Tingginya Pernikahan Dini di Indonesia, Ini Langkah Mencegahnya

6 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   28 Oktober 2024

Pernikahan dini bisa picu gangguan kesehatan fisik dan mental.

Tingginya Pernikahan Dini di Indonesia, Ini Langkah MencegahnyaTingginya Pernikahan Dini di Indonesia, Ini Langkah Mencegahnya

DAFTAR ISI


Pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi pada usia di bawah standar hukum atau norma sosial yang berlaku. Praktek ini umumnya melibatkan anak di bawah umur 18 tahun. 

Menurut UNICEF, pernikahan dini mengacu pada praktik pernikahan yang melibatkan salah satu atau kedua pasangan yang masih anak-anak dan belum mencapai usia dewasa secara fisik maupun psikologis. 

Pernikahan dini banyak terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Munculnya praktek ini disebabkan oleh berbagai alasan, salah satunya tekanan ekonomi.

Fenomena pernikahan dini di Indonesia masih menjadi perhatian besar, terutama karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan anak. Simak informasi selengkapnya berikut ini!

Alasan Pernikahan Dini Tidak Disarankan

Ada berbagai alasan mengapa pernikahan dini tidak disarankan, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun psikologis.

Salah satu alasan utama adalah dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak, terutama pada anak perempuan. 

Pernikahan dini cenderung meningkatkan risiko masalah kehamilan pada usia muda, seperti preeklampsia, kelahiran prematur, hingga risiko kematian ibu dan bayi. 

Menurut laporan dari UNFPA, risiko kematian bagi anak perempuan berusia 15 hingga 19 tahun yang melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang hamil pada usia dewasa.

Selain itu, pernikahan dini juga berpengaruh negatif terhadap pendidikan. Anak-anak yang menikah pada usia muda cenderung putus sekolah. 

Pada akhirnya, kondisi ini membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan membangun masa depan yang lebih baik. 

Kehilangan akses terhadap pendidikan juga berdampak langsung pada ekonomi dan ketahanan keluarga. 

Dalam jangka panjang, pernikahan dini berpotensi memperkuat lingkaran kemiskinan antargenerasi, karena anak-anak yang menikah dini tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Secara psikologis, pernikahan dini sering kali memicu tekanan emosional, stres, dan gangguan kesehatan mental.

Anak yang menikah pada usia dini belum cukup matang untuk menghadapi tuntutan hidup berumah tangga. 

Mereka lebih rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan tekanan sosial yang tinggi. 

Mengenal Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Cara Menyikapinya berikut ini.

Pernikahan dini menempatkan anak pada posisi yang kurang berdaya, sehingga mereka lebih rentan terhadap eksploitasi dan pelecehan, yang dapat berdampak pada stabilitas psikologis mereka. 

Simak 6 Akibat Pernikahan Dini untuk Kesehatan Mental dan Fisik Remaja agar orang tua lebih memahaminya.

Studi Terkait Pernikahan Dini di Indonesia

Para ahli berpendapat bahwa pernikahan dini merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hak anak, karena melanggar hak mereka untuk memperoleh pendidikan, kesehatan, dan kesempatan berkembang sesuai dengan potensi mereka. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam The SERUM Research Institute,  dalam penelitiannya tentang pernikahan dini di Indonesia, pernikahan dini membuat anak-anak terjebak dalam situasi yang memaksa mereka untuk mengambil tanggung jawab. Padahal tanggung jawab ini seharusnya belum menjadi beban mereka. 

Dalam penelitian tersebut juga, budaya, agama, serta tekanan ekonomi sering kali menjadi faktor pendorong pernikahan dini di daerah-daerah tertentu di Indonesia.

Studi lain yang dipublikasikan dalam Cambridge University Press, pernikahan dini juga dapat membatasi akses anak terhadap pendidikan dan mengurangi peluang mereka untuk memiliki masa depan yang lebih baik. 

Penelitian yang dilakukan di sebuah desa di Jawa Barat, ditemukan bahwa pernikahan dini sering kali dipandang sebagai jalan keluar untuk menghindari “aib” sosial atau sebagai solusi untuk menstabilkan keadaan ekonomi keluarga. 

Namun, hal ini justru membawa dampak yang berlawanan, seperti kemiskinan berkepanjangan, masalah kesehatan, dan rendahnya akses terhadap pendidikan bagi generasi berikutnya.

Hal yang Bisa Dilakukan untuk Cegah Pernikahan Dini

Mencegah pernikahan dini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, keluarga, serta lembaga pendidikan dan sosial.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Edukasi tentang pentingnya pendidikan

Edukasi masyarakat luas agar memahami bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai masa depan yang lebih baik. 

Dengan pendidikan, anak-anak memiliki peluang yang lebih besar untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka sehingga dapat mandiri secara finansial di masa depan. 

Program yang meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi anak perempuan sangat efektif dalam mencegah pernikahan dini.

2. Pemberdayaan ekonomi untuk keluarga

Kemiskinan adalah salah satu faktor utama yang mendorong pernikahan dini. 

Dengan memberdayakan keluarga melalui program ekonomi, seperti pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha, keluarga memiliki sumber penghasilan yang memadai sehingga tidak perlu menikahkan anak pada usia dini.

3. Sosialisasi dampak pernikahan dini

Program sosialisasi mengenai dampak negatif pernikahan dini harus ditingkatkan, baik di sekolah maupun di masyarakat. 

Kampanye ini dapat disampaikan melalui media sosial, forum masyarakat, dan lembaga-lembaga agama untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan, sosial, dan ekonomi dari pernikahan dini.

4. Berikan dukungan hukum dan pengawasan ketat

Memperkuat regulasi dan penegakan hukum yang melarang pernikahan di bawah umur juga penting dalam mencegah praktik ini. 

Pemerintah perlu bekerja sama dengan aparat desa dan pemuka agama untuk memastikan peraturan ini dijalankan dengan ketat.

Selain itu, perlunya bimbingan dan perlindungan bagi anak yang terancam menikah dini agar mereka bisa melanjutkan pendidikan dan kehidupan tanpa beban pernikahan.

5. Berikan konseling dan dukungan untuk anak remaja

Konseling bagi remaja dan keluarga dapat membantu mereka memahami hak-hak anak serta pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang matang.

Program ini bisa diberikan di sekolah atau pusat layanan kesehatan dan sosial untuk membantu remaja merencanakan masa depan yang lebih baik.

Itulah penjelasan seputar pernikahan. yang perlu kamu ketahui. Jika punya masalah kesehatan, hubungi dokter di Halodoc saja.

Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat sekaligus meresepkan obat.

Tunggu apa lagi? Pakai Halodoc sekarang juga!

Referensi:
UNICEF. Diakses pada 2024. Child Marriage. 
Save the Children.  Diakses pada 2024. Child Marriage: A Violation of Child Rights. 
UNFPA.  Diakses pada 2024. Child Marriage.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Diakses pada 2024. Menteri PPPA :  Angka Perkawinan Anak Turun Menjadi 6,92 Persen, Lampaui Target RPJMN.
The SERUM Research Institute. Diakses pada 2024.  Prevalence of Child Marriage and Its Determinants among Young Women in Indonesia.
Cambridge University Press.  Diakses pada 2024. Child Marriage in a Village in West Java (Indonesia): Compromises between Legal Obligations and Religious Concerns. 
Hein Online. Diakses pada 2024. The Darkest Phase for Family: Child Marriage Prevention and Its Complexity in Indonesia.