Seberapa Efektif Posisi Litotomi Membantu Ibu saat Melahirkan

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   01 September 2022

“Sebagian besar rumah sakit saat ini sudah tidak terlalu sering menggunakan posisi litotomi. Sebab posisi litotomi dinilai kurang efektif dalam proses persalinan”.

Seberapa Efektif Posisi Litotomi Membantu Ibu saat MelahirkanSeberapa Efektif Posisi Litotomi Membantu Ibu saat Melahirkan

Halodoc, Jakarta –  Bagi mereka yang sedang mendambakan kehadiran buah hati, tentu persalinan yang berjalan secara optimal juga perlu dipastikan. Nah, selain dari waktu persalinan, posisi melahirkan juga dianggap sebagai salah satu faktor kelancaran persalinan. Perlu diketahui bahwa ada beberapa posisi persalinan yang lazim dilakukan. 

Salah satunya adalah posisi litotomi (berbaring) sebagai posisi melahirkan yang paling umum di Indonesia. Namun, kira-kira seberapa efektif posisi litotomi membantu ibu saat melahirkan? Yuk, simak informasinya di sini!

Efektivitas Posisi Litotomi 

Posisi litotomi merupakan posisi melahirkan standar yang digunakan oleh banyak rumah sakit. Posisi ini sering digunakan selama tahap kedua persalinan, ketika ibu hamil mulai mendorong bayinya. Beberapa dokter lebih menyukainya karena memberi mereka akses yang lebih baik ke ibu dan bayi.

Kendati demikian, sebagian besar rumah sakit saat ini sudah tidak terlalu sering menggunakan posisi litotomi. Kebanyakan rumah sakit bersalin saat ini menggunakan tempat tidur bersalin, kursi bersalin, dan posisi jongkok.  Hal ini lantaran posisi litotomi dinilai kurang efektif dalam proses persalinan. 

Nah, menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research pada 2016 silam, posisi litotomi diketahui memiliki kekurangan. Sebab, posisi litotomi diketahui menurunkan tekanan darah, yang dapat membuat kontraksi lebih menyakitkan selama proses persalinan.

Selain itu, sebuah studi lain dari tahun 2015, menemukan bahwa posisi persalinan jongkok kurang menyakitkan. Posisi persalinan ini juga diketahui lebih efektif selama tahap kedua persalinan. Sebab, dalam posisi jongkok, gravitasi dan berat bayi dapat membuka serviks dan membantu melancarkan persalinan. 

Dengan kata lain, posisi persalinan ini tidak benar-benar efektif untuk membantu persalinan. Sebab, metode ini diketahui menurunkan tekanan darah, sehingga kontraksi menjadi lebih menyakitkan selama persalinan. 

Risiko Komplikasi yang Mengintai dari Posisi Litotomi

Selain dianggap kurang efektif untuk persalinan, faktanya posisi litotomi juga diketahui memiliki risiko efek samping yang mengintai, bagi ibu dan bayi. Berdasarkan sebuah studi, ditemukan bahwa posisi litotomi meningkatkan risiko kebutuhan akan episiotomi. Episiotomi sendiri merupakan prosedur irisan melalui perineum (jaringan antara vagina dan anus) yang dilakukan untuk memperlebar vagina. Dengan demikian, bayi akan lebih mudah untuk melewati lubang vagina saat persalinan.  

Selain itu, studi lainnya yang diterbitkan pada 2012 juga menemukan risiko robekan perineum yang lebih tinggi pada posisi litotomi. Studi lain menghubungkan posisi persalinan ini dengan peningkatan risiko cedera pada perineu,  jika dibandingkan dengan jongkok berbaring miring.

Terakhir, sebuah penelitian tahun 2015 yang mengamati lebih dari 100.000 kelahiran, menemukan bahwa posisi litotomi meningkatkan risiko wanita mengalami cedera sfingter. Hal ini dapat terjadi akibat adanya peningkatan tekanan. Cedera sfingter dapat memiliki efek yang bertahan lama, termasuk:

  • Inkontinensia tinja.
  • Rasa sakit.
  • Tidak nyaman. 
  • Disfungsi seksual.

Itulah penjelasan mengenai efektivitas posisi litotomi untuk proses persalinan. Dapat disimpulkan bahwa posisi litotomi tidak benar-benar efektif untuk membantu persalinan. Sebab, metode ini diketahui menurunkan tekanan darah, sehingga kontraksi menjadi lebih menyakitkan selama persalinan. Selain itu, posisi persalinan ini juga memiliki beberapa risiko komplikasi yang mengintai, untuk ibu dan anak. 

Kendati demikian, ingatlah bahwa melahirkan adalah proses yang kompleks dengan banyak potensi komplikasi, terlepas dari posisi yang digunakan. Dalam beberapa kasus, posisi litotomi mungkin merupakan pilihan teraman karena posisi bayi akan keluar melalui jalur persalinan. 

Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar posisi melahirkan, segeralah hubungi dokter. Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa tanya dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tentunya melalui fitur chat/video call secara langsung pada aplikasinya. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2022. The Lithotomy Position: Is It Safe?
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research. Diakses pada 2022. Comparative study on the influence of three delivery positions on pain intensity during the second stage of labor. 
The Professional Medical Journal. Diakses pada 2022. CHILD BIRTH: Comparison of Complications Between Lithotomy Position and Squatting Position During
NIH. Diakses pada 2022. Episiotomy and its relationship to various clinical variables that influence its performance. 
NIH. Diakses pada 2022. Maternal position and other variables: effects on perineal outcomes in 557 births. 
NIH. Diakses pada 2022. Birth position and obstetric anal sphincter injury: a population-based study of 113 000 spontaneous births.