Hati-Hati, Rindu Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   08 Oktober 2021

“Jauh dari orang tersayang dapat membuat tubuh mengalami respon fisik yang setara dengan gejala penarikan obat. Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan rasa cemas, kadar stres dan kortisol pada tubuh manusia yang sedang dilanda rindu. Tak hanya itu, rasa ketidaknyamanan fisik juga muncul selama para peserta penelitian berada jauh dari pasangannya.”

Hati-Hati, Rindu Bisa Berdampak pada Kesehatan MentalHati-Hati, Rindu Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental

Halodoc, Jakarta- Rasa rindu atau kangen umumnya hadir ketika ada jarak yang memisahkan seseorang dengan yang lain. Meski sebagian besar orang menganggap bahwa kehadiran rasa rindu merupakan sesuatu yang wajar, namun menahan rasa rindu ternyata dapat berdampak bagi kesehatan mental. Pasalnya, laporan dari Scientific American menyebutkan bahwa jauh dari orang tersayang dapat memicu terjadinya peningkatan rasa kecemasan, gejala depresi, hingga masalah seperti gangguan tidur.

Laporan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yerkes National Primate Research Center. Pada penelitian tersebut, seekor tikus jantan sengaja dipisahkan dari pasangannya. Seiring berjalannya waktu, tikus jantan yang terpisah dengan betinanya menunjukkan perilaku depresi. Namun, sebenarnya apa penjelasan ilmiah terkait rasa rindu yang tak tersampaikan berdampak pada kesehatan mental? Yuk simak infonya di sini! 

Baca juga: Ketahui Dampak Negatif Sosial Media bagi Kesehatan Mental

Penjelasan Ilmiah Terkait Fenomena Rindu

Jauh dari orang tersayang dapat membuat tubuh mengalami respon fisik yang setara dengan gejala penarikan obat. Itulah alasan mengapa saat tikus yang berpasangan dipisahkan menunjukkan perilaku depresi. Sebab, ketika hewan monogami seperti tikus yang kawin dan hidup bersama dengan pasangannya, pada tubuhnya akan terjadi peningkatan kadar vasopresin dan oksitosin yang mendorong keterikatan emosional. 

Kondisi tersebut dapat mengaktifkan area otak yang terkait dengan penghargaan. Oleh sebab itu, tikus-tikus yang dijadikan sebagai subjek penelitian dapat mengalami reaksi fisik yang serupa dengan gejala ‘sakau’ obat, ketika berada jauh dari pasangannya.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Lisa Diamond, seorang psikolog dari University of Utah, menunjukkan adanya reaksi fisik ketika seorang manusia jauh dari pasangannya. Riset tersebut dilakukan dengan memisahkan pasangan yang terlibat dalam penelitian selama empat hingga tujuh hari. Hasilnya, terjadi reaksi fisik yang membuat salah satu pasangan tersebut mengalami gangguan tidur dan kesulitan dalam mengontrol emosi. Selain itu, penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan rasa cemas, kadar stres dan kortisol. Tak hanya itu, rasa ketidaknyamanan fisik juga muncul selama para peserta penelitian berada jauh dari pasangannya.

Baca juga: Deteksi Lebih Dini Gangguan Mental Skizofrenia

Ini Kaitannya dengan Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 membuat banyak orang harus terpisah atau berada jauh dengan orang tersayang. Misalnya seperti keluarga, teman-teman maupun kekasih. Kondisi tersebut tentu dapat membuat masalah kesehatan mental meningkat selama pandemi, akibat rasa rindu dan kesepian yang melanda. Namun, beberapa hal tentu dapat dilakukan guna mengatasi rasa rindu tersebut meski tak dapat bertemu, antara lain:

  1. Lebih Sering Bersosialisasi

Dilansir dari NHS, membuat rutinitas untuk memeriksakan diri dan bersosialisasi dengan orang lain dapat menjadi hal yang baik. Terutama selama pandemi COVID-19 berlangsung agar rasa rindu dan kesepian yang dirasa dapat teralihkan. Meski tak dapat bertemu langsung, kamu dapat mengirimkan pesan kepada teman lama atau kolega melalui media sosial. Selain itu, berbicara dengan orang-orang terdekat seperti anggota keluarga melalui telepon juga dapat dilakukan.

  1. Jalin Komunikasi yang Sehat dengan Pasangan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa rasa rindu memiliki efek yang sama dengan gejala putus otak pada sakau. Maka untuk kamu yang memiliki pasangan dan merindukannya, tapi sulit untuk bertemu, cobalah untuk selalu menjalin komunikasi yang sehat. 

Berikan informasi terbaru mengenai satu sama lain, lakukanlah diskusi mengenai hal-hal yang terlintas pada pikiran. Kemudian, kamu juga dapat menanyakan seputar kesehatan fisik dan mental dari pasanganmu. Selama melakukannya, gunakanlah kata-kata yang positif dan hubungilah pasangan sesering mungkin.

  1. Melakukan Hal yang Menyenangkan

Ketika sedang tidak berkomunikasi dengan seseorang yang kamu rindukan, cobalah untuk mencari hal-hal lain yang dapat membuatmu senang. Misalnya seperti membaca buku yang sudah lama ingin dibaca. Selain itu, kamu juga dapat mencoba hobi-hobi baru yang dirasa dapat dilakukan sendirian. Salah satunya adalah menggambar atau melukis yang dapat menenangkan diri.

Itulah penjelasan mengapa menahan rindu dapat berdampak pada kesehatan mental. Tak dapat berinteraksi dengan seseorang yang dicintai akibat situasi tertentu memang terasa menyedihkan. Maka dari itu, agar dapat menjaga kesehatan mental secara stabil, cobalah untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan agar pikiran teralihkan, serta menjalin komunikasi yang lebih intens dengan orang-orang terdekat.

Baca juga: 6 Kesalahpahaman Umum tentang Kesehatan Mental

Apabila kamu merasakan perasaan ‘campur aduk’ saat merindukan seseorang, segeralah memeriksakan kesehatan mentalmu. Pasalnya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa merindukan seseorang dapat memicu timbulnya masalah mental seperti depresi atau gangguan tidur. Bisa saja, perasaan campur aduk tersebut adalah gejala depresi dari akumulasi perasaan rindumu.

Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu dapat menghubungi psikolog terpercaya untuk menceritakan perasaan yang kamu rasakan. Lewat fitur video call/chat secara langsung pada aplikasinya. Nantinya, bila pemeriksaan secara langsung diperlukan, kamu juga dapat membuat janji dengan psikolog di rumah sakit pilihanmu. Tanpa perlu mengantri berlama-lama. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:

Scientific American. Diakses pada 2021. Why It Hurts to Be Away from Your Partner
NPRC. Diakses pada 2021. Vole Mates: Why These Rodents Bond for Life
Research Gate. Diakses pada 2021. The neuroimaging of love and desire: Review and future directions
NCBI. Diakses pada 2021. Breaking bonds in male prairie vole: long-term effects on emotional and social behavior, physiology, and neurochemistry
NCBI. Diakses pada 2021. Partner Loss in Monogamous Rodents: Modulation of Pain and Emotional Behavior in Male Prairie Voles
NHS. Diakses pada 2021. What you can do if you feel lonely during the coronavirus (COVID-19) outbreak

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan