Mitos dan Fakta yang Jarang Diketahui Terkait Tantrum
Tantrum merupakan bagian dari perkembangan normal anak. | Chat dokter ✔️ Beli obat ✔️ Booking rumah sakit ✔️ #TenangAdaHalodoc

Halodoc, Jakarta – Tantrum adalah ledakan emosi yang ditandai dengan teriakan, menangis tersedu-sedu, tendangan, pukulan atau jurus menahan napas. Ini merupakan bagian normal dari perkembangan anak berusia 1 hingga 3 tahun.
Tantrum pada anak menjadi cara mengekspresikan rasa tidak nyaman, lapar, sedih, marah atau kesal. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat mereka tidak mendapatkan benda atau sesuatu yang sangat diinginkan.
Ada beberapa mitos yang beredar seputar tantrum pada anak. Salah satunya adalah pola asuh yang salah satu orang tua. Faktanya, kondisi ini terjadi akibat mereka belum bisa mengatakan apa yang dirasakan, diinginkan dan dibutuhkan.
Mitos dan Fakta Tantrum
1. Ingin Mempermalukan Orang Tua
Ini merupakan mitos. Sebab, anak tidak akan berpikir sejauh itu untuk menjadikan tantrum sebagai bahan mempermalukan orang tua. Semua sikap yang ditunjukkan adalah ekspresi dari perasaan dan kebutuhan agar keinginannya dituruti.
2. Permen Menghentikan Tantrum
Ini merupakan mitos. Memberikan permen atau camilan manis agar anak berhenti mengamuk bisa menjadi bumerang bagi orang tua. Dalam menghadapi kondisi ini, orang tua tidak perlu memberikan apa pun. Sebab, menuruti keinginannya bisa menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan.
3. Tantrum Mengindikasikan Kekecewaan
Ini merupakan fakta. Tantrum pada anak bisa menjadi indikasi kekecewaan, karena mereka belum memiliki kemampuan berbahasa dan menyelesaikan masalahnya dengan baik.
4. Mencari Perhatian
Ini merupakan fakta. Anak-anak bisa saja mengalami tantrum hanya untuk mencari perhatian. Jika orang tua berhasil menuruti keinginan mereka, cara ini akan dipakai di lain kesempatan untuk mendapatkan kemauannya.
Cara Tepat Mencegah Tantrum pada Anak
Merupakan hal yang tidak mudah untuk mencegah tantrum pada anak. Sebab, ada banyak kondisi yang bisa menjadi pemicunya, seperti rasa tidak nyaman, kesal, menginginkan mainan, marah atau frustrasi.
Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan menghindari pemicunya. Misalnya, menghindari area toko mainan ketika berjalan-jalan ke mol. Gunakan jalan yang berbeda ketika ingin mengunjungi tempat yang dituju.
Adapun langkah pencegahan lainnya, yakni:
- Konsisten. Tetapkan rutinitas harian sehingga anak tahu apa yang boleh dan tidak diperbolehkan. Misalnya, menetapkan waktu tidur siang dan waktu bermain.
- Mencukupi waktu tidur. Tantrum pada anak bisa dipicu oleh kurangnya waktu istirahat. Tak hanya tantrum, kurang tidur juga berpotensi menghambat pertumbuhan tulang, sehingga anak memiliki postur tubuh pendek.
- Membawa camilan. Lapar bisa menjadi pemicu tantrum pada anak. Ketika ingin bepergian, usahakan untuk membawa camilan sehat dan mengenyangkan, seperti buah-buahan.
- Biarkan anak memilih. Jangan memaksakan kehendak. Ada kalanya orang tua memberikan kebebasan anak untuk memilih. Seperti warna baju, jenis camilan dan mainan yang ingin dimainkan.
- Memuji anak. Langkah ini bisa diterapkan ketika anak menunjukkan perilaku baiknya. Caranya dengan memberikan pelukan atau ciuman serta memberi tahu anak betapa bangganya orang tua ketika mereka mengikuti arahan.
Silakan buat janji rumah sakit jika anak mengalami tantrum atau gangguan kesehatan lain yang tak kunjung membaik. Sebab, masalah yang mereka alami bisa berdampak pada tumbuh kembangnya.
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan anak, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga.
