Ketergantungan Krim Dokter, Begini Cara Menghentikannya

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Agustus 2018
Ketergantungan Krim Dokter, Begini Cara MenghentikannyaKetergantungan Krim Dokter, Begini Cara Menghentikannya

Halodoc, Jakarta – Saat ini, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan wajah yang cantik dan bersih. Pasalnya, memiliki wajah yang bersih dipercaya dapat menunjang penampilan dan membuat siapa saja menjadi lebih percaya diri.

Mulai dari cara yang instan, hingga perawatan dan penggunaan krim wajah sering dipilih. Tak jarang, kebiasaan ini malah bisa menyebabkan ketergantungan pada kulit wajah. Lantas, benarkah krim wajah atau krim dokter bisa memberikan dampak ketergantungan pada kulit?

Krim dokter merupakan jenis obat atau perawatan wajah yang merupakan racikan dari dokter. Tujuannya adalah untuk mengatasi berbagai masalah kulit, seperti kulit kusam, berminyak, hingga berjerawat. Namun, ada banyak anggapan yang menyebut bahwa kebiasaan menggunakan krim dokter bisa menyebabkan ketergantungan dan membuat kulit kembali bermasalah saat penggunaannya dihentikan.

Baca juga: 4 Jenis Penyakit Kulit yang Perlu Diwaspadai

Sebenarnya, krim dokter merupakan jenis obat yang sudah diresepkan memiliki peluang yang relatif kecil untuk menimbulkan ketergantungan. Sebab umumnya dokter sudah melakukan pemeriksaan, sehingga tidak sembarangan dalam memberi resep. Dengan catatan, penggunaan krim dokter diikuti dengan menjalankan semua saran yang diberikan oleh dokter.

Efek ketergantungan tidak akan berlaku jika kamu memilih dokter yang tepat. Dokter spesialis kulit merupakan orang yang memang ahli pada bidang ini. Sebelum memutuskan untuk memberi krim tertentu, dokter pasti sudah melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.  Mulai dari dosis, hingga kapan kamu harus berhenti menggunakan krim-krim tersebut. Hingga sudah hampir dipastikan, efek ketergantungan tidak akan dirasakan.

Ketergantungan karena Krim Dokter Palsu

Selama krim dokter didapatkan dari dokter yang ahli, dan memiliki izin, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, kamu harus mewaspadai penggunaan krim dokter palsu atau krim serupa yang banyak dijual di pasaran.

Pasalnya, krim palsu ini seringnya dibuat oleh orang yang tidak benar-benar mengerti dan tidak berpengalaman. Krim palsu juga lebih berisiko karena jenis kandungan yang dimilikinya belum tentu aman. Salah satu kandungan yang sering ditemui dalam krim palsu adalah steroid.

Baca juga: Kulit Memerah dan Gatal? Hati-Hati Gejala Psoriasis

Zat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan dan meredakan nyeri. Kandungan ini sering ada dalam krim yang ditujukan untuk pengobatan ruam, eksim, dermatitis, dan infeksi kulit lainnya. Berita buruknya, steroid sama sekali tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena bisa memicu efek samping.

Efek samping yang paling sering terjadi karena penggunaan krim yang mengandung steroid adalah penipisan dan perubahan warna yang terjadi pada kulit. Perubahan itulah yang sering disalahartikan dan dianggap sebagai keunggulan dari krim palsu tersebut.

Jika penggunaan krim ini dilanjutkan, bisa memicu beberapa efek samping seperti kulit semakin menipis, gangguan kulit, bercak putih, dan kulit menjadi lebih sensitif. Kondisi itulah yang kemudian memunculkan  keyakinan bahwa pemakaian krim menimbulkan ketergantungan, sebab ada gejala yang terjadi saat pemakaiannya dihentikan. Padahal, gangguan yang terjadi tersebut adalah ancaman yang nyata dan tidak hanya terjadi karena penggunaan krim dihentikan.

Baca juga: Ini Cara Tepat Menyimpan Produk Skincare

Kalau kamu mengalami masalah pada kulit, atau masalah lain terkait masalah kesehatan, pakai aplikasi Halodoc saja. Hubungi dokter melalui fitur Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan rekomendasi beli obat dan tips menjaga kesehatan dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan