Wanita Lebih Berisiko Mengidap Sindrom Antifosfolipid, Ini Alasannya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   28 Maret 2019
Wanita Lebih Berisiko Mengidap Sindrom Antifosfolipid, Ini AlasannyaWanita Lebih Berisiko Mengidap Sindrom Antifosfolipid, Ini Alasannya

Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar sindrom antifosfolipid atau sindrom Hughes? Dalam dunia medis, sindrom ini merupakan gangguan autoimun yang menyebabkan darah jadi mudah membeku dan menggumpal. Kondisi ini juga disebut dengan darah kental.

Dalam kondisi yang normal, antibodi akan berperan melawan infeksi. Tapi, pengidap sindrom antifosfolipid (APS), antibodi ini justru menyerang senyawa lemak yang disebut fosfolipid yang berperan dalam proses pembekuan darah.

Lalu, benarkah sindrom antifosfolipid ini lebih sering menyerang wanita ketimbang pria?

Baca juga: Sering Kelelahan, Waspada Gejala Sindrom Antifosfolipid

Menimbulkan Sederet Gejala

Sistem imun dalam tubuh pengidap sindrom antifosfolipid menghasilkan antibodi yang menjadikan darah lebih kental. Dengan kata lain, lebih mudah membeku dibandingkan dengan kondisi normal. Nah, inilah yang bisa menimbulkan gumpalan darah di pembuluh darah arteri maupun vena. Tak cuma itu saja, gumpalan darah yang terbentuk ini bisa membuat pengidap sindrom antifosfolipid mengalami beberapa gejala.

Misalnya, trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT), keguguran, dan komplikasi kehamilan (seperti, kelahiran prematur, preeklamsia, dan eklamsia), emboli paru, stroke, serangan jantung, ruam dan luka pada kulit, serta penyumbatan pembuluh darah di mata, hati, atau ginjal.

Selain menyebabkan masalah kesehatan, pengidap juga bisa mengalami beberapa tanda dan gejala. Seperti, kesemutan pada lengan dan tungkai, kelelahan, sakit kepala berulang, gangguan penglihatan, gangguan ingatan, gangguan bicara, gangguan gerak dan keseimbangan, serta mudah memar akibat jumlah sel trombosit yang rendah.

Baca juga: Inilah Faktor Risiko yang Dapat Memicu Sindrom Antifosfolipid

Ketahui Faktor Risikonya

Ada berbagai kondisi yang membuat seseorang lebih rentan terkena sindrom Antifosfolipid. Antara lain:

  • Berjenis kelamin wanita.

  • Memiliki riwayat penyakit autoimun, seperti lupus atau sindrom Sjogren.

  • Mengalami infeksi hepatitis C, HIV/AIDS, atau sifilis.

  • Memiliki riwayat keluarga dengan riwayat sindrom Antifosfolipid.

  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik amoksisilin.

  • Riwayat operasi, terutama operasi pada daerah tungkai.

  • Memiliki kolesterol tinggi.

  • Menjalani terapi sulih estrogen atau konsumsi pil KB.

  • Sedang hamil.

  • Kebiasaan merokok.

  • Duduk atau tiduran dalam jangka waktu yang lama.

Wanita Lebih Rentan, Kok Bisa?

Sebenarnya, sampai saat ini penyebab pasti dari sindrom antifosfolipid belum diketahui pasti. Meski begitu, sindrom antifosfolipid memang bisa terjadi pada orang-orang dari segala usia. Tapi, lebih sering terjadi pada wanita dan orang-orang yang memiliki gangguan autoimun atau rematik lainnya, seperti lupus. Yang bikin resah lagi, ternyata penyakit autoimun diketahui lebih sering menyerang wanita ketimbang pria. Sebagian besar kasusnya terjadi pada mereka di usia 20—40 tahun.

Baca juga: 6 Jenis Penyakit yang Sering Menyerang Wanita

Contoh penyakit autoimun yang lebih sering menyerang wanita, seperti lupus, multiple sclerosis (MS), tiroiditis hashimoto, dan graves. Lalu, apa sih yang membuat penyakit autoimun lebih rentan dialami wanita? Ternyata penyakit autoimun sering kali berhubungan dengan hormonal, khususnya hormon estrogen. Nah, beruntunglah kaum adam, sebab pada dasarnya perempuan memang lebih banyak memiliki hormon estrogen dalam tubuhnya.

Hormon estrogen sendiri berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan karakteristik seksual wanita serta proses reproduksi. Tak cuma itu, fungsinya mengatur fungsi organ dan sel, hingga mengatur perkembangan dan metabolisme.

Banyak penyakit autoimun yang cenderung membaik atau memburuk seiring dengan fluktuasi hormon wanita. Misalnya, ketika mereka hamil, menggunakan kontrasepsi oral, ataupun sejalan dengan siklus menstruasi. Nah, inilah yang mengindikasikan kalau hormon seksual mungkin berperan dalam banyak penyakit autoimun.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!