Harus Sehat Fisik dan Mental, Ini Tes Kesehatan untuk Calon Menteri

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   22 Oktober 2019
Harus Sehat Fisik dan Mental, Ini Tes Kesehatan untuk Calon MenteriHarus Sehat Fisik dan Mental, Ini Tes Kesehatan untuk Calon Menteri

Halodoc, Jakarta - Pengumuman Kabinet Menteri Jokowi Jilid II, tinggal dalam hitungan jam. Sehari sebelumnya sejumlah nama melangkah ke Istana untuk bertemu Presiden. Sebut saja Nadiem Makarim (mantan CEO Gojek), Wishnutama (mantan CEO PT. Net Mediatama), hingga Erick Thohir (Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf). 

Nah, menyoal pengumuman menteri ini ada hal menarik yang bisa kita simak. Selain seseorang yang profesional dan bersih menurut KPK, PPATK, dan BNPT, Sang Menteri juga harus prima secara fisik dan mental. Alasannya simpel, mereka memikul tugas yang berat, karena bakal membantu presiden menjalankan program kerjanya selama lima tahun ke depan. Singkat kata, mereka harus tahan banting. 

Oleh sebab itu, banyak dari akademisi yang menyarankan presiden untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada calon menteri yang dipilihnya. Harapannya, agar tidak tumbang di tengah jalan ketika menjalani tugas yang maha berat.

Baca juga: Kenali 4 Fakta Penting Mengenai Cek Darah

Cuma Manusia Biasa, Juga Bisa Sakit

Menjadi seorang menteri, berarti mesti siap berhadapan dengan tingkat stres yang tinggi. Tak cuma itu, berbagai risiko penyakit juga bisa dialami oleh para menteri. Bahkan, beberapa penyakit kronis yang dialami bisa saja kambuh tak terkendali. Enggak percaya? 

Ambil contoh dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid (KIB) I, Era pemerintahan SBY. Mendagri Mohammad Ma'ruf diberhentikan pada 27 Agustus 2007 karena sakit akibat serangan jantung dan stroke. Ada kasus serupa di KIB Jilid II. Menteri BUMN, Mustafa Abubakar juga diberhentikan karena sakit penyempitan pembuluh darah ke jantung.

Terakhir, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih juga berhenti sebagai menteri. Kondisi Ibu Menkes memburuk karena sakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak Oktober 2010.

Nah, disinilah letak peran pentingnya pemeriksaan kesehatan untuk calon menteri. Pertanyaannya, seperti apa sih pemeriksaan kesehatan untuk calon menteri? 

1. Pemeriksaan Laboratorium

Banyak pemeriksaan yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan laboratorium. Contohnya, kadar gula darah yang tinggi, kadar kolesterol, hingga asam urat. Pemeriksaan ketiganya bisa melalui tes darah atau urine. Contohnya, pemeriksaan kolesterol yang bisa diketahui lewat pemeriksaan darah. Kadar kolesterol normal terdiri dari: 

  • HDL: 60 mg/dL atau lebih.

  • LDL: kurang dari 100 mg/dL.  

  • Trigliserida: kurang dari 150 mg/dL. 

  • Kolesterol total: kurang dari 200 mg/dL.

Ingat jangan main-main dengan kolesterol dan diabetes. Untuk kolesterol tinggi bisa menyebabkan komplikasi berupa serangan jantung dan stroke. Sedangkan diabetes, bisa memicu gagal ginjal kronis, gangguan penglihatan, dan masih banyak lagi. 

Hal yang perlu diingat, pemeriksaan kesehatan darah dan urine buka hanya seputar ketiga penyakit di atas. Masih banyak kondisi lainnya yang bisa diselisik lewat kedua pemeriksaan tersebut. Mulai dari kondisi kesehatan secara umum, melihat ada-tidaknya infeksi dalam tubuh, hingga kesehatan organ tertentu, seperti hati dan ginjal. 

2. Pemeriksaan USG

Jangan salah, pemeriksaan kesehatan berupa USG tak hanya seputar kehamilan saja. Nah, berikut ini beberapa tujuan pemeriksaan USG:

  • Memperoleh visualisasi jaringan perut dan organ didalamnya.

  • Mengetahui adanya masalah di dalam prostat menggunakan USG transrektal. 

  • Mendapatkan gambar yang jelas dari organ jantung. 

  • Memantau struktur jaringan di sekitar ginjal.

  • Memperoleh gambar jaringan payudara.

  • Melihat visualisasi struktur mata dengan USG mata.

  • Memonitor perkembangan janin pada ibu hamil.

  • Mengambil sampel jaringan tubuh melalui teknik biopsi.

  • Memperoleh pencitraan dari rahim dan ovarium.

Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan USG abdomen untuk melihat ada-tidaknya kelainan pada liver, kandung empedu, pankreas, kedua ginjal, dan organ-organ abdomen lainnya.

Baca juga: Manakah yang Lebih Baik, Tes USG Abdominal atau Transvaginal?

3. Rontgen Dada/Thorax

Pemeriksaan kesehatan untuk calon menteri ini menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik. Tujuannya untuk menampilkan gambaran bagian dalam dada. Di sini, dokter bisa melihat ada-tidaknya kelainan pada jantung atau paru calon menteri. 

4. Skrining Obesitas

Ada pula beberapa akademisi yang menyarankan agar menteri perlu menjalani skrining obesitas. Jangan salah, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 21,8 persen penduduk Indonesia mengalami obesitas. Mau tahu komplikasi yang bisa ditimbulkan dari obesitas? Pengidapnya mesti siap berhadapan dengan kolesterol tinggi, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan kanker. Tuh, seram kan? 

Selain pemeriksaan kesehatan untuk calon menteri di atas, mungkin terdapat serangkaian tes kesehatan lainnya yang bisa saja dilakukan. Contohnya, menyertakan pemeriksaan kejiwaan untuk melihat lebih dalam kondisi mental calon menteri. Di samping itu, bisa pula melakukan skrining kanker payudara atau mulut rahim untuk calon menteri wanita.

Baca juga: 10 Dampak Negatif Obesitas yang Harus Kamu Ketahui

Sebenarnya, adanya kelainan atau masalah kesehatan yang diidap calon menteri, belum tentu menggugurkan dirinya menjadi menteri. Namun paling tidak, dengan adanya deteksi ini, calon menteri dan tim kesehatan bisa berupaya melakukan pencegahan atau terapi awal. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. High Cholesterol - Diagnosis and Treatment.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Abdominal ultrasound
NHS. Diakses pada 2019. Blood tests

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan