halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Hipertensi Sekunder

REVIEWED_BY  dr. Fadhli Rizal Makarim  
undefinedundefined

Hipertensi sekunder atau peningkatan tekanan darah sekunder merupakan kondisi peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang mendasarinya. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan yang melibatkan ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin pada tubuh. Kondisi ini juga dapat terjadi pada kehamilan. 

Penyebab Hipertensi Sekunder

Terdapat berbagai kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, termasuk:

  • Komplikasi Ginjal dari Diabetes (Nefropati Diabetik). Diabetes dapat memengaruhi kemampuan filtrasi dari ginjal, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
  • Penyakit GinjalPpolikistik. Pada kondisi yang diturunkan ini, adanya kista pada ginjal dapat menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal dan meningkatkan tekanan darah.
  • Sindrom Cushing. Pengobatan kortikosteroid yang digunakan untuk menangani kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder. Selain itu, hipertensi juga dapat disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar pituitari atau faktor lain pada kelenjar adrenal yang mengakibatkan peningkatan produksi hormon kortisol.
  • Feokromositoma. Tumor pada kelenjar adrenal yang relatif jarang terjadi ini dapat meningkatkan produksi dari hormon adrenalin dan noradrenalin, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
  • Penyakit Tiroid. Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh kondisi penurunan hormon tiroid (hipotiroid) maupun peningkatan hormon tiroid (hipertiroid).
  • Hiperparatiroidisme. Kelenjar paratiroid berfungsi meregulasi kadar kalsium dan fosfat pada tubuh. Bila kelenjar tersebut memproduksi hormon paratiroid secara berlebih, jumlah kalsium dalam darah dapat meningkat, yang memicu peningkatan tekanan darah.
  • Obesitas. Seiring dengan peningkatan berat badan, jumlah darah yang bersirkulasi di dalam tubuh juga meningkat. Hal ini dapat menambah tekanan pada dinding arteri, yang meningkatkan tekanan darah. Selain itu, berat badan yang berlebih dikaitkan dengan peningkatan denyut jantung dan penurunan kemampuan pembuluh darah untuk mengantarkan darah. Sebagai tambahan, deposit lemak dalam tubuh dapat mengeluarkan zat kimiawi yang meningkatkan tekanan darah. Semua faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
  • Kehamilan. Kondisi kehamilan diketahui dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, baik pada orang yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal maupun pada orang yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya.
  • Konsumsi Pengobatan atau Suplementasi Tertentu. Beberapa jenis pengobatan diketahui dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian orang. Oleh sebab itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan.

Faktor Risiko Hipertensi Sekunder

Faktor risiko terbesar untuk memiliki hipertensi sekunder adalah memiliki kondisi medis yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti masalah ginjal, arteri, jantung atau sistem endokrin

Gejala Hipertensi Sekunder

Gejala hipertensi sekunder akan dirasakan berbeda-beda oleh tiap pengidapnya. Hipertensi sekunder akan sulit untuk dikendalikan dengan menggunakan satu jenis obat. Berikut ini beberapa tanda yang bisa mengindikasikan seseorang terkena hipertensi sekunder, di antaranya:

  • Hipertensi resisten. Tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik diatas 140 mm/Hg dan diastolik diatas 90 mm/Hg) yang tidak bisa diatasi dengan kombinasi 1 atau 2 obat hipertensi.
  • Tekanan darah yang sangat tinggi. Tekanan darah sistolik lebih dari 180 mm/Hg dan diastolik lebih dari 120 mm/Hg.
  • Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga.
  • Serangan darah tinggi mendadak sebelum usia 30 tahun, atau setelah usia 55 tahun.
  • Adanya gejala lain yang berkaitan dengan penyakit penyebab hipertensi sekunder.
  • Tidak mengalami obesitas

Selain gejala tersebut, hipertensi sekunder juga bisa menyebabkan pengidapnya mengalami gejala lain yang sesuai dengan penyakit yang mendasarinya, seperti berkeringat, sakit kepala, kelelahan berlebihan, dan perubahan detak jantung.

Diagnosis Hipertensi Sekunder

Diagnosis hipertensi sekunder biasanya tidak dapat dilakukan dalam sekali pertemuan. Untuk membedakan hipertensi sekunder dan primer, diperlukan informasi mengenai riwayat penyakit pengidap dan riwayat kesehatan keluarga. Kemudian dalam pemeriksaan fisik, diperiksa tekanan darah, berat badan, ada atau tidaknya penimbunan cairan, serta tanda khas lain yang bisa mengindikasikan adanya penyakit yang menjadi penyebab.

Pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan untuk membantu menentukan diagnosa adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan darah, untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin, sodium, kolestrol, trigliserida, dan nitrogen urea (BUN) dalam darah.
  • Pemeriksaan urine, untuk memeriksa adanya kondisi kesehatan lain yang memicu naiknya tekanan darah.
  • Ultrasonografi, untuk mendapatkan gambaran ginjal dan arterinya menggunakan gelombang suara.
  • Elektrokardiogram, untuk memeriksa fungsi jantung, apabila ada kecurigaan bahwa gangguan jantung merupakan penyebab hipertensi.

Pencegahan Hipertensi Sekunder

Menjalani gaya hidup yang baik dapat membantu mencegah terjadinya hipertensi. Beberapa hal yang dapat dilakukan, meliputi:

  • Mengonsumsi diet yang sehat.
  • Membatasi asupan garam.
  • Menghindari merokok.
  • Membatasi konsumsi alkohol.
  • Mengatasi stres.
  • Melakukan aktivitas fisik secara rutin.
  • Menjaga berat badan agar tetap stabil.

Pengobatan Hipertensi Sekunder

Penanganan pada hipertensi sekunder ditujukan untuk mengatasi kondisi medis yang mendasari peningkatan tekanan darah yang terjadi. Bila kondisi tersebut bisa diatasi dengan baik, tekanan darah yang tinggi akibat hipertensi sekunder juga dapat kembali normal.

Beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan, meliputi:

  • Perubahan Gaya Hidup. Konsumsi makanan yang sehat, diet rendah garam, menghindari merokok, mengatasi stres, membatasi asupan alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, dan menjaga berat badan agar tetap proporsional dapat membantu menjaga tekanan darah agar berada dalam rentang normal.
  • Pengobatan untuk Menurunkan Tekanan Darah. Terdapat beberapa jenis pengobatan yang dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu mengendalikan tekanan darah yang disesuaikan dengan penyakit yang menyertai.  

Komplikasi Hipertensi Sekunder

Jika tidak diatasi dengan baik, hipertensi sekunder dapat menyebabkan dampak yang lebih buruk pada kesehatan, seperti:

  • Kerusakan pada Arteri. Kondisi ini dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan arteri yang menyebabkan serangan jantung atau stroke.
  • Aneurisma. Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah serta menonjol dan membentuk aneurisma. Jika aneurisma pecah, kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
  • Gagal Jantung. Untuk memompa darah melawan tekanan darah yang lebih tinggi, otot jantung dapat menebal. Otot yang menebal akan lebih sulit memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang menyebabkan gagal jantung.
  • Gangguan Ginjal. Penyempitan dan semakin melemahnya pembuluh darah menuju ginjal memicu risiko gangguan ginjal.
  • Gangguan pada Mata. Hipertensi sekunder dapat memicu penebalan, penyempitan, serta robekan pada pembuluh darah bagian mata yang menyebabkan gangguan penglihatan pada mata.

Pencegahan Hipertensi Sekunder

Pencegahan yang bisa dilakukan dengan melakukan gaya hidup sehat agar kamu tidak mengalami hipertensi atau penyakit lainnya yang bisa memicu hipertensi sekunder.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu memiliki risiko hipertensi sekunder, sebaiknya lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin untuk mengontrol tekanan darah. Kamu bisa bertanya langsung pada dokter mengenai gaya hidup dan pola makan yang tepat bagi pengidap hipertensi sekunder untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Kamu bisa download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play sekarang juga.

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Secondary Hypertension.

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Secondary Hypertension.

Web MD. Diakses pada 2022. Secondary Hypertension.

Diperbarui pada 10 Mei 2022.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp