halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Reproduksi icon

    Kesehatan Reproduksi

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Pneumoconiosis

REVIEWED_BY  dr. Rizal Fadli  
undefinedundefined

Pneumoconiosis adalah penyakit paru-paru yang kerap menyerang orang yang sering terkena paparan debu dan polusi zat kimia. Penyakit ini pun lebih sering dialami oleh pekerja tambang, kontraktor, dan pekerja lain yang menghirup debu jenis tertentu di tempat kerja. Kondisi ini terjadi akibat berkumpulnya debu berbahaya di paru-paru. 

Seiring berjalannya waktu, debu yang terkumpul di paru-paru akan membuat pengidapnya sulit mendapatkan udara untuk bernapas. Kondisi ini dapat disebut juga sebagai “penyakit paru-paru hitam” atau “paru-paru popcorn”. 

Sayangnya, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Akan tetapi, perawatan dapat membuat pengidapnya untuk lebih mudah bernapas dan meringankan gejala.

Penyebab Pneumoconiosis

Bahan kimia yang banyak menyebabkan kondisi ini biasanya dari golongan diacetyl. Penyebab umum lainnya adalah asetaldehida, bahan kimia yang ditemukan dalam asap dari ganja dan beberapa rokok elektronik. Asetaldehida juga dapat merusak lapisan mulut, tenggorokan, dan perut.

Selain itu, bahan kimia lain yang dapat menyebabkan pneumoconiosis, antara lain:

  • Asap oksida logam.
  • Formaldehida.
  • Sulfur dioksida.
  • Amonia.
  • Klorin.
  • Nitrogen oksida.
  • Asam hidroklorik.
  • Sulphur mustard.

Faktor Risiko Pneumoconiosis

Ada faktor risiko yang jelas untuk pneumokoniosis. Berbagai pekerjaan yang mungkin membuat orang bersentuhan dengan debu berbahaya dapat lebih berisiko terkena kondisi ini.

Beberapa contoh pekerjaan tersebut, meliputi:

  • Tukang ledeng, tukang atap, dan pembangun yang bekerja dengan asbes.
  • Penambang batubara.
  • Pekerja tekstil.
  • Kontraktor.

Gejala Pneumoconiosis

Gejala pneumokoniosis dapat memakan waktu lama untuk muncul, karena debu dapat menumpuk secara perlahan atau membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyebabkan reaksi di paru-paru. Hal ini berarti gejala mungkin tidak muncul segera setelah partikel debu masuk ke paru-paru.

Gejala utama pneumokoniosis adalah:

  • Kesulitan bernapas, atau sesak napas.
  • Batuk berdahak.
  • Sesak di dada.

Gejala-gejala ini bisa mirip dengan gejala pilek atau infeksi dada dan cenderung menetap. Pneumokoniosis dapat dipastikan terjadi jika seseorang yang mengalaminya telah bekerja di lingkungan dengan partikel debu yang berbahaya.

Jika jaringan parut di paru-paru parah, oksigen mungkin kurang bisa masuk ke aliran darah. Rendahnya kadar oksigen dalam darah ini kemudian dapat menyebabkan masalah pada organ lain dalam tubuh, seperti jantung dan otak.

Diagnosis Pneumoconiosis

Banyak pekerja dengan risiko paparan debu tinggi akan ditawarkan pemeriksaan rutin untuk penyakit paru-paru, seperti rontgen dada atau tes pernapasan. Jika seseorang memiliki gejala pneumokoniosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat kesehatan, termasuk apakah orang tersebut pernah terkena partikel debu. Pemeriksaan yang lebih lanjut dapat dilakukan oleh dokter spesialis paru-paru.

Rontgen dada atau CT scan dapat memperlihatkan peradangan, kelebihan cairan, atau jaringan parut di paru-paru. Tes juga dapat dilakukan untuk memeriksa berapa banyak oksigen yang mencapai darah dari paru-paru. Biopsi juga mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lain.

Pengobatan Pneumoconiosis

Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen, jadi penting untuk mengatasinya sejak dini. Nah, berikut beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena pneumokoniosis:

  • Jika disebabkan karena menghirup bahan kimia berbahaya, salah satu caranya adalah untuk menjauh dari lingkungan tersebut. Kamu juga dapat memakai alat pelindung di tempat kerja atau mungkin pindah kerja ke tempat yang lebih aman.
  • Dokter dapat memberi antibiotik atau steroid untuk meredakan peradangan yang dapat melukai saluran pernapasan.
  • Obat-obatan yang memperlambat sistem kekebalan dapat membantu melindungi bronkiolus dari lebih banyak kerusakan.
  • Dokter juga dapat memberi obat pereda batuk untuk membuka saluran pernapasan. 
  • Dokter juga dapat memberi bantuan oksigen untuk mempermudah bernapas.

Komplikasi Pneumoconiosis

Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi, antara lain:

  • Gagal napas progresif.
  • Kanker paru.
  • Tuberkulosis.
  • Gagal jantung karena meningkatnya tekanan di dalam paru-paru.

Pencegahan Pneumoconiosis

Meskipun tidak ada pengobatan yang diketahui untuk pneumokoniosis, ada beberapa upaya pencegahan penyakit ini. Seperti misalnya dengan melakukan perubahan gaya hidup tertentu yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko efek samping penyakit.

Nah, kamu dapat menyesuaikan gaya hidup, seperti:

  • Hindari merokok. 
  • Vaksinasi flu. 
  • Olahraga rutin. 
  • Pilih makanan sehat dan bergizi.
  • Menghindari tempat berdebu.
  • Perhatikan kebersihan
  • Gunakan masker

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu mengalami gejala yang mengarah ke pneumokoniosis, hubungi dokter segera. Demikian juga jika mengalami masalah, gejala, atau pertanyaan lain yang belum pasti. Sebaiknya, lakukan medical check-up untuk dapat mengatasinya lebih dini.

Itulah pembahasan seputar penyakit pneumoconiosis. Jika kamu ingin berkonsultasi ke dokter terkait masalah kesehatan, kamu bisa menghubunginya melalui Halodoc. Bila dokter meresepkan obat, cek kebutuhan medis di Halodoc. Tunggu apa lagi, segera download Halodoc sekarang! 

Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2022. Pneumoconiosis.
Web MD. Diakses pada 2022.  Pop Corn Lung.

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp