Sisi Positif dan Negatif Makanan Kaleng

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   19 Juni 2018
Sisi Positif dan Negatif Makanan KalengSisi Positif dan Negatif Makanan Kaleng

Halodoc, Jakarta – Rasanya hampir semua orang menyukai hal-hal yang praktis dan memudahkan. Termasuk dalam memilih makanan. Hal itulah yang kemudian membuat makanan instan, seperti makanan kaleng jadi semakin diminati.

Selain tidak memakan banyak waktu, makanan kaleng nyatanya juga menjanjikan rasa yang tidak kalah. Hal ini tentu menjadi sisi positif dan nilai tambah bagi jenis makanan ini. Selain itu, makanan kaleng ternyata juga masih menyimpan sisi positif lainnya. Yaitu kandungan gizi yang dimiliki.

Nyatanya tidak selamanya makanan dalam kaleng kurang zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Sebab ada beberapa pilihan makanan yang sebenarnya hampir sama dengan makanan segar. Faktanya makanan kaleng juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serta mineral.

Nutrisi yang terkandung dalam makanan pun disebut masih utuh meski dikemas dalam kaleng. Bahkan beberapa jenis makanan kaleng malah memiliki kandungan zat gizi yang lebih tinggi dibanding makanan biasa. Untuk mendapatkan hal ini, tentu diperlukan ketelitian dalam memilih makanan kaleng yang akan dikonsumsi.

Pastikan zat gizi yang ada di dalam makanan kaleng dapat membantu memenuhi jumlah yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, ada baiknya untuk tidak terlalu sering mengonsumsi makanan ini apalagi dalam jumlah yang berlebihan. Sebab tak dapat dimungkiri, selain sisi positif, makanan kaleng juga memiliki sisi negatif.

(Baca juga: Kenapa Makanan Sehat Kadang Enggak Enak?)

Sisi Negatif Makanan Kaleng

Atas nama kemudahan, makanan kaleng adalah pilihan yang terbaik. Namun tetap perlu diwaspadai. Pasalnya makanan kaleng ternyata juga memiliki sisi negatif yang bisa memberi dampak buruk pada tubuh. Apa saja sisi negatif dari makanan kaleng?

 

  • Garam, Gula, dan Pengawet

 

Untuk dapat bertahan lama, pengawet biasanya akan ditambahkan dalam makanan kaleng. Selain itu, biasanya jenis makanan ini juga mengandung gula dan garam tambahan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini mungkin bisa berbahaya jika dikonsumsi orang yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes dan gangguan jantung.

 

  • Kontaminasi Bakteri

 

Meskipun sudah melewati berbagai proses dan dijamin keamanannya, risiko kontaminasi bakteri dan zat asing lain masih bisa terjadi pada makanan kaleng. Hal ini bisa saja terjadi karena pengemasan yang kurang baik, kaleng yang rusak, retak, atau pecah. Kondisi tersebut tentu akan memudahkan sejumlah kontaminan masuk.

(Baca juga: Orthorexia, Obsesi Makanan Sehat yang Tak Menyehatkan)

 

  • Mengandung BPA

 

BPA atau Bisphenol-A adalah bahan kimia yang sering ditemui dalam makanan kemasan, seperti makanan kaleng. Berita buruknya, BPA yang ada pada kaleng dapat berpindah ke makanan. Dan saat zat tersebut masuk ke dalam tubuh, bisa memicu terjadinya berbagai masalah penyakit. Mulai dari gangguan kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, dan lainnya.

Karena dampak yang bisa ditimbulkan tersebut, Food and Drug Administration Amerika Serikat telah melarang penggunaan BPA pada kemasan makanan. Jadi, kamu juga harus cermat dalam memilih sebelum memutuskan untuk membeli makanan kaleng, ya!

(Baca juga: Tips Pilih Makanan Sehat saat Liburan)

Jika butuh saran gizi atau hal lainnya sebelum membeli makanan kaleng, bicarakan dengan dokter di aplikasi Halodoc saja. Lebih mudah untuk menghubungi dokter lewat fitur Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan rekomendasi terbaik dari dokter terpercaya dan tips menjaga hidup sehat. Ayo, segera download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play!

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan