Delusi Cotard
Pengertian Delusi Cotard
Delusi cotard termasuk ke dalam sindrom langka. Pengidap percaya bahwa memiliki bagian tubuh yang tidak lengkap. Delusi ini rentan dialami oleh pengidap gangguan kesehatan mental dan masalah neurologis (otak dan sistem saraf).
Penyebab Delusi Cotard
Belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti dari delusi cotard. Namun, kondisi ini merupakan bagian dari gangguan yang memengaruhi otak, seperti:
- Demensia (penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara berpikir seseorang).
- Ensefalopati (penyakit yang menyerang struktur atau fungsi otak).
- Epilepsi (gangguan pada sistem saraf pusat karena pola aktivitas listrik otak yang berlebihan).
- Migrain (sakit di salah satu sisi kepala yang disertai dengan sensasi rada berdenyut).
- Sklerosis ganda (sekelompok gangguan yang terjadi pada saraf otak, mata dan tulang belakang).
- Penyakit Parkinson (gangguan pada sistem saraf yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan).
- Perdarahan yang terjadi di luar otak akibat cedera otak parah.
Para ahli berpendapat bahwa delusi cotard disebabkan oleh dua jenis kerusakan otak. Pertama, gangguan mengubah cara orang memandang diri sendiri. Kedua, gangguan menyebabkan pengidap mempercayai cara pandang yang salah tentang dirinya.
Faktor Pemicu Delusi Cotard
Adapun faktor yang meningkatkan risiko delusi cotard, antara lain:
- Berusia di atas 50 tahun.
- Berusia di bawah 25 tahun dengan depresi atau gangguan bipolar.
- Berjenis kelamin wanita.
- Mengalami depresi pasca-persalinan.
- Mengidap skizofrenia (gangguan kejiwaan kronis saat seseorang mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap).
Gejala Delusi Cotard
Gejala bisa berdampak pada kondisi psikologis dan fisik pengidap. Adapun, gejala yang tampak, meliputi:
- Depresi.
- Halusinasi.
- Kegelisahan.
- Perasaan bersalah.
- Merasa sudah mati.
- Merasa tidak berarti.
- Merasa tidak ada.
- Sering menyakiti diri sendiri.
- Merasa bagian tubuhnya hilang.
- Hipokondria (gangguan kesehatan mental berupa reaksi psikologis yang berlebihan terhadap penyakit).
Diagnosis Delusi Cotard
Pertama-tama, dokter akan melakukan wawancara medis yang mendetail. Pemeriksaan ini diikuti dengan tes fisik secara langsung guna mengevaluasi kemungkinan seseorang mengalami delusi cotard.
Pengobatan Delusi Cotard
Adapun langkah yang bisa dilakukan guna mengatasi gangguan, antara lain:
1. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Dokter akan mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab munculnya pola pikir dan perilaku negatif pada pengidap. Kemudian, pengidap diajarkan untuk merespons pemicu dengan melakukan aktivitas yang lebih positif dan rasional.
2. Obat-obatan
Obat-obatan berguna untuk membantu meredakan gejala. Beberapa jenis obat yang diberikan, antara lain antipsikotik, antidepresan, dan obat anti-kecemasan. Dalam kasus yang parah, dokter akan meresepkan lebih dari satu jenis obat.
3. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Jika dua langkah sebelumnya tidak efektif membantu meringankan gejala, terapi elektrokonvulsif mungkin disarankan. Terapi ini menggunakan listrik berarus kecil yang akan dialirkan ke dalam otak.
Terapi bertujuan untuk mengubah kimia yang ada di dalam otak. Dengan begitu, gejala yang muncul dapat diatasi segera. Beberapa pengidap bisa saja mengalami kehilangan ingatan pasca terapi ECT.
Komplikasi Delusi Cotard
Karena terlalu asyik dengan delusi yang ada dalam pikiran, pengidap bisa saja mulai berhenti merawat diri. Sebab, mereka merasa sudah mati. Ini bisa membuat pengidap dijauhi oleh lingkungan sekitar dan menyebabkan munculnya depresi dan rasa terisolasi dari lingkup sosial.
Komplikasi lainnya adalah berhenti makan dan minum. Ini terjadi karena pengidap percaya bahwa tubuhnya tidak memerlukan nutrisi. Dampaknya, mereka bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) yang memicu penurunan berat badan, mudah lelah dan merasa kedinginan.
Pencegahan Delusi Cotard
Hingga kini belum ada metode pencegahan yang efektif karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Dengan kata lain, tidak ada cara yang bisa dilakukan guna menghindari terjadinya kondisi ini.
Kapan ke Dokter?
Jika mengalami gejala atau mendapati gejala pada orang terdekat, segera buat janji rumah sakit untuk melakukan perawatan. Ini bertujuan untuk mencegah perburukan gejala dan munculnya komplikasi di masa depan.
Jika kamu membutuhkan informasi lain seputar kesehatan mental, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga!