Sudah Tahu Sakit, Kok Tetap Kerja?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   17 Maret 2020
Sudah Tahu Sakit, Kok Tetap Kerja?Sudah Tahu Sakit, Kok Tetap Kerja?

Halodoc, Jakarta – Sudah merasakan gejala tidak enak badan, batuk, pilek, demam, tetapi kenapa tetap memaksakan diri untuk beraktivitas? Profesor David Chan, Director of Behavioural Sciences Institute dari Singapore Management University menjelaskan kalau secara psikologi, ketika seseorang punya kewajiban ataupun keinginan untuk melakukan sesuatu, dia punya kecenderungan untuk mengabaikan kondisi yang menghalangi, termasuk sakit.

Dengan pertimbangan, siapa yang akan melakukan pekerjaannya, deadline, kemudian faktor eksternal bagaimana komentar atasan, rekan kerja, ataupun orang ketika dia tidak masuk atau tidak datang ke kegiatan tersebut. Padahal, orang yang sakit tersebut tidak hanya punya tanggung jawab terhadap kesehatannya, tetapi juga penularan ke orang lain.

Pandemi Corona dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam esainya yang berjudul Drill Into What Makes People Socially Responsible yang dipublikasikan 14 Maret 2020 di The Straits Times, kepedulian terhadap diri sendiri sebenarnya adalah bentuk tanggung jawab atau social responsible kepada orang-orang terdekat dan masyarakat secara keseluruhan. 

Ketika tahu kamu sakit, mengalami gejala—dalam hal ini corona, kemudian memutuskan untuk mengistirahatkan diri, tidak bekerja, mengisolasi diri, ini tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga orang-orang sekitar. 

Baca juga: Pemulihan dari Corona, Tom Hanks Jalani Isolasi Diri di Rumah

Mengapa demikian? Ketika kamu tidak melakukan kontak dengan orang lain pada saat kondisi tubuh tidak sehat, maka dapat menghentikan penyebaran virus tersebut. Inilah yang disebut dengan menyetop efek domino itu terjadi. 

Dengan memilih beristirahat di rumah ketimbang memaksakan diri turut dalam aktivitas, kamu sudah memutuskan rantai transmisi yang bisa jadi memicu penyebaran virus yang lepas kendali. Membiarkan diri tetap aktif secara sosial padahal kondisi tidak memungkinkan merupakan perilaku yang tidak mencerminkan social responsible

Percaya Diri dan Meremehkan?

Dalam tulisannya, Profesor David Chan menekannya terlalu percaya diri, meremehkan gejala adalah alasan kenapa orang-orang yang (sedang) sakit tetap beraktivitas. Selain itu, ketakutan mendapatkan stigma kalau dirinya sedang sakit juga menjadi penjelasan lain. 

Sebenarnya pandangan dan ketakutan semacam ini harus dihentikan dan sebagai masyarakat kita juga memiliki tanggung jawab sosial melepaskan diri dari stigma-stigma yang tidak positif seperti ini. 

Lantas, apa yang bisa kita lakukan sebagai bentuk tanggung jawab sosial? Tentunya, selain mengisolasi diri dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan publik, kita dapat mempromosikan kepada orang-orang sekitar pentingnya untuk menjaga kebersihan dan tidak menyebarkan ketakutan dan kepanikan di media sosial.

Baca juga: WHO: Gejala Ringan, Corona Bisa Dirawat di Rumah

Dalam perihal lingkungan kerja, sangat penting untuk saling mendukung dan memberikan kesempatan kepada rekan-rekan kerja yang sedang sakit, supaya beristirahat memulihkan imunitasnya sebelum benar-benar kembali bekerja.

Seperti yang disampaikan Profesor David Chan, seseorang memaksakan diri untuk bekerja terkadang karena tekanan dari luar. Ketakutan tidak bisa menyelesaikan deadline, mengkhawatirkan tanggapan atasan ataupun rekan kerja, takut dianggap tidak mampu, dan lain-lain.

Di situasi pandemi corona seperti saat ini, sangat penting untuk memberikan empati, saling bekerja sama, dan meng-cover satu sama lain. Situasi saat ini memang tidak mudah, bisa jadi ini merupakan ujian untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi lagi. 

Kalau kamu punya pertanyaan seputar corona dan penanganannya, bisa ditanyakan langsung di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja.

Referensi:

The Times of Israel. Diakses pada 2020. What Corona teaches us about social responsibility.
The Straits Times. Diakses pada 2020. Drill Into What Makes People Socially Responsible.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan