Hapus Stigma, Kenali Mitos dan Fakta Epilepsi

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   27 November 2018
Hapus Stigma, Kenali Mitos dan Fakta EpilepsiHapus Stigma, Kenali Mitos dan Fakta Epilepsi

Halodoc, Jakarta -  Epilepsi atau dikenal dengan ayan adalah gangguan sistem saraf pusat yang memiliki gejala cukup khas yaitu kejang berulang tanpa penyebab yang pasti. Epilepsi tak hanya dapat menyebabkan kejang, tapi juga membuat seseorang kehilangan kesadaran. Gangguan sistem saraf ini terjadi karena kelainan dalam jaringan otak atau adanya aliran listrik yang tidak normal pada otak.

Epilepsi dapat dialami semua usia, baik wanita maupun pria dan biasanya gejala epilepsi bisa dideteksi semenjak usia anak-anak. Sehingga dapat dilakukan pencegahan untuk menurunkan risiko dan komplikasi penyakit lain. Adanya aliran listrik yang tidak normal pada otak, menyebabkan kejang pada penderita epilepsi. Terdapat dua jenis gejala kejang pada kondisi epilepsi yang perlu diperhatikan, yaitu kejang umum dan kejang parsial. Kejang umum terjadi pada seluruh bagian tubuh. Berbeda dengan kejang parsial yang hanya dialami pada sebagian tubuh saja.

Penyakit epilepsi bukan penyakit menular sehingga tidak ada salahnya untuk berinteraksi dengan pengidapnya. Bagi sebagian masyarakat, epilepsi terkadang dianggap sebagai gangguan sistem saraf seperti migrain atau penyakit mental. Sebaiknya kamu ketahui lebih banyak mengenai penyakit epilepsi agar mengerti penanganan atau pencegahannya.

1. Penyakit Saraf yang Paling Banyak Terjadi

Menurut data dari World Health Organization (WHO), penyakit epilepsi adalah penyakit gangguan saraf yang paling banyak dialami oleh penduduk dunia. Pada tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk dunia mengalami penyakit gangguan sistem saraf ini.

2. Kehamilan dapat Menyebabkan Epilepsi

Perubahan hormon yang terjadi pada wanita ketika masa kehamilan dapat menyebabkan epilepsi. Saat hamil, wanita akan mengalami perubahan pada hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dapat meningkatkan aktivitas listrik di otak sedangkan progesteron sebaliknya. Selalu lakukan cek kesehatan saat masa kehamilan untuk mencegah terjadinya epilepsi. Faktanya, ibu yang memiliki riwayat epilepsi dapat menurun pada bayinya.

3. Epilepsi Bisa Dicegah dalam Lingkungan yang Baik

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit epilepsi, salah satunya dengan terapi. Pengidap epilepsi juga harus berada dalam lingkungan yang mendukung. Epilepsi bukan hanya sekedar gangguan kesehatan pada sistem saraf, masalah psikologi dan lingkungan ikut berpengaruh pada munculnya penyakit ini. Rasa percaya diri dan motivasi bisa membuat pengidap mengontrol penyakit epilepsi.

5. Komplikasi dari Penyakit Lainnya

Seseorang bisa mengalami epilepsi ketika memiliki penyakit tertentu dalam dirinya. Seseorang yang memiliki gangguan pada otak maupun sistem saraf seperti meningitis atau infeksi otak dapat meningkatkan risiko mengalami epilepsi. Penyakit HIV serta infeksi saraf dan imun juga berisiko meningkatkan penyakit epilepsi pada seseorang.

6. Makanan yang Tepat dapat Menangani Kondisi Epilepsi

Mengonsumsi makanan yang tepat untuk pengidap epilepsi dapat mencegah munculnya penyakit epilepsi. Daging ayam, sapi, serta makanan laut merupakan beberapa makanan yang baik dikonsumsi oleh pengidap epilepsi karena mengandung lemak dan protein yang cukup tinggi. Pengidap epilepsi juga disarankan untuk mengonsumsi cukup protein, sehingga dianjurkan untuk mengonsumsi kacang-kacangan agar kebutuhan protein terpenuhi. Sayuran dan buah yang mengandung antioksidan tinggi juga baik untuk melindungi sel tubuh dari kerusakan.

Itu penjelasan tentang fakta dari penyakit epilepsi. Tidak ada salahnya untuk bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai penyakit epilepsi. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga melalui App Store atau Google Play!

Baca juga:

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan