Waspada Hyperacusis, Kondisi Anak Terlalu Peka pada Suara
“Hyperacusis merupakan kondisi kepekaan terhadap suara yang umum dialami anak-anak maupun orang dewasa. Anak yang mengalaminya biasanya tidak dapat mentoleransi suara sehari-hari, seperti suara mesin mobil atau suara alat penyedot.”

Halodoc, Jakarta – Kepekaan suara pada anak-anak umum terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya, anak yang akan menutup telinga saat berada di lingkungan yang bising, hingga tidak dapat mentolerir suara bernada tinggi dari musik. Ketidakmampuan untuk mentolerir suara dari lingkungan tentu dapat menyulitkan anak setiap hari.
Perlu orang tua ketahui, kondisi kepekaan terhadap suara ini dikenal sebagai hyperacusis. Kondisi tersebut sering terjadi pada anak-anak usia prasekolah, dan biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, pada anak yang memiliki masalah perkembangan saraf, hyperacusis dapat bertahan hingga ia besar. Hyperacusis dapat menyebabkan kecemasan dan keinginan anak untuk menghindari tempat atau aktivitas tertentu.
Mengenal Hyperacusis dan Penyebabnya pada Anak
Hyperacusis adalah istilah medis untuk gangguan kepekaan terhadap suara. Orang yang memiliki kondisi tersebut memiliki rasa tidak nyaman pada suara-suara yang terbilang umum, seperti:
- Mesin mobil.
- Alat penyedot debu.
- Air mengalir.
- Suara mengunyah.
- Anjing menggonggong.
- Suara musik.
Sementara itu, sensasi yang dirasakan oleh pengidap hyperacusis saat mendengar suara yang tidak nyaman yaitu:
- Rasa sakit yang tajam, tumpul, atau menusuk di telinga, rahang, atau leher.
- Kesemutan di telinga.
- Perasaan penuh di telinga.
Ada beberapa kemungkinan penyebab hyperacusis pada anak, misalnya:
- Paparan kebisingan yang tinggi atau terlalu sering. Suara keras adalah penyebab utama hyperacusis. Paparan kebisingan dapat terjadi karena terlalu sering, seperti memutar musik keras selama bertahun-tahun. Atau, suatu kejadian seperti mendengar suara tembakan.
- Cedera kepala. Cedera yang melibatkan kepala atau telinga dapat menyebabkan hyperacusis.
- Infeksi virus. Infeksi virus yang mempengaruhi saraf wajah atau telinga bagian dalam dapat menyebabkan hyperacusis.
- Pernah menjalani operasi rahang atau wajah. Hyperacusis dapat terjadi jika telinga bagian dalam atau saraf wajah rusak selama operasi.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Seperti beberapa obat kanker, dapat menyebabkan kerusakan telinga dan hyperacusis.
- Gangguan autoimun. Hyperacusis dapat disebabkan oleh kondisi autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik.
- Gangguan sendi temporomandibular. Sendi temporomandibular menempelkan rahang bawah ke tengkorak. Masalah pada sendi ini dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran, seperti hyperacusis.
- Autisme. Kondisi autisme atau spektrum autisme dapat menyebabkan kepekaan pendengaran, termasuk hyperacusis.
- Stres emosional. Tingkat stres yang tinggi, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dapat meningkatkan risiko hyperacusis.
Selain hal-hal di atas, apa pula penyebab hyperacusis lainnya yang sering tidak diketahui.
Penanganan Hyperacusis Tergantung pada Penyebab
Pengobatan hyperacusis tergantung pada penyebabnya. Tujuannya adalah untuk mengelola gejala dan mengurangi sensitivitas pendengaran. Perawatan untuk anak-anak umumnya sama dengan orang dewasa, yaitu:
- Terapi perilaku kognitif. Profesional kesehatan mental akan mengajari anak tentang cara mengelola respons emosional terhadap suara. Terapi ini juga dapat membantu anak mengelola penyebab psikologis hyperacusis, seperti stres atau trauma.
- Terapi tinnitus. Terapi ini menggunakan perangkat yang mirip dengan alat bantu dengar. Perangkat tersebut akan menciptakan suara berintensitas rendah, yang memungkinkan otak mendengar suara bising. Seiring waktu otak akan mengurangi penekanan pada tinnitus. Terapi ini juga digunakan untuk hyperacusis, karena dapat membantu mengurangi sensitivitas pendengaran.
- Desensitisasi suara. Anak akan diperdengarkan suara statis lembut untuk waktu yang ditentukan setiap hari. Pengobatan ini secara bertahap dapat meningkatkan toleransi terhadap suara. Diperlukan waktu sekitar 6 bulan atau lebih untuk mendapatkan hasilnya.
Itulah yang perlu diketahui tentang hyperacusis pada anak. Jika Si Kecil mengalami gangguan terhadap pendengaran, sebaiknya segera kunjungi dokter. Orang tua juga bisa membuat janji medis di rumah sakit pilihan melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!


