Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut sebagai janin atau bayi dalam kandungan. Prosesnya bisa jadi hal yang membahagiakan karena menjadi ujung dari penantian selama 9 bulan. Namun ia juga bisa sekaligus menakutkan dan melelahkan karena prosesnya membutuhkan banyak kesabaran.
Ada banyak hal yang harus diketahui dan dilakukan untuk memastikan bahwa ibu dan bayi dalam kondisi sehat sebelum dan setelah persalinan. Tak hanya itu saja, metode persalinan juga harus diketahui agar ibu bisa mempersiapkan segala hal dengan baik nantinya.
Gejala yang Muncul Sebelum Persalinan
Persalinan bukanlah proses yang bisa dilakukan sebelum waktunya. Umumnya, usia kandungan di dalam perut ibu adalah 9 bulan. Sebagian orang melakukan persalinan sebelum usia kehamilan belum mencapai 9 bulan, hal ini disebut sebagai kelahiran prematur karena terlalu cepat.
Ada beberapa hal yang menunjukan gejala bahwa sang ibu sudah harus melahirkan. Berikut ini beberapa tanda bahwa seorang ibu akan segera menjalani proses persalinan, yaitu:
- Kesulitan untuk tidur.
- Merasakan nyeri pada punggung, kram atau sakit perut, seperti mulas ingin buang air besar atau seperti saat sedang dalam masa pramenstruasi.
- Meningkatnya frekuensi untuk buang air kecil.
- Vagina mengeluarkan lendir kental bercampur darah.
- Adanya kontrakasi rahim yang semakin lama semakin sering.
- Terjadi perubahan pada serviks.
- Air ketuban pecah.
Berdasarkan beberapa gejala tersebut, air ketuban pecah merupakan tanda utama bahwa seorang ibu sudah harus melahirkan anaknya dan memulai proses persalinan.
Metode Persalinan
Saat ini, ada cukup banyak metode persalinan yang bisa dipilih. Misalnya lotus birth, water birth, gentle birth, dan lain-lain. Namun, secara umum, dalam medis dikenal 3 metode persalinan utama, yaitu:
-
Persalinan Pervaginam Tanpa Bantuan (Melahirkan secara Alami)
Persalinan pervaginam adalah jenis persalinan yang paling umum dan paling aman. Disebut melahirkan secara alami karena metode ini tidak memerlukan bantuan peralatan atau obat tertentu untuk memulai atau mempercepat persalinan.
-
Persalinan Pervaginam Berbantu
Hampir sama dengan tadi, metode persalinan ini juga dilakukan melalui vagina atau pervaginam. Hanya saja, dibutuhkan bantuan alat atau obat tertentu untuk mengeluarkan bayi.
Metode ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Persalinan dengan Forsep. Terkadang dokter harus menggunakan forsep (alat yang menyerupai sendok besar) untuk menangkup kepala bayi dan membantu membimbing bayi melalui jalan lahir.
- Ekstraksi Vakum. Persalinan vakum mirip dengan pelahiran forsep. Pada prosedur ini, dokter menggunakan suction untuk mengoleskan gelas plastik ke kepala bayi dan menarik bayi secara perlahan dari jalan lahir.
- Episiotomi. Ini adalah pemotongan jaringan antara lubang vagina dan anus (perineum). Biasanya dilakukan jika dokter merasa perlu segera mengeluarkan bayi dari jalan lahir.
- Amniotomi. Dokter menggunakan kait plastik kecil untuk membuat lubang di kantung ketuban. Ibu mungkin merasakan aliran cairan yang hangat.
- Persalinan yang diinduksi. Ini dilakukan untuk memicu kontraksi agar datang lebih awal. Biasanya dilakukan jika dokter mengkhawatirkan kesehatan ibu atau bayi.
-
Operasi Caesar
Persalinan pervaginam mungkin tidak selalu memungkinkan. Persalinan caesar (C-section) mungkin diperlukan untuk keselamatan ibu dan bayi, terutama karena satu atau lebih alasan berikut:
- Bayi tidak dalam posisi kepala di bawah. Sebaliknya, mereka berada dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi terlalu besar untuk melewati panggul.
- Bayi sulit keluar.
- Mengandung lebih dari satu bayi.
- Plasenta menutupi pembukaan serviks (plasenta previa).
- Tali pusar tergelincir melalui leher rahim sebelum waktunya bayi lahir.
- Plasenta telah terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan (solusio plasenta).
- Pernah menjalani operasi caesar sebelumnya.
Faktor Risiko Persalinan
Setiap proses persalinan pasti memiliki risiko yang bisa membahayakan nyawa ibu maupun bayi. Usia dan kesehatan merupakan faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang ibu untuk bisa mengalami komplikasi, baik selama kehamilan maupun saat persalinan.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan dalam proses persalinan, yaitu:
-
Adanya Anomali pada Alat Kelamin
Anomali struktur organ bisa terjadi kepada siapa saja, dan hal tersebut tentu bisa memengaruhi proses persalinan. Umumnya, perbedaan bentuk pada uterus atau serviks bisa meningkatkan risiko keguguran, fetus yang memiliki posisi abnormal.
Selain itu, kesulitan saat melahirkan juga bisa terjadi. Masalah tersebut bisa diatasi dengan persalinan caesar untuk menghindari risiko tersebut.
-
Usia Ibu Terlalu Muda
Jika seorang wanita berumur di bawah 20 tahun akan menjalani proses persalinan, umumnya memiliki risiko lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang berumur di atas 20 tahun. Wanita remaja memiliki risiko untuk melahirkan secara prematur, memiliki bayi dengan berat badan di bawah rata-rata, dan juga mengalami preeclampsia.
-
Ibu Mengidap Penyakit Menular Seksual
Jika seorang wanita mengidap penyakit menular seksual (PMS) saat kehamilan, maka kandungannya memiliki risiko untuk tertular. Saat persalinan, bayi bisa saja menderita pneumonia, kebutaan.
Hal ini merupakan dampak dari penyakit menular seksual yang dialami oleh sang ibu dan memiliki dampak yang berbeda. Contoh penyakit menular seksual tersebut adalah HIV/AIDS, sifilis, gonorrhea, dan lain-lain.
Pencegahan Komplikasi Persalinan
Meskipun komplikasi bisa terjadi kepada setiap orang, tetapi ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh ibu untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi sebelum dan saat proses persalinan.
Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan, yaitu:
- Selalu mengonsumsi makanan sehat.
- Berhenti minum alkohol dan merokok.
- Rutin olahraga khusus ibu hamil.
- Mengurangi stres yang dirasakan.
- Tidak bepergian terlalu jauh yang bisa menyebabkan kelelahan.
- Sering memeriksakan kesehatan diri dan kandungan ke dokter.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika ibu mengalami kehamilan yang tidak berisiko, ibu mungkin bisa menghabiskan sebagian besar gejala persalinan awaldi rumah sampai kontraksi mulai meningkat dalam frekuensi dan intensitasnya.
Ibu bisa download Halodoc untuk bertanya pada dokter melalui chat, tentang keluhan yang dialami. Dokter biasanya akan menginstruksikan kapan harus pergi ke rumah sakit atau pusat bersalin.
Namun jika air ketuban pecah atau mengalami pendarahan vagina yang signifikan, segera hubungi dokter atau cari bantuan medis terdekat.
Referensi:
Medline Plus. Diakses pada 2022. Childbirth.
Pregnancy Birth Baby. Diakses pada 2022. What Happens To Your Body During Childbirth.
Grow by WebMD. Diakses pada 2022. Types of Delivery.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Labor And Delivery, Postpartum Care.
Diperbarui pada 22 Juni 2022
Pertanyaan Seputar Persalinan
Kenapa air ketubahn saya sewaktu melahirkan secara SC kemarin sangat keruh dok?
Ditanyakan oleh: bobskitchen
Dijawab oleh: dr Rizal Fadli
Beberapa penyebab air ketuban seorang wanita hamil bisa berubah menjadi keruh, antara lain:
- Air ketuban berubah keruh bisa jadi gejala infeksi Chorioamnionitis yang terjadi pada plasenta. Infeksi tersebut juga bisa menyebabkan terjadinya air ketuban pecah dini. Jika kondisi tersebut terjadi, janin harus segera dikeluarkan.
- Usia kehamilan. Hal ini juga bisa menyebabkan air ketuban berubah menjadi keruh, saat usia kehamilan melebihi waktu normal yaitu lebih dari 42 minggu. Air ketuban akan mengalami perubahan warna menjadi keruh, karena feses yang dikeluarkan oleh bayi akan tercampur dengan cairan tersebut.
- Perubahan warna pada air ketuban juga bisa menjadi pertanda terjadinya kelainan kongenital pada bayi. Selain itu, perubahan warna air ketuban juga bisa menjadi pertanda munculnya kondisi serius yang harus segera ditangani.
Air ketuban keruh bisa dideteksi sebelum persalinan terjadi. Supaya bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya ibu segera berdiskusi dengan dokter. Perlu ibu ketahui bahwa air ketuban yang keruh saat proses persalinan bisa sangat berbahaya jika tertelan oleh janin.
Cara turunin bb pasca secar dok?
Ditanyakan oleh: banianantasari
Dijawab oleh: dr Fadhli Rizal Makarim
Prinsip penurunan berat badan sebenarnya sama, yaitu energi yang dikeluarkan harus lebih besar dari jumlah energi yang dimasukkan (dimakan). Oleh karena itu, meningkatkan sejumlah latihan dan olahraga serta membatasi asupan kalori yang masuk merupakan cara paling efektif untuk menurunkan berat badan dalam berbagai kondisi. Masalah yang mungkin muncul pasca tindakan operasi caesar adalah munculnya kulit bergelambir di sekitar perut. Nah, untuk masalah ini biasanya dapat diselesaikan dengan latihan tertentu yang melibatkan otot perut, seperti sit up, atau squat yang dapat mengembalikan elastisitas dari kulit di perut.
Topik Terkini
Artikel Terkait





