halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Encopresis

REVIEWED_BY  Redaksi Halodoc  
undefinedundefined

Pengertian Encopresis

Encopresis adalah kondisi yang biasanya terjadi pada anak di atas usia empat tahun. Kondisi ini menyebabkan seorang anak mengeluakan feses secara tidak sengaja, padahal seharusnya ia sudah bisa menggunakan toilet. Ketidakmampuan dalam menahan BAB akibat encopresis bukanlah suatu hal yang disengaja. Secara umum, encopresis disebabkan oleh suatu kondisi medis yang mendasarinya, baik secara fisik maupun mental.

Faktor Risiko Encopresis

Ada banyak faktor risiko dari encopresis, yaitu:

  • Gangguan kecemasan atau depresi.
  •  
  • Sembelit yang berkepanjangan.
  •  
  • Tidak minum cukup air.
  •  
  • Anak laki-laki lebih sering terkena encopresis.

Baca juga: Bisakah Encopresis Terjadi pada Orang Dewasa?

Penyebab Encopresis

Ada beberapa penyebab dari encopresis. Hal yang paling umum sebagai berikut:

1. Sembelit

Kebanyakan kasus encopresis dihasilkan dari sembelit kronis. Saat sembelit, kotoran anak sulit keluar, kering, dan mungkin menyakitkan untuk dikeluarkan. Akibat kondisi ini, anak jadi menghindari untuk pergi ke toilet yang membuat masalah menjadi lebih buruk. Semakin lama feses menumpuk dalam usus besar, maka semakin sulit bagi anak untuk mendorong feses keluar. Usus besar akan meregang yang akhirnya memengaruhi saraf yang bertugas memberi sinyal untuk pergi ke toilet. Ketika usus besar menjadi terlalu penuh, maka tinja cair/lembut dapat bocor keluar.

Penyebab umum terjadinya sembelit termasuk kurangnya makan makanan berserat, tidak minum cukup cairan, ataupun mengkonsumsi produk susu secara berlebihan. Kadang-kadang, seorang anak dengan intoleransi terhadap susu sapi mungkin juga mengalami sembelit, meskipun intoleransi susu lebih sering menyebabkan diare daripada sembelit.

2. Masalah Emosional

Stres akibat masalah emosional juga dapat memicu encopresis. Seorang anak mungkin mengalami stres akibat pelatihan penggunaan toilet yang terlalu dini atau perubahan fase hidup yang penting, misalnya perceraian orangtua atau kelahiran saudara.

Gejala Encopresis

Gejala encopresis yang dapat muncul, antara lain:

  • Feses berukuran besar.
  •  
  • Tidak ingin atau menolak BAB.
  •  
  • Buang air besar di celana yang sering dianggap diare.
  •  
  • Sembelit serta feses keras dan kering.
  •  
  • Jarak antar BAB panjang.
  •  
  • Nafsu makan turun.
  •  
  • Mengompol di siang hari (pipis di celana).
  •  
  • Infeksi kandung kemih kambuhan, khususnya pada anak perempuan.

Baca juga: Sudah Bisa ke Toilet, Kenapa Si Kecil Masih BAB di Celana?

Diagnosis Encopresis

Diagnosis encopresis dapat dilakukan melalui hal berikut:

  • Jika feses keluar di tempat yang tidak semestinya secara teratur (sekurangnya sekali sebulan) selama tiga bulan.
  •  
  • Mungkin ditemukan pada anak-anak yang memiliki kontrol usus dan dengan sengaja mengumpulkan fesesnya di dalam pakaian atau di tempat lain karena berbagai alasan emosional.
  •  
  • Pada beberapa kasus, anak mungkin tidak menunjukkan kendali yang kuat terhadap otot sfingter, baik karena anak terlibat dalam aktivitas lain atau karena anak tidak menyadari prosesnya.

Komplikasi Encopresis

Efek samping atau komplikasi dari seorang anak yang memiliki encopresis mungkin mengalami berbagai emosi, termasuk rasa malu, frustrasi, dan kemarahan. Jika Si Kecil diejek oleh teman-teman atau dihukum oleh orang dewasa, dia mungkin merasa tertekan atau memiliki percaya diri yang rendah. Pengobatan dini, termasuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental profesional dapat membantu mencegah dampak sosial dan emosional dari encopresis.

Pengobatan Encopresis

Semakin cepat encopresis diobati, maka akan semakin baik. Langkah pengobatan pertama melibatkan pembersihan usus dari feses yang menumpuk. Prosedur ini bisa menggunakan resep obat pencahar seperti golongan supositoria rektum. 

Setelahnya, terapi pengobatan akan diutamakan untuk mendorong pola dan kebiasaan BAB yang baik. Pada beberapa kasus, rujukan psikoterapi mungkin akan ditambahkan ke terapi pengobatan anak.

Pencegahan Encopresis

Kebanyakan anak tidak siap untuk pelatihan menggunakan toilet sampai setelah ulang tahun kedua mereka. Bantulah anak kamu menghindari sembelit dengan memberikan makanan tinggi serat dan dorong anakmu untuk minum banyak air.

Baca juga: 4 Pengobatan Encopresis di Rumah

Kapan Harus ke Dokter?

Kamu dapat menghubungi dokter ketika menemukan gejala-gejala ini pada anakmu:

  • Tidak ingin atau menolak BAB, serta menahan BAB.
  • BAB di celana ketika anak sudah berusia lebih dari 4 tahun.
  •  
  • Sembelit parah, bertahan lama, ataupun kambuhan.
  •  
  • Mengeluhkan sakit saat BAB.

Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. 

Berobat ke dokter segera terkait Encopresis di Halodoc
Referensi:
Web MD. Diakses pada 2019. Encopresis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Encopresis.
Stanford Children’s Health. Diakses pada 2019. Encopresis.

Diperbarui pada 27 November 2019. 

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp