganggu Kemampuan Otak
“Ada banyak rumor yang mengatakan jika multitasking dapat sebabkan gangguan kemampuan otak. Maka dari itu, perlu tahu faktanya, sehingga berbagai masalah pada otak dapat dihindari.”

Halodoc, Jakarta – Beberapa orang memiliki kebiasaan untuk melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, yang disebut juga dengan multitasking. Benar adanya jika cara ini dapat menghemat waktu, sehingga semua hal bisa selesai dalam waktu bersamaan.
Namun, ada beberapa kabar yang beredar jika multitasking ternyata dapat menyebabkan gangguan pada otak, lho. Meski begitu, kabar ini belum diketahui termasuk fakta, ataukah hanya mitos belaka.
Gangguan Kemampuan Otak Akibat Multitasking Benar Adanya
Gangguan Keharmonisan pada Otak Kanan dan Otak Kiri
Multitasking ternyata bukan hanya menyebabkan masalah dalam berpikir, tetapi juga dapat membahayakan otak seseorang yang terbiasa melakukannya. Peralihan fungsi penggunaan glukosa teroksigenasi pada otak membuat seseorang lebih cepat lelah dari biasanya.
Sebuah penelitian menunjukkan jika seseorang melakukan banyak tugas dalam satu waktu, terutama melibatkan teknologi, telah mengurangi materi abu-abu pada otaknya. Bagian tersebut berhubungan dengan kontrol kognitif dan regulasi motivasi dan emosi.
Setiap kali seseorang melibatkan aktivitas yang membutuhkan perhatian, korteks prefrontal otak mulai bekerja dan mengoordinasikan pesan yang diterima menggunakan seluruh sistem di otak. Saat hanya satu tugas yang dilakukan, kedua sisi korteks prefrontal bekerja dengan harmonis.
Namun jika menambahkan tugas lainnya, sisi kiri dan kanan otak harus melakukan tugasnya sendiri-sendiri. Saat melakukan multitasking, ditemukan jika fungsi otak terbagi dua. Hal ini membuat seseorang rentan melupakan detail dan melakukan kesalahan tiga kali lipat dibandingkan yang melakukan satu tugas.
Gangguan pada Memori
Multitasking juga kerap dihubungkan dengan masalah memori. Pada suatu studi disebutkan jika seseorang terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, otaknya rentan alami kelemahan dalam mengingat, terutama ingatan jangka panjang.
Bahkan, seorang multitasker parah memiliki masalah dalam mengatur pikirannya dan bekerja lebih lambat dari satu tugas ke tugas lainnya. Maka dari itu, cobalah untuk fokus pada satu pekerjaan dalam satu waktu, guna menghindari berbagai dampak buruknya.
Multitasking Juga Sebabkan Gangguan pada Fisik
Multitasking juga terbukti dapat meningkatkan detak jantung dan kadar hormon stres kortisol. Berbagai dampak buruk pada otak dan tubuh lainnya yang perlu diketahui, antara lain:
- Produktivitas secara keseluruhan yang lebih rendah.
- Kesulitan untuk menyaring informasi yang tidak relevan.
- Meningkatkan stres, depresi, hingga kecemasan.
- Risiko terserang penuaan otak dini.
- Kontrol impuls yang buruk.
Perlu dipahami juga jika multitasking dapat membuat seseorang ketagihan untuk melakukannya. Untuk memastikan kesehatan tubuh, maka ada baiknya tidak terbiasa melakukan hal tersebut, agar tubuh tetap sehat secara keseluruhan.
Maka dari itu, pastikan untuk menghindari kebiasaan ini atau bahkan menghentikannya jika sudah mulai sering melakukannya. Jika kesulitan untuk menghentikannya, cobalah untuk meminta bantuan dari ahlinya. Hal ini dilakukan agar fungsi tubuh, terutama otak, dapat terjaga dengan baik demi kelangsungannya di masa depan.
Jika kamu kebingungan terkait langkah yang perlu dilakukan untuk menghentikan kebiasaan multitasking, cobalah untuk bertanya langsung pada ahlinya melalui fitur tanya dokter dari Halodoc. Cukup dengan download aplikasi Halodoc, segala kemudahan dalam akses kesehatan bisa didapatkan melalui smartphone di tangan. Makanya, unduh aplikasi Halodoc sekarang juga!