Penyebab Epilepsi Dapat Menyebabkan Psikosis

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   07 September 2020
Penyebab Epilepsi Dapat Menyebabkan PsikosisPenyebab Epilepsi Dapat Menyebabkan Psikosis

Halodoc, Jakarta – Epilepsi dikenal banyak orang sebagai penyakit yang bisa menyebabkan kejang-kejang. Hal itu terjadi karena sistem saraf pusat (neurologis) terganggu sehingga membuat aktivitas otak menjadi tidak normal. Namun, tidak hanya kejang, epilepsi juga dapat menyebabkan pengidapnya mengalami psikosis.


Psikosis adalah kondisi yang memengaruhi cara otak seseorang memproses informasi, sehingga menyebabkannya kehilangan kontak dengan kenyataan. Psikosis adalah gejala dari gangguan mental yang serius yang ditandai dengan halusinasi dan delusi. Saat mengalami psikosis, orang tersebut mungkin akan melihat, mendengar atau mempercayai hal-hal yang tidak nyata. Orang yang mengidap epilepsi lebih rentan mengalami gangguan ini.


Baca juga: Waspada Jika Sering Berhalusinasi, Bisa Jadi Tanda Idap Psikosis


Epilepsi dan Psikosis


Hubungan antara epilepsi dan psikosis sudah lama membingungkan dan membuat penasaran psikiater dan ahli saraf. Namun, dilansir dari Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, beberapa bentuk psikosis berkaitan erat dengan aktivitas kejang. Jenis psikosis ini disebut psikosis epilepsi, meskipun beberapa bentuk episode lebih akurat bila digambarkan sebagai keadaan bingung akut.

Psikosis pada pengidap epilepsi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis menurut waktu terjadinya episode dan dalam kaitannya dengan kejang:


  • Psikosis Postictal


Jenis psikosis ini dialami oleh antara 6-10 persen pengidap epilepsi. Psikosis postictal adalah gejala kejiwaan yang terjadi dalam 7 hari setelah kejang atau episode kejang pada orang yang tidak mengalami gejala ini di waktu lain. Gejala psikosis ini meliputi delusi, psikosis depresi atau manik, atau memiliki pikiran dan perilaku aneh.

Kondisi ini dapat segera menghilang setelah diberi obat dosis rendah. Insomnia merupakan gejala awal dari psikosis postictal, sehingga gejala psikosis sering kali dapat dicegah bila obat seperti risperidone diberikan segera ketika insomnia terjadi dalam situasi postictal.

Beberapa pengidap epilepsi dapat mengalami psikosis postictal setelah mengalami sebagian besar episode kejang, sehingga pemberian obat sering diberikan pada orang-orang ini tanpa menunggu insomnia terjadi.


  • Psikosis Ektal


Psikosis ini biasanya melibatkan jenis status epileptikus nonkonvulsif. Pemeriksaan EEG penting dalam menegakkan diagnosis, karena psikosis iktal sering melibatkan ketidakresponsifan dan gerakan otomatis yang dapat terjadi pada gangguan psikotik yang tidak terkait dengan kejang.


Baca juga: Perlukah Pengidap Epilepsi Melakukan EEG dan Brain Mapping?


  • Psikosis Interiktal


Jenis psikosis ini dapat terjadi kapan saja tanpa ada hubungan dengan waktu kejang. Psikosis interiktal terjadi pada sekitar 7 persen dari semua pengidap epilepsi, termasuk pengidap dengan sindrom epilepsi parsial dan umum. Kadang-kadang, psikosis interiktal juga menjadi pertanda adanya tumor kecil di otak. 


  • Psikosis Lainnya


Jenis psikosis yang agak tidak biasa dapat terjadi pada pengidap epilepsi ketika kejang dikendalikan dengan baik oleh obat kejang. Jenis psikosis ini umumnya dialami oleh orang yang sudah lama mengidap epilepsi. Penyebab fenomena ini yang disebut juga psikosis alternatif belum diketahui secara pasti. Namun, bila obat kejang dikurangi hingga kejang kambuh, gejala psikosis akan berhenti.

Kadang-kadang, sulit untuk membedakan antara psikosis alternatif dan psikosis yang kadang-kadang terjadi sebagai efek samping dari kebanyakan obat kejang. Namun, obat mungkin menjadi penyebab psikosis bila orang tersebut masih mengalami kejang atau menunjukkan gejala seperti tremor atau gangguan gerakan lainnya.


Baca juga: Sering Tertukar, Inilah Bedanya Psikosis dan Skizofrenia


Secara umum, episode psikotik pada orang dengan epilepsi cenderung tidak terlalu parah dan dapat diatasi dengan terapi. Bila kamu mengalami gejala-gejala psikosis, seperti tidak bisa berkonsentrasi, dan mendengar atau melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat, jangan malu untuk mencari bantuan dari profesional.

Kamu juga bisa curhat pada psikolog mengenai kondisimu melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!



Referensi:
Epilepsy Foundation. Diakses pada 2020. Psychosis.
Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry. Diakses pada 2020. The psychoses of epilepsy
WebMD. Diakses pada 2020. Psychosis and Psychotic Episodes.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan