Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih). Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.
Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja.
Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri. Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.
Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:
Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak.
Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:
1. Hipertensi Primer
Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
Obstruktif sleep apnea (OSA).
Masalah ginjal.
Tumor kelenjar adrenal.
Masalah tiroid.
Cacat bawaan di pembuluh darah.
Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas.
Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:
Memiliki usia di atas 65 tahun.
Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
Memiliki kebiasaan merokok.
Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.
Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung. Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini.
Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya hipertensi dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin. Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur.
Lengkapi juga dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Jangan lupa untuk mengecek kebutuhan vitamin dan suplemenmu di Toko KesehatanHalodoc. Yuk, cek sekarang!
Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:
Sakit kepala;
Mimisan;
Masalah penglihatan;
Nyeri dada;
Telinga berdengung;
Sesak napas; dan
Aritmia.
Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa:
Kelelahan;
Mual dan/atau muntah;
Kebingungan;
Merasa cemas;
Nyeri pada dada;
Tremor otot; dan
Adanya darah dalam urine.
Segera hubungi dokter atau lakukan pemeriksaan di rumah melalui layanan Halodoc Home Lab yang tersedia di Jabodetabek dan Surabaya. Klik gambar di bawah untuk memesan.✔️
Diagnosis Hipertensi
Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter alat untuk mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan.
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
Krisis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Jika kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala hipertensi, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.
Jika hasilnya masih samar, biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis. Metodenya dapat melalui:
Pemantauan rawat jalan. Tujuannya untuk memeriksa tekanan darah secara teratur selama 6 hingga 24 jam.
Tes kadar kolesterol. Untuk memeriksa kondisi yang dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan darah tinggi.
Tes gula darah. Tujuannya untuk mengetahui resistensi insulin yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, dan berkontribusi pada pengembangan hipertensi.
Elektrokardiogram (EKG). Caranya dengan mengukur aktivitas listrik jantung dan mengetahui seberapa cepat atau lambat jantung berdetak.
Ekokardiogram. Pemeriksaan non-invasif ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran detail detak jantung. Ini menunjukkan bagaimana darah bergerak melalui jantung dan katup jantung.
Pemeriksaan fungsi tiroid. Tujuannya untuk menilai fungsi kelenjar tiroid yang dapat memengaruhi tekanan darah.
Pemeriksaan urine. Fungsinya untuk mengidentifikasi adanya protein, darah, atau zat lain yang dapat mengindikasikan hipertensi, termasuk kerusakan ginjal.
Pengobatan Hipertensi
Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat seumur hidup untuk mengatur tekanan darah. Jika sudah terkendali, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan.
Berikut dua hal yang menjadi langkah utama pengobatan hipertensi:
1. Perubahan pola hidup
Ada beberapa pola hidup yang perlu kamu ikuti guna meningkatkan peluang kesembuhan. Di antaranya:
Pertahankan berat badan yang sehat.
Mengurangi atau berhenti merokok.
Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rendah garam.
Batasi konsumsi minuman beralkohol.
Lakukan aktivitas fisik intensitas rendah secara teratur.
Kelola stres dengan baik, contohnya dengan melakukan aktivitas yang kamu sukai.
Mengonsumsi obat-obatan secara rutin.
Batasi konsumsi kafein, terutama dari kopi.
Pantau tekanan darah di rumah dan lakukan pemeriksaan rutin.
2. Mengonsumsi obat-obatan
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun. Perlu diketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah.
Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah lebih rileks.
Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali.
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi relaksasi. Misalnya terapi meditasi atau olahraga olah tubuh seperti yoga. Namun, pengobatan hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup. Contohnya seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:
Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari).
Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
Berhenti merokok.
Berolahraga secara teratur.
Menjaga berat badan.
Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.
Kapan Harus ke Dokter?
Setiap orang dewasa disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap tahunnya. Dokter juga kemungkinan akan merekomendasikan pengukuran tekanan darah jika telah didiagnosis hipertensi atau memiliki faktor risiko dari penyakit ini. Anak-anak juga dapat diukur tekanan darahnya sebagai bagian dari pemeriksaan tahunan.
Referensi:
Harvard Health. Diakses pada 2022. High Blood pressure (Hypertension).
World Health Organization (WHO). Diakses pada 2022. Hypertension.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. High blood pressure (hypertension)
NHS. Diakses pada 2022. High blood pressure (hypertension).
Kalo ada hipertensi, makanan apa aja ya dok yang perlu dihindarin?
Secara umum, penderita hipertensi disarankan untuk mengurangi asupan garam, termasuk didalamnya makanan olahan yang diawetkan dengan metode pengasinan atau makanan sehari-hari harus rendah garam. Selain itu penderita hipertensi juga disarankan untuk mengurangi konsumsi alkohol dan makanan berlemak. Kedua jenis makanan tersebut diketahui dapat memengaruhi struktur pembuluh darah yang dapat berakibat sumbatan pembuluh darah maupun hipertensi. Penderita hipertensi juga disarankan untuk menghindari makanan yang rendah serat dan memperbanyak asupan serat seperti sayur dan buah. Selain menghindari makanan-makanan tersebut, penting juga untuk menjaga gaya hidup seperti menghindari rokok, menjaga berat badan ideal, dan rutin berolahraga.
Saya kan ini suka lemas dan nafsu makan kurang, terus saya juga suka tiba2 pusing dan keringetan gitu. Itu apa gara2 hipertensi atau bukan ya?
Hipertensi sering kali dikaitkan dengan keluhan pusing. Namun, tidak semua hipertensi menunjukkan gejala, sebagian besar kasus hipertensi bahkan tidak bergejala. Sehingga, penting untuk melakukan pengecekan tensi rutin di layanan kesehatan. Jika yang dirasakan suka lemas dan nafsu makan kurang, disertai tiba-tiba pusing dan berkeringat ini merupakan gejala yang sangat umum, dan dapat mengarah ke berbagai penyakit. Untuk dapat mengetahui pasti disarankan untuk dapat berobat ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh.
Dok, papa saya kan ada hipertensi. Nah, dia tuh suka banget kalo disuruh minum obat. Ada pengobatan alternatif lain gak ya dok kayak jamu gt?
Sampai saat ini ada beberapa pengobatan herbal yang sudah terformularasi dan dijual sebagai kemasan obat tradisional di apotek. Namun, pengobatan hipertensi merupakan pengobatan yang harus dilakukan rutin dan spesifik terhadap masing-masing individu. Apabila dokter telah meresepkan obat hipertensi tersebut, maka dokter telah menimbang berbagai faktor lain yang ada pada tubuh penderita hipertensi, sehingga efek samping dan manfaatnya sudah dipertimbangkan. Sejauh ini, sebagian besar obat hipertensi tergolong aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang, artinya, selama tidak ada efek samping dari konsumsi obat hipertensi tersebut, penderita dapat terus melanjutkan pengobatan hipertensi secara rutin.
Topik Terkini
Lihat Semua
Artikel Terkait
Cek Fakta: Benarkah Gula Darah Rendah Bisa Sebabkan Hipertensi?
Hipoglikemia
3 menit
13 Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan
Hipertensi
6 menit
Bagaimana Cara Mengendalikan Hipertensi Esensial?
Hipertensi
Apa yang Perlu Diperhatikan setelah Pemeriksaan Tekanan Darah?
Hipertensi
Memiliki Tekanan Darah Tinggi Bisa Sebabkan Efusi Pleura
Hipertensi
Cegah Hipertensi agar Tidak Menyebabkan Gangguan Jantung