Orangtua, Begini Cara Menangani Anak yang Hiperaktif

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   09 Oktober 2020
Orangtua, Begini Cara Menangani Anak yang HiperaktifOrangtua, Begini Cara Menangani Anak yang Hiperaktif

Halodoc, Jakarta – Anak ibu hiperaktif? Ada beberapa kondisi kesehatan medis dan mental tertentu yang dapat menyebabkan perilaku hiperaktif. Masalah tiroid, kurang tidur, kecemasan, dan tekanan mental yang sifatnya traumatis dapat menyebabkan hiperaktif. Masa awal pubertas juga dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif.

Bagaimana tahu kalau anak tergolong hiperaktif? Beberapa gejalanya adalah berlari dan berteriak saat bermain meskipun sedang di dalam ruangan, berdiri di tengah kelas dan berjalan-jalanlah sementara guru berbicara, bergerak begitu cepat hingga mereka bertabrakan dengan orang dan benda, serta bermain terlalu kasar dan secara tidak sengaja melukai anak lain atau diri mereka sendiri. Bagaimana orangtua menangani anak yang hiperaktif?

Penanganan Anak dengan Kondisi Hiperaktif

Gejala hiperaktif dapat terlihat berbeda pada usia yang berbeda pula. Tadi sudah disinggung beberapa tanda ataupun gejala anak dengan kondisi hiperaktif. Gejala lainnya adalah:

Baca juga: Si Kecil Aktif atau Hiperaktif? Ini Bedanya

  1. Anak berbicara terus-menerus.
  2. Sering mengganggu orang lain.
  3. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan sering kali dengan canggung, terus bergerak bahkan saat duduk.
  4. Menabrak berbagai hal.
  5. Gelisah dan memiliki keinginan untuk mengambil semua mainan.
  6. Mengalami kesulitan duduk diam untuk makan dan aktivitas tenang lainnya.

Lantas bagaimana penanganannya? Beri anak banyak cara untuk tetap aktif melalui permainan, olahraga, tugas fisik, dan aktivitas. Orangtua bahkan dapat mencoba aplikasi untuk membantu anak-anak membangun pengendalian diri. 

Baca juga: Cara Tepat Deteksi Speech Delay pada Buah Hati

Jika anak kesulitan menyelesaikan pekerjaan rumah atau makan malam, cari aktivitas berulang untuk dilakukan anak selama lima hingga 10 menit sebelum memulai. Pencarian kata, teka-teki silang, teka-teki jigsaw, dan permainan kartu.

Nah, jika orangtua menduga anak mengidap ADHD tanyakan penanganannya langsung ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya mudah, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Kemudian penanganan anak hiperaktif bisa dilakukan dengan mencari pola perilaku anak. Kapan anak tampak paling hiperaktif? Seperti apa rupa hiperaktif itu? Misalnya, mungkin itu muncul sebagai bentuk kegelisahan atau terus-menerus berbicara. Mengetahui pola-pola ini akan membantu orangtua untuk lebih spesifik mengetahui kondisi anak. 

Tidak Semua Anak yang Hiperaktif Mengidap ADHD

Tidak setiap anak yang superaktif mengidap ADHD. Terkadang, penyebab lain yang mendasari tingginya tingkat aktivitas seorang anak.

Baca juga: Disleksia Menjadi Salah Satu Efek dari ADHA

1. Stres

Anak-anak sering kali menjadi hiperaktif ketika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Bahkan perubahan positif, seperti memiliki bayi baru atau pindah ke lingkungan baru membuat banyak anak stress.

Ingatlah kalau anak-anak menyadari jika orangtuanya sedang stres. Jika orangtua stres, kemungkinan besar anak juga stres. Pastikan anak memiliki rutinitas yang konsisten dan dapat diprediksi.

2. Masalah Kesehatan Emosional atau Mental

Masalah emosional sering kali terlihat seperti gangguan perilaku pada anak. Seorang anak dengan gangguan kecemasan mungkin kesulitan untuk duduk diam. Masalah konsentrasi juga dapat dialami karena trauma oleh peristiwa yang menakutkan. Nah, jika orangtua mencurigai hiperaktif anak mungkin berasal dari masalah emosional, carilah bantuan profesional. Perawatan dapat mengurangi berbagai macam gejala, termasuk hiperaktif.

3. Kondisi Medis Tertentu

Ada beberapa masalah kesehatan fisik yang menyebabkan hiperaktif. Tiroid yang terlalu aktif, misalnya, dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk kecemasan dan hiperaktif. Ada juga masalah genetik lain yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas.

4. Kurang Olahraga

Anak-anak seharusnya aktif dan energik. Tanpa olahraga yang cukup, mereka akan kesulitan untuk duduk diam. Dorong anak untuk sering berolahraga setiap hari. Bermain di taman bermain, mengendarai sepeda, dan berlari memberi kesempatan pada anak untuk menyalurkan energinya ke aktivitas yang produktif.

5. Kurang tidur

Meskipun orang dewasa cenderung menjadi lesu saat mereka lelah, anak-anak sering kali menjadi hiperaktif. Ketika seorang anak tidak cukup istirahat, tubuhnya merespons dengan membuat lebih banyak kortisol dan adrenalin sehingga mereka bisa tetap terjaga. Hasilnya, mereka akan memiliki lebih banyak energi.

Referensi:
Understood. Diakses pada 2020. Understanding Your Child’s Hyperactivity.
Very Well Family. Diakses pada 2020. The Different Reasons Why Children Become Hyperactive.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan