Terapi MBT Bisa Atasi Gangguan Kepribadian Ambang

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   17 Juli 2020
Terapi MBT Bisa Atasi Gangguan Kepribadian AmbangTerapi MBT Bisa Atasi Gangguan Kepribadian Ambang

Halodoc, Jakarta - Kata siapa gangguan kepribadian cuma menyoal narsistik, obsesif kompulsif disorder, antisosial, atau skizofrenia saja? Pernah mendengar gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD)?

BDP merupakan gangguan kepribadian ambang, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati dan citra diri yang senantiasa berubah-ubah, serta perilaku yang impulsif. 

Pengidap borderline personality disorder memiliki cara pandang, pikir, dan perasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang lain kebanyakan. Nah, hal inilah yang nantinya akan menimbulkan masalah di kehidupan sehari-hari. Apalagi di saat menjalin hubungan dengan orang lain, seperti hubungan dengan keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan.

Lalu, bagaimana sih cara mengatasi gangguan kepribadian ambang pada pengidapnya? 

Baca jugaIni yang Terjadi pada Pengidap Borderline Personality Disorder

Manfaat Terapi Mentalization-Based Therapy (MBT)

Gangguan kepribadian yang umumnya muncul pada periode menjelang usia dewasa ini, untungnya dapat membaik seiring bertambahnya usia. Asalkan, cara menangani tepat dan efektif. Nah, terdapat beberapa terapi psikologi untuk mengatasi BPD, salah satunya dengan mentalization-based therapy (MBT). 

Terapi ini menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. MBT membantu pengidap BPD mengenali perasaan dan pikirannya sendiri. Caranya dengan menciptakan perspektif alternatif dari situasi yang tengah dihadapi. Peningkatan mentalisasi dan regulasi emosional adalah inti dari pengobatan MBT.

Terapi MBT meminjam elemen dan teknik umum dari terapi psikodinamik, kognitif-perilaku, sistemik, dan sosial-ekologis. Praktisi MBT bekerja untuk membangun keterikatan terapeutik yang aman dengan pasien. 

Terapis akan menciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman di mana pasien dapat mulai mengeksplorasi perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Kondisi ini pada akhirnya dapat mengembangkan kapasitas mereka untuk mentalisasi. 

Satu intervensi yang biasa digunakan dalam pengobatan MBT adalah transferensi. Di sini terapi akan mengarahkan emosi pasien ke terapis untuk memfasilitasi analisis emosi tersebut.

Menurut para ahli, terapi MBT membantu pasien berpikir sebelum bereaksi terhadap perasaan mereka sendiri atau perasaan yang dirasakan orang lain. Lewat terapi ini diharapkan pasien tidak salah menafsirkan perasaan diri atau orang lain, sehingga bisa merespon dengan tindakan yang tepat. 

Menurut jurnal di US National Library of Medicine National Institutes of Health - Mentalization based treatment for borderline personality disorder, pengobatan berbasis MBT merupakan time-limited treatment yang menyusun intervensi yang mempromosikan pengembangan lebih lanjut dari mentalisasi. 

Baca juga: Waspada 5 Komplikasi dari Gangguan Kepribadian Ambang

Metode ini telah diuji dan terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk BPD, ketika disampaikan oleh para profesional kesehatan mental yang diberikan pelatihan tambahan.  

Selanjutnya, kondisi apa sih yang menyebabkan terjadi BDP? 

Dari Genetik sampai Kelainan pada Otak

Dalam kebanyakan kasus, borderline personality disorder biasanya muncul ketika menjelang masa dewasa dan bertahan saat usia dewasa. Pengidapnya bisa merasakan gejala, seperti kondisi mood atau suasana hati yang tak stabil, gangguan pola pikir dan persepsi, perilaku impulsif, hingga tak stabil dalam menjalin hubungan yang intens. Lalu, apa sih yang menyebabkan gangguan kepribadian ini? 

Sayangnya, hingga saat ini penyebab BPD belum diketahui pasti. Namun, setidaknya ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu kondisi ini, seperti: 

  • Genetik. Borderline personality disorder diduga dapat diturunkan secara genetik. 
  • Lingkungan. Faktor lingkungan yang negatif, diduga juga bisa menimbulkan BPD. Contohnya, riwayat penyiksaan atau pelecehan semasa kecil atau pula dicampakkan oleh orangtua.
  • Ciri kepribadian tertentu. Beberapa tipe kepribadian lebih berisiko mengalami BPD, contohnya kepribadian agresif dan impulsif.
  • Kelainan pada otak. Pengidap BDP memiliki perubahan struktur pada fungsi otak, terutama pada area yang mengatur impuls dan emosi. Pengidapnya juga diduga mengalami kelainan fungsi dari zat kimia otak atau neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan emosi. 

Hal yang perlu diingat, bukan berarti orang yang tak memiliki satupun faktor risiko di atas, tidak bisa mengalami BPD. Hal sebaliknya juga berlaku, bukan berarti mereka yang memiliki faktor risiko di atas akan mengalami BDP. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
Mayo Clinic. Diseases and Conditions. Diakses pada 2020. Personality Disorders. 
NIH. National Institute of Mental Health. Diakses pada 2020. Borderline Personality Disorder.
US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada 2020. Mentalization based treatment for borderline person.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan