Frambusia

DAFTAR ISI
- Apa Itu Frambusia?
- Penyebab Frambusia
- Faktor Risiko Frambusia
- Gejala Frambusia
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Frambusia
- Diagnosis Frambusia
- Pengobatan Frambusia
- Komplikasi Frambusia
- Pencegahan Frambusia
Apa Itu Frambusia?
Frambusia atau yaws adalah infeksi yang terjadi akibat paparan bakteri jenis Treponema pertenue. Bila tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan cacat tubuh seumur hidup, khususnya pada anak-anak.
Melansir dari World Health Organization (WHO), 75-80% frambusia terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun, dengan puncak kejadian dialami oleh anak usia 6-10 tahun.
Pada tahun 2020, ada sekitar 87.877 suspek pengidap penyakit ini pada 11 negara. Namun, hanya dikonfirmasi sebesar 346 kasus aktif pada tujuh negara yang mayoritas berasal dari Papua New Guinea, Pulau Solomon, dan Vanuatu.
Penyebab Frambusia
Penyakit ini terjadi akibat infeksi bakteri Treponema pertenue. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang terbuka atau goresan pada kulit.
Penyakit ini masuk ke dalam kelompok penyakit menular. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan ruam yang muncul pada kulit pengidapnya. Masa inkubasinya sekitar 9-90 hari, dengan rata-rata 21 hari.
Bakteri penyebab frambusia hampir serupa dengan bakteri pemicu sifilis. Namun, bakteri ini tidak dapat menular melalui kegiatan seksual seperti penyakit sifilis. Selain itu, bakteri ini juga tidak menyebabkan penularan pada janin dalam kandungan di masa kehamilan.
Faktor Risiko Frambusia
Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit frambusia, antara lain:
- Lingkungan yang kumuh.
- Usia di bawah 15 tahun.
- Tinggal berdekatan dengan pengidap frambusia.
Selain itu, seseorang yang tinggal di wilayah endemik juga berisiko mengalami frambusia. Hingga tahun 2023, WHO mencatat ada 13 negara yang diketahui endemik frambusia.
Oleh karena itu, WHO mengklasifikasikan negara menjadi tiga kelompok epidemiologi, antara lain:
- Kelompok A: negara-negara dengan status endemik yang diketahui saat ini.
- Kelompok B: negara yang sebelumnya endemik, namun status terkini tidak diketahui.
- Kelompok C: negara-negara yang tidak memiliki riwayat penyakit frambusia.
Gejala Frambusia
Penyakit ini akan muncul dalam beberapa tahap. Biasanya, saat masih dalam tahap pertama dan kedua, frambusia akan lebih mudah untuk mendapatkan pengobatan.
Sementara itu, saat ditemukan pada gejala yang parah atau memasuki tahap ketiga, kondisi ini menjadi lebih sulit untuk mendapatkan penanganan.
Hal ini karena, gejala pada tahap ketiga dapat melibatkan perubahan yang kompleks pada tulang di berbagai bagian tubuh.
1. Gejala tahap pertama
Frambusia pada tahap pertama biasanya terjadi pada anak usia dini. Puncak tahapan pertama biasanya akan berlangsung cukup lama hingga anak mencapai usia enam tahun.
Setelah 3-5 minggu terpapar bakteri yang memicu frambusia, maka pengidap akan memiliki benjolan atau kutil yang muncul pada kulit.
Benjolan ini dikenal juga sebagai frambesioma atau mother yaw. Benjolan ini akan membesar dan membentuk kerak kering tipis berwarna kuning. Kondisi tersebut dikenal juga sebagai lesi papillomatosis.
Pertumbuhan benjolan akan muncul sesuai dengan lokasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Biasanya, benjolan akan muncul pada bagian tungkai hingga kaki. Mother yaw dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu 3-6 bulan.
2. Gejala tahap kedua
Gejala kedua akan muncul beberapa minggu setelah gejala pertama. Luka pada kulit akan muncul pada beberapa bagian tubuh, seperti wajah, lengan, kaki, dubur, hingga sekitar alat kelamin.
Luka ini dapat sembuh, tetapi dapat muncul kembali secara berulang. Lesi pada tahap pertama juga dapat mengalami retakan dan ulserasi yang memicu rasa nyeri.
Kondisi ini dapat membuat pengidap frambusia mengalami perubahan pada posisi saat berjalan atau crab yaws.
Pada tahap ini, infeksi bakteri sudah dapat menyebabkan gangguan pada persendian dan tulang, tetapi belum menyebabkan kerusakan pada bagian tersebut.
Biasanya, pengidap dapat mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, ruam atau lesi yang muncul dapat berubah menjadi kecoklatan.
3. Gejala tahap ketiga
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, frambusia dapat memasuki gejala tahap ketiga. Hanya sekitar 10% pengidap frambusia mengalami tahapan ini.
Pada tahap ini, pengidap dapat mengalami kerusakan yang cukup parah pada kulit, tulang, hingga persendian.
Frambusia yang penanganannya terlambat pun dapat menyebabkan cacat pada bentuk wajah, yaitu sindrom gangosa atau mutilans rinofaringitis.
Hal ini terjadi dengan menyerang dan menghancurkan bagian hidung, rahang atas, langit-langit, dan tenggorokan.
Jika pembengkakan pada sekitar hidung tidak diatasi dengan baik, kondisi ini menyebabkan sakit kepala dan keluar cairan dari hidung.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Frambusia
Jika kamu atau orang terdekat mengalami tanda-tanda frambusia seperti di atas, kamu bisa menghubungi dokter di Halodoc.
Nah, berikut ini beberapa rekomendasi dokter sdi Halodoc yang sudah berpengalaman selama lebih dari 10 tahun.
Mereka juga memiliki penilaian yang baik dari pasien-pasien yang pernah mereka tangani sebelumnya, ini daftarnya:
- dr. Dyah Ayu Nirmalasari Sp.D.V.E
- dr. Made Martina W. M.Biomed, Sp.D.V.E
- dr. Dina Febriani Sp.D.V.E
- dr. Frieda Sp.D.V.E
- dr. Ryski Meilia Novarina Sp.D.V.E
Jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tak perlu khawatir.
Sebab kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui Halodoc atau berkonsultasi dengan dokter lainnya.
Diagnosis Frambusia
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa mendiagnosis penyakit ini, seperti:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tubuh yang mengalami gejala terkait dengan frambusia. Karena mayoritas pengidap frambusia merupakan anak usia di bawah 15 tahun, maka dokter juga akan mempertimbangkan dari sisi usia untuk menetapkan penyakit ini.
Dokter akan memastikan pemeriksaan fisik dengan mencari tanda spesifik, seperti:
- Luka tanpa rasa sakit.
- Pertumbuhan kutil pada beberapa bagian tubuh.
- Penebalan pada kulit sekitar tangan dan kaki.
2. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan melalui tes aglutinasi partikel Treponema pallidum berfungsi untuk menemukan infeksi bakteri Treponema. Dokter juga dapat melakukan biopsi dengan mengambil sampel jaringan pada luka untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium.
Pengobatan Frambusia
Frambusia menjadi sangat mudah diobati ketika ditemukan pada gejala tahap pertama. Dengan menggunakan suntikan antibiotik, maka penyakit ini dapat ditangani dengan baik.
Namun, gejala yang telah memasuki tahap ketiga membutuhkan suntikan antibiotik sebanyak tiga dosis mingguan (seminggu sekali, sebanyak 3 kali).
Hingga kini, tidak ada pengobatan yang bisa mengatasi kerusakan pada wajah atau tulang pada pengidap frambusia. Pengobatan yang diberikan hanya ditujukan untuk mengatasi infeksi, agar kondisi pengidap tidak semakin memburuk.
Berikut ini sejumlah obat antibotik yang umum direkomendasikan untuk mengatasi frambusia:
1. Azithromycin
Azithromycin merupakan obat antibiotik yang bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh. Dengan begitu, sistem kekebalan tubuh akan lebih mudah dalam membunuh bakteri.
Obat ini biasanya diberikan pada pengidap frambusia dalam bentuk oral. Dosis dan aturan pakai biasanya ditentukan oleh dokter, sesuai dengan kondisi pasien.
Cari tahu selengkapnya, berikut ini Dosis dan Aturan Pakai Azithromycin yang Benar.
2. Penisilin benzatin
Penisilin benzatin biasanya diberikan apabila pengobatan menggunakan azithromycin sudah tidak efektif. Obat antibiotik ini bermanfaat untuk mengobati infeksi bakteri penyebab frambusia.
Obat ini biasanya diberikan oleh dokter dalam bentuk suntikan atau infus, yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi tubuh pengidap.
Yuk, Kenali Kegunaan Benzathine Benzylpenicillin bagi Kesehatan.
Komplikasi Frambusia
Frambusia yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat memicu sejumlah komplikasi seperti:
- Kerusakan pada kulit wajah.
- Kerusakan pada tulang yang menyebabkan gangguan gerak.
- Kelainan bentuk tubuh mulai dari kaki, hidung, hingga rahang.
- Terbentuknya jaringan parut di tubuh.
- Infeksi bakteri sekunder yang dapat memperparah kondisi frambusia.
Selain menurunkan rasa percaya diri, komplikasi frambusia dapat mengganggu kehidupan pengidap sehari-hari.
Pencegahan Frambusia
Tidak ada pencegahan untuk penyakit frambusia. Namun, kamu bisa menurunkan risiko dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
- Tidak mengunjungi negara atau daerah yang menjadi lokasi endemik penyakit frambusia.
- Jangan lupa untuk selalu menggunakan alas kaki.
- Pastikan kamu menutup luka dengan tepat saat berkegiatan di kawasan yang kumuh.
- Selalu mencuci tangan dan membersihkan tubuh setelah melakukan kontak dengan banyak orang.
Itulah informasi mengenai frambusia yang perlu dipahami. Jika kamu mengalami gejala atau mencurigai adanya kondisi frambusia, jangan ragu untuk segera konsultasikan diri ke dokter.
Konsultasi dengan dokter kini bisa lebih mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja melalui Halodoc.
Selain itu, beli obat dan suplemen kesehatan juga bisa kamu lakukan dengan praktis melalui Toko Kesehatan Halodoc.
Yuk, tunggu apa lagi? Download aplikasi Halodoc, sekarang juga!