Bikin Orang Nyeplos Enggak Terkendali, Apa itu Sindrom Tourette?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   13 Desember 2018
Bikin Orang Nyeplos Enggak Terkendali, Apa itu Sindrom Tourette?Bikin Orang Nyeplos Enggak Terkendali, Apa itu Sindrom Tourette?

Halodoc, Jakarta - Mungkin belum banyak masyarakat yang familiar mengenai sindrom Tourette. Gangguan sindrom Tourette merupakan kelainan saraf langka yang membuat seseorang tidak dapat mengendalikan gerak-gerik tubuhnya serta ucapan dari mulutnya.

Nama kelainan ini berasal dari penemunya, Dr. Georges Gilles de la Tourette, ahli saraf Perancis. Dia pertama kali menggambarkan kondisi tersebut pada seseorang bangsawan berusia 86 tahun asal Perancis.

Sindrom Tourette adalah kondisi yang menyerang sistem saraf otak yang ditandai dengan pola gerakan yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disengaja, berulang, dan tidak dapat dikendalikan, atau disebut juga dengan tics. Gejala ini akan muncul pada bagian tubuh mana pun (wajah, tangan, atau kaki).

Pada kasus lainnya, seseorang yang memiliki sindrom Tourette juga dapat tiba-tiba mengeluarkan suara abnormal, mengulang perkataan, atau bahkan melontarkan kutukan atau mengumpat kepada orang lain. Ketika tics kambuh, mereka tidak dapat mengendalikan apa yang mereka katakan.

Pengidap Tidak Mampu Mengendalikan Diri

Di awal gejala sindrom Tourette, pengidap biasanya sering melakukan gerakan spontan atau kejang dalam waktu pendek, menyentak tiba-tiba, hidung berkedut, atau bahkan mulut yang bergerak-gerak. Gejala tics antara satu orang dengan orang lainnya bisa berbeda-beda. Bahkan, ada juga yang sampai harus membungkuk atau memutarkan badannya berkali-kali sebagai “karakter” tics mereka. Gejala awal ini biasanya terlihat pertama kali saat masa kanak-kanak, dengan rata-rata kemunculan pertamanya di antara usia 3 dan 9 tahun.

Pada beberapa orang, selain tics motorik, gejala sindrom Tourette juga termasuk tics vokal, yaitu ketidakmampuan mengendalikan apa yang mereka katakan. Orang dengan sindrom Tourette yang mengalami tics vokal biasanya mengumpat, memaki, atau melontarkan kata-kata cabul secara spontan dan berulang. Meski sebenarnya perbuatan tersebut dilakukan secara tidak disengaja.

Dalam sebuah survei oleh psikolog University of San Diego, mungkin ada 10-15 persen orang yang mengalami sindrom Tourette dengan tics vokal, yang disertai  dengan umpatan. Kondisi ini dapat disebut juga sebagai copropraxia. Pola gerakan/perkataan spontan dan berulang yang dialami pengidap sindrom Tourette umumnya sulit dihindari. Mereka sulit untuk mengontrol atau pun mencegahnya.

Orang-orang yang mengalami sindrom Tourette sering kali melaporkan bahwa usaha untuk meredam, mengontrol, atau mencegah tics dapat memicu stres berat. Bahkan, kondisi tersebut dapat membuat mereka merasa bahwa tics harus dilepaskan (meski bertentangan dengan keinginan mereka). Walaupun begitu, setelah gejala terjadi (baik itu gerakan atau perkataan), biasanya dapat dikendalikan oleh pemilik tubuh dengan berbagai cara tersendiri.

Tics itu sendiri, baik gerakan motorik maupun ucapan, dapat kambuh karena terpicu oleh situasi lingkungan sekitar orang tersebut, serta dapat tampak bersifat sukarela atau tidak.

Pengidap Sindrom Tourette Perlu Dukungan

Orang yang mengalami sindrom Tourette biasanya memiliki masalah saat harus berinteraksi dengan orang lain. Kepercayaan diri mereka dapat berkurang akibat kondisi yang mereka miliki, sehingga turut meningkatkan stres dan depresi. Kondisi tersebut dapat berujung pada penyalahgunaan NAPZA.

Beberapa hal yang dapat dilakukan membantu sindrom Tourette, di antaranya:

  • Usahakan untuk selalu mendapatkan informasi yang akurat mengenai sindrom Tourette, baik bagi pengidap maupun keluarga.

  • Ingatlah bahwa tics akan mencapai puncaknya saat pengidap mencapai usia remaja. Namun, kondisi tersebut akan membaik seiring bertambahnya usia.

  • Pupuklah kepercayaan diri pengidap sindrom sindrom Tourette. Salah satunya adalah dengan mendorongnya melakukan olahraga pilihan atau kegiatan lain yang menarik perhatiannya, serta menjaga hubungan baik dengan teman bermainnya.

  • Jadilah pendukung yang baik bagi pengidap, dengan membantu mengedukasi orang lain di sekitar anak secara rutin. Anak dengan sindrom Tourette dapat berkembang lebih baik dalam lingkungan belajar yang lebih kecil atau melalui les privat.

  • Ikuti kelompok dukungan yang sesuai dengan kebutuhan pengidap.

Dukungan bagi pengidap sindrom Tourette dapat membantu meredakan gejala yang mereka alami. Biasanya gejala dipicu oleh serangan panik, cemas, dan depresi yang berasal dari lingkungan sekitar mereka. Itulah sebabnya edukasi, terapi, dan kelompok dukungan berperan penting bagi perkembangan kondisi mereka.

Kamu juga dapat mendiskusikan mengenai gangguan ini dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana pun. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!

Baca juga:

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan