Ketombe Bandel, Jangan-Jangan Dermatitis Seboroik
Halodoc, Jakarta - Mengalami ketombe yang membandel dan tak kunjung hilang? Hati-hati, bisa jadi itu infeksi dermatitis seboroik. Penyakit kulit yang dikenal juga dengan cradle cap pada bayi ini adalah bentuk dermatitis kronis pada kulit kepala.
Dermatitis seboroik menyebabkan kulit kepala terasa gatal, memerah, bersisik, mengering, mengelupas, dan memunculkan ketombe yang membandel. Ingin tahu lebih lanjut tentang dermatitis seboroik? Yuk, simak pembahasannya!
Baca juga: Ketombe atau Dermatitis Seboroik? Ketahui Bedanya
Mengenal Lebih Dekat Dermatitis Seboroik
Salah satu hal yang membedakan dermatitis seboroik dengan ketombe biasa adalah, penyakit kulit ini tak hanya menyerang kulit kepala. Pada beberapa kasus, dermatitis seboroik juga bisa menyerang area kulit lain yang berminyak, seperti wajah, alis, telinga, sisi hidung, dan dada.
Namun, dermatitis seboroik juga bisa menginfeksi area kulit yang kering, seperti belakang telinga, lipatan paha, dan ketiak. Adapun gejala yang dialami bisa bervariasi, tergantung tingkat keparahan dan usia pengidapnya. Meski begitu, gejala umum dari dermatitis seboroik pada orang dewasa adalah:
- Muncul bercak bersisik pada kulit kepala.
- Area kulit kepala merah dan gatal seperti terbakar.
- Kerak pada kulit kepala bisa mengalami infeksi dan mengeluarkan cairan.
- Jika menyebar ke telinga, akan keluar cairan bening dari telinga.
- Perubahan warna kulit, meski telah sembuh.
Sayangnya, banyak yang mengira dermatitis seboroik di kulit kepala sebagai ketombe biasa. Hal ini karena salah satu gejalanya ditandai dengan serpihan kulit mati yang mengelupas, mirip ketombe. Namun, jika kamu juga mengalami berbagai gejala tadi, kemungkinan itu adalah dermatitis seboroik.
Pada bayi, dermatitis seboroik biasanya hanya muncul di kulit kepala. Gejala yang muncul dapat berupa bercak kuning bersisik dan berminyak, serta kerak kering berwarna kuning kecoklatan di kulit kepala. Pada beberapa kasus, dermatitis seboroik pada bayi juga bisa muncul di wajah.
Jika kamu mengalami berbagai gejala dermatitis seboroik yang sudah dijelaskan tadi, segera gunakan aplikasi Halodoc untuk bicara pada dokter. Dermatitis seboroik yang tidak diatasi bisa mengganggu aktivitas karena rasa gatal yang mengganggu, serta berujung pada infeksi yang serius.
Baca juga: 4 Faktor Pemicu Terjadinya Dermatitis Seboroik
Apa yang Jadi Penyebab Dermatitis Seboroik?
National Eczema Association menyebut ada beberapa kemungkinan yang membuat seseorang rentan mengalami dermatitis seboroik. Pada kebanyakan kasus, kulit yang berminyak bisa jadi faktor risiko. Hal ini karena kelembapan pada kulit dapat memicu pertumbuhan jamur Malassezia.
Bila pertumbuhan jamur tidak terkontrol, akan terjadi peradangan dan berbagai gejala. Selain itu, faktor genetik seperti mutasi gen yang diturunkan orangtua juga memengaruhi kondisi kulit. Bila ada keluarga dekat yang memiliki riwayat dermatitis seboroik, peluang kamu untuk mengalaminya juga akan meningkat.
Selain itu, dermatitis seboroik juga lebih rentan dialami oleh orang yang sistem imunnya lemah. Misalnya, pada orang yang mengidap AIDS, penyakit Parkinson, epilepsi, stroke, serangan jantung, ketergantungan alkohol, depresi, gangguan makan, dan gangguan neurologis.
Baca juga: Bisa Disembuhkan, Begini Cara Mengobati Dermatitis Seboroik
Sementara itu, faktor-faktor lain yang juga meningkatkan risiko dermatitis seboroik adalah:
- Usia. Bayi berusia tiga bulan atau lebih, serta orang dewasa dalam rentang usia 30 – 60 tahun berisiko lebih tinggi terhadap dermatitis seboroik.
- Efek samping obat-obatan. Orang yang menggunakan obat mengandung interferon, lithium, dan psoralen, berisiko lebih besar untuk mengalami dermatitis seboroik.
Perlu diketahui, dermatitis seboroik bisa disembuhkan dengan menjalani pengobatan dari dokter. Jadi, bila kamu atau orang terdekat ada yang mengalaminya, segera periksakan diri ke dokter dan jalani pengobatan yang disarankan.