Jangan Sepelekan Dengkuran Saat Tidur, Bisa Jadi Kesehatan Terganggu

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   28 September 2018
Jangan Sepelekan Dengkuran Saat Tidur, Bisa Jadi Kesehatan TergangguJangan Sepelekan Dengkuran Saat Tidur, Bisa Jadi Kesehatan Terganggu

Halodoc, Jakarta – Tidak sedikit orang yang mendengkur saat tidur, bahkan mungkin kamu salah satunya. Biasanya orang menganggap bahwa mendengkur saat tidur nyenyak atau kelelahan dianggap wajar. Memang tidak semua mendengkur itu berbahaya. Mendengkur dan rasa kantuk berlebihan merupakan gejala utama dari sleep apnea.

Sleep apnea berarti henti napas saat tidur, dapat berdampak langsung pada kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Sleep apnea terjadi ketika otot-otot saluran napas melemas saat tidur. Akibatnya, jalan napas menyempit hingga menyumbat akibat tidak ada udara yang dapat lewat. Napas bisa berhenti selama 10 detik sampai lebih dari satu menit. Karena sesak, otak akan terbangun sejenak untuk menarik nafas, tanpa disadari pengidapnya.

Hal ini mengakibatkan proses tidur jadi terpotong-potong dan si pengidap pun akan merasa selalu mengantuk sepanjang hari. Napas berhenti bisa terjadi ratusan kali semalamnya. Periode napas berhenti dapat menyebabkan perubahan drastis pada kadar oksigen dan tekanan darah seseorang. Jika sleep apnea dibiarkan, tubuh kamu akan terus terbebani dan akhirnya bisa berujung pada berbagai macam penyakit. Berikut adalah 8 risiko kesehatan yang berhubungan dengan sleep apnea:

1. Tekanan Darah Tinggi

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa sleep apnea adalah salah satu penyebab utama dari hipertensi. Peningkatan tekanan darah berkaitan langsung dengan tingkat keparahan sleep apnea. Semakin parah sleep apnea yang dialami, semakin berat juga peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah juga bisa dialami oleh anak-anak yang menderita sleep apnea. Sejak 2003, lewat dokumen JNC 7, Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sudah memasukan sleep apnea sebagai salah satu penyebab utama hipertensi. Sejak saat itu, penanganan sleep apnea sudah termasuk dalam tata laksana hipertensi.

2. Penyakit Jantung

Sleep apnea yang tidak dirawat merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung. Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat pada 2005. Sleep apnea meningkatkan risiko denyut jantung kongestif. Sebuah penelitian pada 2006, yang diungkapkan dalam Journal of the American College of Cardiology, menyebutkan bahwa sleep apnea bahkan mempengaruhi bentuk jantung seseorang. Jantung penderita sleep apnea membengkak dan menebal dindingnya di satu sisi, serta berkurang kemampuan memompanya.

3. Stroke

Sleep apnea meningkatkan risiko seseorang untuk terserang stroke (penyebab kematian nomor 3 di Amerika Serikat tahun 2005). Peningkatan kekentalan darah pada penderita sleep apnea menjadi penyebab utama meningkatnya risiko stroke.

4. Kerusakan Otak

Penelitian di Sleep Journal tahun 2008 memberikan gambaran pencitraan otak yang membuktikan kerusakan permanen pada otak penderita sleep apnea. Kerusakan terjadi pada bagian otak yang mengontrol ingatan, emosi, dan tekanan darah.

5. Depresi

Riset menunjukkan bahwa depresi sering terjadi pada penderita sleep apnea. Bahkan sleep apnea ringan saja sudah meningkatkan risiko terkena depresi. Peningkatan risiko depresi akan naik seiring dengan peningkatan derajat keparahan henti nafas yang dialami.

6. Diabetes

Sleep apnea mengganggu metabolisme hingga tubuh tidak mentoleransi glukosa dan juga resisten terhadap insulin. Diabetes tipe 2, juga salah satu penyebab kematian utama, terjadi ketika badan tidak dapat memanfaatkan insulin secara efektif.

Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa sleep apnea sangat mungkin menjadi penyebab terjadinya diabetes. Pada Juni 2008, International Diabetes Federation sudah mengeluarkan buku panduan agar semua tenaga kesehatan di seluruh dunia memperhatikan kemungkinan sleep apnea pada pasien diabetes ini.

7. Kegemukan

Obesitas, pada ras Kaukasia (Eropa) menjadi risiko utama sleep apnea. Namun tidak demikian pada ras Asia yang memiliki struktur rahang lebih sempit dan leher yang pendek. Masalahnya, sleep apnea akan meningkatkan berat badan seseorang. Gangguan metabolisme akibat proses tidur yang terpotong-potong menyebabkan perubahan hormon-hormon yang mengontrol nafsu makan. Rasa kantuk yang diakibatkan juga menyebabkan pengidapnya jadi malas berolahraga.

Untuk mengetahui seseorang mengalami sleep apnea, hanya bisa dilakukan dengan tes polysomnography. Ini adalah tes yang dapat mendiagnosis kondisi gangguan tidur yang dialami pengidap. Kamu juga bisa melakukan tanya jawab pada dokter di Halodoc. Dokter mungkin akan mengarahkan kamu pada langkah yang sesuai anjuran. Untuk itu, jangan ragu untuk berdiskusi via Chat atau Voice/Video Call melalui aplikasi Halodoc. Download aplikasinya sekarang, ya!

Baca juga:



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan