halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Dispepsia

REVIEWED_BY  dr. Fadhli Rizal Makarim  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  1. Apa itu Dispepsia?
  2. Penyebab Dispepsia
  3. Gejala Dispepsia
  4. Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Dispepsia
  5. Faktor Risiko Dispepsia
  6. Diagnosis Dispepsia
  7. Pengobatan Dispepsia
  8. Komplikasi Dispepsia
  9. Pencegahan Dispepsia
  10. Kapan Harus ke Dokter?

Apa itu Dispepsia?

Dispepsia menjadi suatu kondisi yang dapat mengakibatkan munculnya rasa tidak nyaman pada perut bagian atas karena masalah asam lambung atau penyakit mag.

Meski demikian, dispepsia sebenarnya bukan mengindikasikan suatu penyakit, melainkan gejala dari masalah kesehatan yang terjadi pada pencernaan, salah satunya adalah penyakit asam lambung naik atau yang dikenal gastroesophageal reflux disease (GERD).

Perlu diwaspadai, dispepsia yang tidak segera mendapatkan penanganan bisa berkembang menjadi kondisi kesehatan yang lebih serius. 

Penyebab Dispepsia

Dispepsia bisa terjadi karena berbagai kondisi. Sering kali, masalah kesehatan ini dihubungkan dengan pola hidup yang tidak sehat.

Namun, konsumsi makanan, minuman, dan efek samping dari obat juga turut berpengaruh pada kondisi ini.

  • Mengonsumsi makanan dalam porsi berlebihan.
  • Makan dengan tergesa.
  • Mengonsumsi makanan berlemak, berminyak, dan pedas.
  • Mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol, minuman bersoda, kafein, dan cokelat.
  • Kebiasaan buruk merokok. 
  • Mengalami rasa cemas yang berlebihan.
  • Mengonsumsi beberapa jenis obat antibiotik dan penghilang rasa nyeri

Terkadang, dispepsia juga dapat menjadi suatu tanda dari masalah kesehatan pada sistem pencernaan lainnya, seperti:

  • Gastritis.
  • Ulkus peptikum.
  • Penyakit celiac.
  • Batu empedu.
  • Pankreatitis.
  • Keganasan lambung.

Gejala Dispepsia

Dispepsia bisa ditandai dengan beberapa tanda dan gejala, antara lain:

  • Rasa cepat kenyang saat makan.
  • Perut terasa kembung dan begah setelah makan.
  • Timbulnya rasa tak nyaman di bagian ulu hati, bisa pula disertai rasa sakit dan perih.
  • Rasa terbakar atau panas di ulu hati. Kadang-kadang rasa terbakar ini bisa menjalar dari ulu hati hingga ke tenggorokan.
  • Mual dan kadang-kadang dapat disertai dengan muntah, meskipun hal ini jarang terjadi.

Jika gejala-gejala tersebut kamu alami, segera hubungi dokter di Halodoc untuk mendapat penanganan lebih lanjut. 

Hubungi Dokter Ini untuk Perawatan Dispepsia

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala dispepsia, seperti rasa cepat kenyang, perut terasa kembung, dan begah setelah makan, segera hubungi dokter di Halodoc.

Konsultasi dengan dokter dapat memberikan saran pengobatan dan perawatan terkait dispepsia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah dampak yang lebih berbahaya.

Berikut dokter yang bisa kamu hubungi:

  • dr. Puguh Krisnadi Sandjojo Sp.PD
  • dr. Agnita Irawaty Sp.PD
  • dr. Septianus Hermanto
  • dr. Cintya Andriani
  • dr. Lim Jen Siong

Dokter tersebut tersedia selama 24 jam sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja melalui Halodoc.

Apabila dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apalagi? Segera hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!

Faktor Risiko Dispepsia

Selain itu, ada pula beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit dispepsia, misalnya:

  • Merokok.
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
  • Sering mengonsumsi makanan pedas dan berlemak.
  • Mengonsumsi minuman soda atau berkafein.

Diagnosis Dispepsia

Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter akan melakukan sesi wawancara medis yang berkaitan dengan tanda maupun gejala yang muncul. Selain itu, dokter juga melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kesehatan pengidap secara keseluruhan. 

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik maupun penunjang jika memang dibutuhkan. Pemeriksaan penunjang ini dilakukan apabila dokter mencurigai dispepsia menjadi tanda dari penyakit sistem pencernaan.

Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan darah.
  • Pemeriksaan napas.
  • Pemeriksaan feses.
  • Ultrasonografi abdomen.
  • Endoskopi.
  • Pemeriksaan pencitraan (X-ray atau CT Scan).

Jika Dispepsia Bikin Tidak Nyaman, 5 Dokter Ini Paham Pengobatannya.

Pengobatan Dispepsia

Pengobatan dispepsia dilakukan secara primer maupun sekunder. Penanganan secara primer dilakukan dengan perubahan pola hidup, seperti: 

  • Membatasi konsumsi makanan yang bisa menyebabkan terjadinya dispepsia.
  • Makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan dianjurkan untuk makan 5–6 kali sehari.
  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
  • Menghindari penggunaan atau konsumsi anti nyeri, seperti aspirin dan ibuprofen. Gunakan anti nyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol.
  • Mengontrol stres dan rasa cemas.

Jika dispepsia telah menimbulkan rasa nyeri hebat, dokter akan meresepkan beberapa obat untuk membantu meringankan rasa nyeri. 

Beberapa pilihan obatnya, yaitu:

  • Antasida.
  • Proton Pump Inhibitors (PPI). Obat golongan ini dapat mengurangi produksi asam lambung.
  • H-2 receptor antagonists (H2RAs) untuk mengurangi produksi asam lambung.
  • Prokinetik dapat membantu proses pengosongan lambung.
  • Antibiotik, yang diberikan jika dispepsia disebabkan oleh infeksi.
  • Antidepresan dapat digunakan juga untuk menghilangkan rasa tidak nyaman yang diakibatkan dispepsia dengan menurunkan sensasi nyeri yang dialami.

Komplikasi Dispepsia

Meski gangguan pencernaan seperti dispepsia biasanya tak menyebabkan komplikasi serius, kondisi ini bisa memengaruhi kualitas hidup pengidapnya.

Sebab, dispepsia yang tak diobati akan terus menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian perut, berkurangnya nafsu makan, hingga kesulitan menelan.

Pencegahan Dispepsia

Pencegahan dispepsia dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat, seperti:

  • Makan dengan porsi kecil tapi sering. Kunyah makanan perlahan sebelum ditelan.
  • Hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia. Contohnya, mengonsumsi makanan pedas dan berlemak atau minuman bersoda, alkohol, dan minuman yang mengandung kafein.
  • Berhenti atau tidak merokok
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal.
  • Olahraga secara teratur juga dapat membantu mengurangi risiko berat badan berlebih dan menjaga agar berat badan tetap ideal.
  • Mengatasi stres dan rasa cemas. Caranya bisa dengan olahraga seperti yoga atau meditasi dan memastikan tercukupinya waktu tidur.
  • Bila ada alternatif lain, ganti obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Namun, jika tidak ada, pastikan bahwa konsumsi obat selalu dilakukan setelah makan (tidak dalam keadaan perut kosong).
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2024. Indigestion.
NHS Choices UK. Diakses pada 2024. Indigestion.
Medical News Today. Diakses pada 2024. What to Know About Indigestion or Dyspepsia.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp