Jangan Sepelekan, Ini Hal Penyebab Sindrom Brugada

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   05 Juli 2019
Jangan Sepelekan, Ini Hal Penyebab Sindrom BrugadaJangan Sepelekan, Ini Hal Penyebab Sindrom Brugada

Halodoc, Jakarta – Sindrom brugada adalah gangguan irama jantung yang disebabkan kelainan genetik. Sindrom ini jarang menimbulkan gejala, tapi bisa membuat pengidapnya mengalami henti jantung mendadak. Agar kamu lebih waspada, ketahui penyebab sindrom brugada di sini.

Baca Juga: Inilah 6 Penyakit yang Disebabkan Genetik

Penyebab Sindrom Brugada

Meski jarang disertai gejala, kamu perlu waspada jika mengalami pusing, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, kejang, hingga penurunan kesadaran. Gejala tersebut bisa menandakan adanya gangguan irama jantung, seperti sindrom brugada. Kemunculan gejala tersebut bisa disebabkan karena faktor berikut:

  • Perubahan atau mutasi gen yang berperan menjaga irama jantung tetap normal. Kondisi ini bersifat genetik alias diturunkan oleh orang tua.

  • Selain perubahan genetik, risiko sindrom brugada meningkat jika seseorang mengalami gangguan elektrolit, mengonsumsi obat terlarang (seperti kokain), demam, dan efek samping konsumsi obat (seperti antiaritmia, hipertensi, dan antidepresan).

Baca Juga: Kelainan Genetik, Bisakah Albinisme Disembuhkan? 

Diagnosis dan Penyebab Sindrom Brugada

Diagnosis sindrom brugada diawali dengan menanyakan gejala yang muncul, termasuk riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Dokter juga melakukan pemeriksaan fisik untuk menganalisa detak dan irama jantung melalui stetoskop. Bila perlu, dilakukan rekam jantung (EKG), kateterisasi jantung, dan pemeriksaan gen untuk menetapkan diagnosis.

Setelah diagnosis ditetapkan, bisakah sindrom brugada diobati? Jawabannya bisa, tapi bukan untuk menyembuhkan penyakit. Pasalnya, sindrom brugada termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Pengobatan hanya bertujuan untuk meredakan gejala penyakit. Apa saja pengobatannya?

Pengobatan sindrom brugada yang dinilai paling efektif adalah pemasangan automatic implantable cardioverter defibrillator (ICD). Alat ini ditanam di dalam tubuh, tepatnya tulang selangka, berfungsi sebagai alat pacu ketika terjadi takikardi dan fibrilasi ventrikel. Penggunaan alat ini diharapkan bisa membuat denyut jantung kembali normal.

Perlu diketahui jika ICD bisa mengirimkan sinyal kejut, meski detak jantung pengidap dalam kondisi normal. Untuk mengurangi risiko tersebut, pengidap perlu melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin. Selain ICD, dokter dapat memberikan obat antiaritmia untuk membuat detak jantung kembali normal.

Pencegah Sindrom Brugada

Mengingat sindrom brugada tidak bisa disembuhkan, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya kondisi ini:

  • Membatasi konsumsi alkohol agar tidak berlebihan.

  • Tidak mengonsumsi obat sembarangan tanpa resep dokter, terutama obat jenis kokain, amfetamin, dan obat khusus flu.

  • Perbanyak konsumsi air putih (setidaknya 8 gelas per hari atau disesuaikan dengan kebutuhan) untuk mencegah dehidrasi.

  • Menangani demam yang terjadi, misalnya konsumsi obat penurun demam paracetamol.

Segera Bicara Pada Dokter Jika...

Kamu dianjurkan segera bicara pada dokter jika detak jantung berdetak cepat atau mengalami kejang. Sedangkan pada pengidap yang mengalami henti jantung mendadak, diperlukan penanganan medis khusus, berupa cardiopulmonary resuscitation (CPR) dan automated external defibrillator (AED).

Baca Juga: Kenali Fenilketonuria, Kelainan Genetik Langka Bawaan Lahir

Itulah penyebab sindrom brugada yang perlu diketahui. Kalau kamu punya keluhan serupa sindrom brugada, jangan ragu berbicara dengan dokter ahli. Tanpa harus antre, sekarang kamu bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan di sini. Kamu juga bisa tanya jawab sama dokter dengan download aplikasi Halodoc via fitur Tanya Dokter.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan