Terapi Kelasi Besi untuk Tangani Sindrom Mielodisplasia

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   08 Maret 2021
Terapi Kelasi Besi untuk Tangani Sindrom MielodisplasiaTerapi Kelasi Besi untuk Tangani Sindrom Mielodisplasia

Halodoc, Jakarta - Sindrom mielodisplasia merupakan sekelompok masalah kesehatan yang terjadi karena sel darah yang tidak mampu terbentuk dengan baik, atau tidak bisa berfungsi dengan baik. Kelainan kesehatan ini ditangani dengan berfokus pada mencegah terjadinya komplikasi sekaligus perawatannya. 

Salah satu perawatan yang dilakukan guna mengobati sindrom mielodisplasia adalah terapi kelasi besi. Metode pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi kadar zat besi dalam tubuh yang semakin tinggi akibat terlalu sering melakukan transfusi darah. Bagaimana prosedur ini dilakukan? Berikut ulasannya!

Prosedur Terapi Kelasi Besi 

Zat besi berfungsi untuk membantu membentuk hemoglobin, yaitu suatu protein penting yang ada dalam sel darah merah. Fungsinya adalah sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh sehingga berbagai organ tubuh dapat berfungsi normal. Zat besi menjadi mineral yang sangat penting karena hemoglobin tidak dapat dibuat tanpa bantuan mineral ini. 

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Tes Kadar Zat Besi

Nah, terapi kelasi besi dilakukan guna mengurangi kelebihan zat besi dari tubuh dengan bantuan obat khusus. Pasalnya, pengidap sindrom mielodisplasia cenderung akan mengalami kelebihan zat besi karena transfusi darah. Sementara itu, tubuh hanya mampu mengeluarkan zat besi dalam jumlah kecil yang terkelupas di kulit atau keringat. 

Kelebihan zat besi lain akan terperangkap pada jaringan organ vital, seperti hipofisis anterior, hati, jantung, pankreas, juga persendian. Ketika kadarnya sudah mencapai tingkat maksimal, justru mengakibatkan kerusakan organ dan memicu penyakit lain, misalnya sirosis, diabetes, osteoartritis, serangan jantung, hingga hormon yang tidak seimbang. 

Baca juga: Beragam Tes untuk Mendiagnosis Sindrom Mielodisplasia

Gangguan kesehatan, seperti hipogonadisme, hipotiroidisme, ketidaksuburan, impotensi, hingga sterilitas juga bisa terjadi akibat ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh kadar zat besi yang terakumulasi atau tertimbun. Oleh karena itu, pengidap sindrom mielodisplasia bisa mengalami gejala berupa kelelahan kronis, sering terjadi perubahan suasana hati, kehilangan gairah seks, kebingungan, hingga hilang ingatan. 

Jika tidak segera mendapatkan penanganan, kelebihan zat besi dapat mengakibatkan gagal organ dan kematian. Pengurangan kadar zat besi dilakukan melalui terapi kelasi besi dengan menggunakan zat pengental zat besi. Obat ini memang dibuat khusus untuk mengikat zat besi sehingga bisa dikeluarkan melalui urine.

Efek Samping Terapi Kelasi Besi 

Meski begitu, terapi kelasi besi juga tak luput dari berbagai efek samping. Ini termasuk urine mengalami perubahan warna menjadi oranye. Namun, kondisi ini tidak berbahaya. Sementara itu, gejala yang bisa berdampak pada gangguan kesehatan, seperti gangguan penglihatan, ruam, gatal, muntah, diare, kram pada perut atau kaki, detak jantung cepat, demam, hipotensi (tekanan darah rendah), pusing, syok anafilaksis, dan nyeri atau pembengkakan pada tempat masuk intravena. 

Baca juga: Jenis Penyakit yang Bisa Terdeteksi Lewat Tes Hematologi

Lalu, efek samping yang terjadi dalam jangka panjang termasuk kerusakan pada ginjal atau hati, hilangnya pendengaran, dan katarak. Jika pengidap yang menjalani terapi kelasi besi mengalami kondisi ini, segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit terdekat. Akses aplikasi Halodoc agar kamu bisa membuat janji dan tidak perlu mengantre lama.

Biasanya, dokter akan menyesuaikan dosis atau melakukan pemeriksaan funduscopy slit-lamp (pemeriksaan mata) dan audiometri atau tes pendengaran. Pemeriksaan lain berupa enzim hati (ALT, AST, GGT dan ALP), pemeriksaan fungsi ginjal seperti BUN, juga pemeriksaan status zat besi. 

Oleh karena efek sampingnya, terapi ini tidak bisa dilakukan secara asal. Tentu saja, butuh banyak pertimbangan dan saran langsung dari ahlinya, mulai dari faktor kesehatan pengidap secara keseluruhan, angka nilai hematologi, terutama hemoglobin, hematokrit, dan kadar zat besi pada jaringan tubuh.



Referensi: 
Healthline. Diakses pada 2021. Total Iron Binding Capacity (TIBC) Test.
Iron Disorders Institute. Diakses pada 2021. Iron Reduction: Chelation Therapy.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Myelodysplastic syndromes.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan