Pengidap Batu Empedu Ternyata Berisiko Alami Kolesistitis

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   03 April 2019
Pengidap Batu Empedu Ternyata Berisiko Alami KolesistitisPengidap Batu Empedu Ternyata Berisiko Alami Kolesistitis

Halodoc, Jakarta - Kolesistitis adalah peradangan yang terjadi pada kantong empedu yang dapat menyebabkan pengidapnya merasa nyeri, mual, dan demam. Kantong empedu adalah organ tubuh yang memiliki fungsi untuk menyimpan cairan empedu, yaitu cairan yang memiliki peran penting dalam pencernaan lemak di dalam tubuh.

Faktanya, mereka yang mengidap penyakit batu empedu memiliki risiko mengalami kolesistitis ini. Kolesistitis adalah kondisi yang biasanya disebabkan batu empedu karena terjebak dalam saluran yang mengambil cairan empedu dari kantong empedu menuju usus. Kolesistitis dapat muncul secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis). Sebagian besar kasus kolesistitis akut terjadi karena penyumbatan di saluran empedu. Sedangkan kolesistitis kronis adalah peradangan yang terjadi setelah seseorang mengalami kolesistitis akut berulang kali.

Baca Juga: Camilan Pedas Menyebabkan Masalah Kantong Empedu?

Gejala Kolesistitis

Gejala umum dari kolesistitis adalah rasa nyeri dan kram di sisi kanan atas perut. Akibat kondisi ini, maka memengaruhi bagian tubuh lainnya. Beberapa gejala tersebut, antara lain:

  • Nyeri di dada, punggung atas, atau bahu kanan. Nyeri ketika bernapas atau bergerak atau ketika ditekan.

  • Bersendawa, mual, dan muntah, biasanya setelah makan makanan tinggi lemak.

  • Suhu rendah.

  • Kulit menguning.

  • Mata terlihat putih.

  • Tinja berwarna pucat.

  • Kulit gatal bisa terjadi jika saluran utama yang membawa empedu ke usus tersumbat batu.

  • Kantong empedu yang terinfeksi bisa menyebabkan suhu badan tinggi dan menggigil.

Diagnosis Kolesistitis

Cara untuk melakukan diagnosis kolesistitis, dokter memulainya dengan memeriksa perut (bagian bawah tulang iga kanan) untuk mendeteksi apakah ada nyeri yang dirasakan. Metode ini dinamakan Murphy’s sign. Selain itu, kamu disarankan melakukan pemeriksaan darah dan USG.

Tes darah bertujuan memeriksa apakah terdapat tanda-tanda radang, infeksi, atau masalah lain di dalam kantong empedu. Sementara USG diperlukan untuk menunjukkan apakah ada batu empedu, penebalan di dinding kelenjar empedu, cairan berlebih, dan tanda lain dari kolesistitis. Tes ini juga membuat dokter mengetahui ukuran dan bentuk kelenjar empedu.

Baca Juga: Pola Hidup yang Menurunkan Risiko Terkena Kolesistitis

Pengobatan Kolesistitis

Upaya untuk mengobati kolesistitis, maka pengidapnya diwajibkan untuk berpuasa atau diet rendah lemak agar beban kerja kantong empedu berkurang. Pengidap penyakit ini juga diberikan cairan melalui infus untuk menghindari dehidrasi. Penggunaan obat-obatan, seperti obat pedera rasa sakit serta antibiotik untuk menangani infeksi juga diberikan.

Selain pengobatan yang disebutkan di atas, dokter menganjurkan pasien untuk menjalani operasi pengangkatan kantong empedu atau kolesistektomi. Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi serius pada pengidap kolesistitis, sekaligus mencegah agar kolesistitis tidak muncul kembali.

Ada dua jenis kolesistektomi yang bisa dijalani oleh pasien, yaitu kolesistektomi laparoskopik dan kolesistektomi sayatan terbuka. Kolesistektomi laparoskopik adalah tindakan pengangkatan kantong empedu yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di perut, dan menggunakan alat bedah khusus yang dilengkapi dengan kamera video.

Efek yang dirasakan setelah pengangkatan kantong empedu adalah diare setelah konsumsi makanan tertentu. Tubuh manusia bisa bertahan tanpa organ ini. Hati tetap mengeluarkan cairan empedu untuk membantu pencernaan lemak meski kantong empedu sudah diangkat.

Baca Juga: 4 Pantangan Makanan Bagi Pengidap Kolesistitis

Ingin mengetahui lebih banyak mengenai kolesistitis akibat batu empedu serta penanganan dan pencegahannya? Kamu bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Talk to a Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan