
Halodoc, Jakarta - Pada Jumat pekan lalu, World Health Organization (WHO) resmi memasukkan vaksin COVID-19 Moderna ke dalam daftar penggunaan darurat atau Emergency Use Listing (EUL). Dengan keputusan ini, maka Moderna adalah vaksin COVID-19 kelima yang telah mendapatkan izin dari WHO.
Pemberian izin oleh WHO ini bertujuan untuk membuat obat-obatan, vaksin, dan diagnosis tersedia secepat mungkin demi mengatasi keadaan darurat. Mariangela Simao selaku Asisten Direktur Jenderal WHO mengatakan bahwa penting untuk menyediakan lebih banyak vaksin karena masalah pasokan, termasuk dari India yang merupakan sumber utama vaksin untuk COVAX.
Karena seperti yang diketahui, kini India tengah membatasi ekspor vaksin COVID-19 akibat krisis infeksi virus corona di dalam negeri. Alhasil, kondisi ini telah membebani sistem kesehatan negara tersebut.
Baca juga: Ketahui Perbandingan Vaksin Corona Vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca
Izin Penggunaan Darurat Vaksin Moderna
Di negara asalnya sendiri, Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat oleh U.S. Food and Drugs Administration sejak 18 Desember 2020. Ia adalah vaksin kedua yang diperbolehkan untuk digunakan di Amerika Serikat untuk pencegahan penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Otorisasi penggunaan darurat memungkinkan Vaksin Moderna COVID-19 didistribusikan di Amerika Serikat dan kelak di seluruh dunia untuk digunakan oleh individu berusia 18 tahun ke atas.
Moderna juga mengumumkan rencana perluasan jaringan produksinya demi meningkatkan kapasitas hingga tiga miliar dosis di 2022. Namun, seperti yang dikutip dari The Guardian, pengumuman ini kemungkinan tidak akan berdampak langsung pada pasokan vaksin Moderna bagi negara berkembang. Sebab, mereka telah membuat perjanjian dengan banyak negara kaya.
Stéphane Bancel, Chief Executive Moderna, pada Jumat mengatakan mereka akan secara aktif berpartisipasi dalam diskusi dengan organisasi multilateral seperti COVAX, untuk membantu melindungi penduduk di dunia.
Sebelumnya, WHO telah memberikan EUL bagi beberapa vaksin COVID-19 yaitu buatan Pfizer/BioNTech, vaksin AstraZeneca-SK Bio, AstraZeneca-Serum Institute of India, dan Johnson and Johnson. WHO juga tengah mengkaji vaksin COVID-19 dari Sinovac dan Sinopharm, dengan perkiraan keluarnya izin darurat dalam beberapa hari atau beberapa pekan mendatang.
Baca juga: Vaksin Corona Moderna Lakukan Uji Tes pada Anak-Anak
Tetap Waspadai Kemungkinan Efek Samping Vaksin Moderna
Vaksin Moderna akan diberikan dengan cara injeksi intra muskular atau disuntikan ke dalam otot. Rangkaian vaksinasi Moderna adalah 2 dosis yang diberikan dengan selang waktu 1 bulan. Seperti halnya Pfizer, vaksin Moderna juga memanfaatkan teknologi mRNA sehingga ia memiliki efektivitas yang cukup tinggi.
Meski begitu, vaksin ini juga bisa menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping yang paling sering dilaporkan, yang biasanya berlangsung beberapa hari, adalah nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening di lengan yang sama dengan suntikan, mual dan muntah, serta demam.
Sebagai catatan, lebih banyak orang mengalami efek samping ini setelah dosis kedua dibandingkan setelah dosis pertama. Jadi, penting bagi penyedia dan penerima vaksinasi untuk memperkirakan bahwa mungkin ada beberapa efek samping yang harus diwaspadai, terutama setelah dosis kedua.
Perlu diwaspadai juga bahwa reaksi alergi yang parah biasanya akan terjadi dalam beberapa menit hingga satu jam setelah mendapatkan dosis Vaksin Moderna COVID-19. Untuk alasan ini, petugas vaksinasi mungkin meminta seseorang untuk tidak meninggalkan fasilitas tersebut untuk pemantauan sementara setelah vaksinasi.
Beberapa tanda reaksi alergi yang parah bisa meliputi:
- Kesulitan bernapas.
- Pembengkakan pada wajah dan tenggorokan.
- Detak jantung yang cepat.
- Ruam parah di sekujur tubuh.
- Pusing dan lemas.
Baca juga: Menggunakan mRNA, Begini Cara Kerja Pfizer dan Moderna
Itulah beberapa informasi mengenai vaksin moderna yang kini telah mendapatkan izin dari WHO. Apapun vaksin yang digunakan, sangat penting untuk terus memantau kondisi kesehatan setelah mendapatkannya. Jika kamu merasa ada efek yang cukup mengganggu kesehatan, jangan tunda lagi untuk segera datang ke rumah sakit. Kamu juga bisa buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Dengan begini, kamu jadi tak perlu lagi repot antre. Praktis bukan? Yuk gunakan aplikasi Halodoc sekarang!