Egg Freezing, Tingkatkan Peluang Kehamilan Meski Usia Tak Lagi Muda

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   19 Januari 2022

“Metode egg freezing cocok dilakukan jika kamu belum siap untuk hamil dalam waktu dekat, atau mengidap kondisi tertentu yang dapat memengaruhi kesuburan dan kehamilan. Namun, metode tersebut juga memiliki berbagai risiko yang mengintai. Salah satunya seperti risiko keguguran yang akan semakin tinggi pada wanita yang lebih tua.”

Egg Freezing, Tingkatkan Peluang Kehamilan Meski Usia Tak Lagi MudaEgg Freezing, Tingkatkan Peluang Kehamilan Meski Usia Tak Lagi Muda

Halodoc, Jakarta – Metode egg freezing (oocyte cryopreservation) merupakan metode ekstraksi sel telur untuk dibekukan. Metode tersebut bertujuan agar kemampuan wanita dalam meningkatkan peluang kehamilan terjaga di masa mendatang. 

Nantinya, sel telur yang diambil dari ovarium akan dibekukan tanpa dibuahi dan disimpan untuk digunakan. Menariknya lagi, sel telur beku yang dibekukan melalui metode ini dapat dicairkan dan dikombinasikan dengan sperma untuk ditanamkan pada rahim seorang wanita (fertilisasi in vitro). 

Metode egg freezing kini tengah ramai diperbincangkan setelah salah satu aktris tanah air melakukan metode ini. Nah, jika kamu sedang mempertimbangkan kehamilan di masa mendatang, tak ada salahnya untuk mengenal lebih jauh tentang egg freezing. Yuk, simak informasinya di sini! 

Alasan Mengapa Egg Freezing Perlu Dipertimbangkan  

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), puncak masa subur dan kualitas telur terbaik wanita berada pada 20-30 tahun. Namun, ketika wanita sudah menginjak usia 30 tahun ke atas, masa subur mereka perlahan-lahan akan berkurang. Hal ini membuat seorang wanita sulit untuk mendapatkan anak. Pada usia 45, kesuburan telah menurun begitu banyak sehingga hamil secara alami tidak mungkin bagi kebanyakan wanita.

Nah, metode egg freezing mungkin bisa menjadi pilihan yang tepat jika kamu saat ini belum siap untuk hamil, tetapi ingin meningkatkan peluang kehamilan di masa mendatang. Terutama ketika kamu sudah tidak lagi berada di usia subur.

Namun, perlu diketahui bahwa metode ini berbeda dengan pembekuan telur yang dibuahi atau kriopreservasi embrio. Sebab, metode egg freezing sama sekali tidak memerlukan sperma karena sel telur tidak akan dibuahi sebelum dibekukan. 

Jika kamu ingin melakukannya, dokter mungkin akan menganjurkan untuk menggunakan obat kesuburan. Tujuannya agar ovulasi dapat berlangsung dengan optimal, sehingga tubuh akan menghasilkan banyak sel telur untuk diambil. 

Di samping itu, kamu mungkin perlu mempertimbangkan metode tersebut, apabila mengalami beberapa kondisi seperti: 

  • Mengidap kondisi atau keadaan medis yang dapat memengaruhi kesuburan. Misalnya seperti anemia sel sabit, penyakit autoimun seperti lupus, hingga keragaman gender.
  • Kamu sedang menjalani pengobatan untuk kanker atau penyakit lain yang dapat memengaruhi kemampuan hamil.
  • Sedang menjalani perawatan medis tertentu, seperti terapi radiasi atau kemoterapi. Pasalnya, kedua perawatan medis tersebut sama-sama dapat membahayakan kesuburan seorang wanita.
  • Kamu ingin menjalani program fertilisasi in vitro atau bayi tabung.
  • Kamu ingin mengawetkan telur yang lebih muda saat ini, untuk dipergunakan di masa mendatang. 

Adakah Risiko yang Mengintai dari Metode Ini?

Layaknya semua metode medis, egg freezing atau pembekuan telur juga memiliki berbagai risiko. Berikut adalah beberapa risiko yang dapat terjadi dari metode tersebut, antara lain:

1. Efek Samping Penggunaan Obat Kesuburan

Penggunaan obat kesuburan suntik seperti hormon luteinizing untuk menginduksi ovulasi, dapat menyebabkan ovarium menjadi bengkak dan nyeri setelah ovulasi atau pengambilan sel telur. Gejala dari kondisi efek samping tersebut dapat berupa sakit perut, kembung, mual, muntah, atau bahkan diare. Meski begitu, perlu diketahui bahwa efek samping tersebut jarang terjadi.

2. Komplikasi Prosedur Pengambilan Telur

Meski jarang terjadi, tapi penggunaan jarum aspirasi atau aspirating needle untuk mengambil sel telur berisiko menyebabkan komplikasi. Contohnya seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada usus, kandung kemih, hingga pembuluh darah.

3. Risiko Emosional

Metode egg freezing atau pembekuan telur dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan. Akan tetapi, tidak ada jaminan akan keberhasilan dari metode tersebut, karena egg freezing hanya dapat meningkatkan peluang kehamilan.

4. Risiko Keguguran 

Apabila kamu menggunakan sel telur beku untuk memiliki anak, maka risiko keguguran juga akan mengintai. Wanita yang lebih tua akan memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan peningkatan risiko cacat lahir pada bayi yang lahir melalui metode pembekuan sel telur. Meski begitu, penelitian lebih lanjut tentu masih diperlukan terkait keamanan dan efektivitas metode egg freezing atau pembekuan telur.

Nah, itulah penjelasan mengenai metode egg freezing yang baru-baru ini tengah ramai diperbincangkan khalayak ramai. Metode tersebut cocok dilakukan jika kamu belum siap untuk hamil dalam waktu dekat atau mengidap kondisi kehamilan tertentu yang dapat memengaruhi kesuburan dan kehamilan.

Namun, metode egg freezing juga memiliki berbagai risiko yang mengintai. Salah satunya seperti risiko keguguran yang akan semakin tinggi pada wanita yang lebih tua.  

Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar metode pembekuan sel telur untuk kehamilan, sebaiknya kamu menghubungi dokter spesialis kandungan di aplikasi Halodoc. Lewat fitur chat/video call secara langsung pada aplikasinya. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download Halodoc sekarang!

Referensi:

Kumparan. Diakses pada 2022. Tak Permasalahkan Usia untuk Menikah, Luna Maya Mengaku Sudah Lakukan Freeze Egg
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Egg freezing
ACOG. Diakses pada 2022. Having a Baby After Age 35: How Aging Affects Fertility and Pregnancy

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan