
DAFTAR ISI
- Apa Itu Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)?
- Mengapa CRT Dibutuhkan?
- Siapa yang Membutuhkan CRT?
- Persiapan Sebelum CRT
- Prosedur Pemasangan CRT
- Risiko CRT
- Perawatan Setelah Pemasangan CRT
- Efektivitas CRT
- Bisakah CRT Mencegah Gagal Jantung?
- Kapan Harus ke Dokter?
- Kesimpulan
- FAQ
Apa Itu Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)?
Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) merupakan terapi yang menggunakan alat elektronik, mirip dengan alat pacu jantung, untuk mengembalikan sinkronisasi kerja bilik-bilik jantung.
Pada kondisi gagal jantung, seringkali bilik jantung tidak berkontraksi secara bersamaan. Kondisi ini menyebabkan jantung memompa darah kurang efisien.
CRT bekerja dengan mengirimkan impuls listrik ke kedua bilik jantung, membantu mereka berkontraksi secara bersamaan.
Hal ini meningkatkan jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan mengurangi gejala gagal jantung. Terapi ini dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko rawat inap akibat gagal jantung.
Mengapa CRT Dibutuhkan?
Pada jantung yang sehat, kedua bilik jantung berkontraksi secara terkoordinasi. Koordinasi ini memungkinkan pemompaan darah yang efisien ke seluruh tubuh.
Pada beberapa pasien gagal jantung, terjadi disinkroni, yaitu bilik jantung tidak berkontraksi secara bersamaan.
Disinkroni dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Blok cabang berkas (bundle branch block)
- Kerusakan otot jantung akibat serangan jantung
- Kardiomiopati (penyakit otot jantung)
Akibat disinkroni, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kondisi ini memperburuk gejala gagal jantung, seperti sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan kaki.
Siapa yang Membutuhkan CRT?
CRT umumnya direkomendasikan untuk pasien gagal jantung yang memenuhi kriteria berikut:
- Mengalami gejala gagal jantung sedang hingga berat (kelas fungsional NYHA II-IV).
- Memiliki fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) kurang dari atau sama dengan 35 persen. LVEF adalah ukuran seberapa baik ventrikel kiri (bilik utama jantung) memompa darah.
- Memiliki blok cabang berkas kiri (LBBB) pada elektrokardiogram (EKG).
- Tetap mengalami gejala meskipun sudah mendapatkan pengobatan gagal jantung optimal, seperti obat-obatan.
Namun, keputusan untuk menjalani CRT harus didiskusikan secara mendalam dengan dokter jantung. Dokter akan mempertimbangkan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta potensi manfaat dan risiko dari terapi ini.
Persiapan Sebelum CRT
Sebelum menjalani pemasangan CRT, pasien akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan bahwa terapi ini aman dan sesuai. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- EKG untuk menilai aktivitas listrik jantung.
- Ekokardiografi untuk melihat struktur dan fungsi jantung.
- Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal dan hati, serta kadar elektrolit.
- Rontgen dada untuk melihat kondisi paru-paru dan jantung.
Pasien juga perlu memberi tahu dokter tentang semua obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk suplemen dan obat herbal. Beberapa obat mungkin perlu dihentikan sementara sebelum prosedur.
Prosedur Pemasangan CRT
Pemasangan CRT biasanya dilakukan oleh ahli elektrofisiologi jantung (dokter spesialis jantung yang terlatih dalam pemasangan alat pacu jantung dan defibrillator). Prosedur ini umumnya berlangsung selama beberapa jam.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pemasangan CRT:
- Pasien akan diberikan anestesi lokal di area dada (biasanya di bawah tulang selangka).
- Dokter akan membuat sayatan kecil di kulit dan memasukkan kabel (lead) melalui pembuluh darah menuju jantung.
- Dokter menggunakan fluoroskopi (sinar-X) untuk memandu kabel ke posisi yang tepat di bilik kanan dan kiri jantung.
- Setelah kabel terpasang dengan benar, alat pacu jantung CRT akan ditempatkan di bawah kulit di dekat tulang selangka.
- Alat pacu jantung akan diprogram untuk memberikan impuls listrik yang tepat untuk mengoordinasikan kontraksi jantung.
- Sayatan akan ditutup dengan jahitan.
Risiko CRT
Seperti semua prosedur medis, pemasangan CRT memiliki risiko. Risiko yang mungkin terjadi meliputi:
- Infeksi di lokasi sayatan.
- Perdarahan.
- Kerusakan pembuluh darah atau saraf.
- Kolaps paru-paru (pneumothorax).
- Dislokasi kabel (lead displacement).
- Reaksi alergi terhadap obat bius atau bahan kontras.
Meskipun demikian, risiko komplikasi serius relatif rendah. Manfaat CRT dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko rawat inap seringkali lebih besar daripada risikonya.
Perawatan Setelah Pemasangan CRT
Setelah pemasangan CRT, pasien perlu mengikuti beberapa pedoman perawatan untuk memastikan pemulihan yang optimal:
- Menjaga luka sayatan tetap bersih dan kering.
- Menghindari mengangkat benda berat atau melakukan aktivitas berat selama beberapa minggu.
- Mematuhi semua instruksi dokter mengenai obat-obatan.
- Menghadiri semua janji temu tindak lanjut dengan dokter.
- Waspadai tanda-tanda infeksi, seperti demam, kemerahan, atau bengkak di sekitar luka sayatan.
Pasien juga akan memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan bahwa alat CRT berfungsi dengan baik dan diprogram dengan benar.
Jika punya pertanyaan lebih dalam terkait prosudur ini, berikut Ini Rekomendasi Dokter Spesialis Jantung di Halodoc yang bisa dihubungi.
Efektivitas CRT
CRT telah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko rawat inap pada pasien gagal jantung dengan disinkroni. Penelitian menunjukkan bahwa CRT dapat meningkatkan:
- Kapasitas latihan fisik.
- Kualitas hidup secara keseluruhan.
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF).
- Kelangsungan hidup.
Ketahui lebih dalam apapun yang berkaitan dengan Jantung – Penyakit, Faktor Risiko, Komplikasinya berikut ini.
Bisakah CRT Mencegah Gagal Jantung?
CRT tidak dapat mencegah gagal jantung. CRT adalah terapi yang digunakan untuk mengobati gagal jantung yang sudah terjadi.
Terapi ini membantu meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi gejala pada pasien yang sudah didiagnosis dengan gagal jantung.
Pencegahan gagal jantung melibatkan perubahan gaya hidup sehat dan pengelolaan kondisi medis yang dapat menyebabkan gagal jantung, seperti tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, dan diabetes.
Pahami lebih dalam tentang Gagal Jantung – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya berikut ini.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala berikut setelah pemasangan CRT:
- Demam.
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di sekitar luka sayatan.
- Sesak napas yang memburuk.
- Pusing atau pingsan.
- Detak jantung yang tidak teratur atau cepat.
Selain itu, penting untuk menghadiri semua janji temu tindak lanjut dengan dokter untuk memastikan bahwa alat CRT berfungsi dengan baik.
Kesimpulan
Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) adalah pilihan terapi yang efektif untuk pasien gagal jantung dengan disinkroni.
CRT dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi risiko rawat inap, dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Jika kamu atau orang yang kamu kasihi mengidap gagal jantung dan mengalami gejala disinkroni, kamu bisa berdiskusi dengan dokter spesialis jantung di Halodoc untuk mengetahui apakah CRT merupakan pilihan yang tepat.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:

Referensi:
American Heart Association. Diakses pada 2025. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT).
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2025. Cardiac Resynchronization Therapy.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2025. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT).
Mayo Clinic. Diakses pada 2025. Cardiac Resynchronization Therapy (CRT).
FAQ
1. Apakah CRT bisa menyembuhkan gagal jantung?
CRT tidak menyembuhkan gagal jantung, tetapi dapat membantu meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi gejala.
2. Apakah CRT aman?
Seperti semua prosedur medis, CRT memiliki risiko, tetapi risiko komplikasi serius relatif rendah.
3. Berapa lama alat CRT bertahan?
Baterai alat CRT biasanya bertahan antara 5 hingga 7 tahun, tergantung pada penggunaan.
Bisakah berolahraga setelah pemasangan CRT?
Ya, tetapi penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis dan intensitas olahraga yang aman.


