Vaksin untuk Cegah HIV Kini Mulai Masuk Tahap Uji Coba

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   20 April 2021
Vaksin untuk Cegah HIV Kini Mulai Masuk Tahap Uji CobaVaksin untuk Cegah HIV Kini Mulai Masuk Tahap Uji Coba

Halodoc, Jakarta - Para peneliti akhirnya telah mengambil langkah pertama untuk mengembangkan jenis perawatan vaksin baru yang dapat melindungi orang dari HIV. Virus HIV masih tercatat sebagai salah satu virus yang sangat menakutkan karena ia menyerang manusia dengan melemahkan sistem kekebalan. Kondisi ini pun telah memengaruhi sekitar 38 juta orang di seluruh dunia.

Perawatan antivirus yang sangat efektif untuk HIV memang sudah tersedia, tetapi mereka yang hidup dengan virus harus meminumnya selama sisa hidup mereka, dan efek infeksi jangka panjang terhadap kesehatan tetap saja ada. Selain itu, akses ke pelayanan pencegahan dan pengobatan sangat terbatas di beberapa bagian dunia, sehingga vaksin dirasa menjadi salah satu jawaban untuk menghentikan penyebaran HIV.

Baca juga: Lebih Waspada, Ketahui Gejala hingga Fase Virus HIV/AIDS

Pengembangan Vaksin HIV dengan Dua Metode

Dua tim ilmuwan dilaporkan akan memulai uji coba vaksin HIV berdasarkan teknologi yang digunakan untuk mengembangkan vaksin COVID-19. Dua tim tersebut adalah Jenner Institute Oxford University, yang berada di balik vaksin Oxford-AstraZeneca COVID-19, dan raksasa farmasi asal Amerika Serikat, Moderna dalam kemitraan dengan Scripps Research. Dua tim ini dilaporkan akan menggunakan teknik yang berbeda.

Vaksin HIV tim Oxford menggunakan adenovirus yang dimodifikasi dan diambil dari simpanse, sedangkan Moderna didasarkan pada asam ribonukleat kurir (mRNA). Kedua metode ini digunakan karena mereka telah berhasil merangsang sistem kekebalan manusia terhadap COVID-19 dalam satu tahun terakhir.

Meskipun telah bekerja selama beberapa dekade, para ilmuwan sebelumnya terus gagal mengembangkan vaksin yang efektif untuk melawan virus HIV. Alasannya adalah sebagian besar permukaan virus dilapisi dengan molekul gula yang tidak memicu respons imun, dan bagian yang terpapar sangat bervariasi. 

Seperti SARS-CoV-2, yang merupakan virus penyebab COVID-19, HIV menggunakan protein lonjakan di permukaan luarnya untuk masuk ke sel inangnya. Namun, William Schief, Ph.D., seorang profesor dan ahli imunologi di Scripps Research Institute di La Jolla, CA, dan direktur eksekutif dari International AIDS Vaccine Initiative (IAVI) menyebutkan bahwa lonjakan protein pada virus HIV jauh lebih membahayakan. Akibat mutasi cepat gen yang membuat lonjakan, HIV memiliki jutaan galur berbeda. Karena itu, antibodi terhadap satu strain tidak mungkin menetralkan yang lain.

Baca juga: Waspada, Inilah 5 Komplikasi yang Disebabkan HIV dan AIDS

Cara Kerja Vaksin Mencegah HIV

Terlepas dari keberhasilan dalam mengembangkan berbagai vaksin COVID-19, HIV tetap jauh lebih sulit untuk diobati daripada virus corona, mengingat kecenderungannya untuk tidak aktif untuk waktu yang lama, bermutasi lebih cepat daripada penyakit lain yang diketahui, dan tertanam dalam DNA pasien. Oleh karena itu, tampaknya tidak mungkin untuk menyembuhkan seseorang dari HIV secara permanen. 

Prof. Tomas Hanke dari Universitas Oxford mengatakan bahwa, “Saat seseorang terinfeksi dengan satu virus, virus itu beragam dalam tubuh. Untuk virus corona, ada empat varian utama yang dikhawatirkan di seluruh dunia. Namun untuk HIV, ilmuwan harus menangani 80.000 varian. "

Tim di Institut Jenner bertujuan untuk merangsang produksi sel-T (yang menghancurkan sel manusia lain yang sudah terinfeksi virus) melalui adenovirus yang dimodifikasi, ChAdOx-1, yang dirancang untuk melatih sel agar secara khusus mengenali HIV. Sel-T dapat membuktikan "kelemahan" HIV, yang menargetkan area "penting bagi virus untuk bertahan hidup dan, yang terpenting, umum bagi sebagian besar varian virus di seluruh dunia." Tim berharap jika berhasil, vaksin tersebut dapat digunakan untuk mengobati pasien HIV-positif pada awal Agustus tahun ini.

Sementara itu, tim Moderna percaya bahwa teknologi mRNA mungkin dapat memicu cukup sel B (bagian dari sistem kekebalan yang membuat antibodi untuk mencegah HIV beradaptasi dengan inangnya). Keyakinan ini didasarkan pada uji coba oleh Scripps Research, yang menemukan bahwa dalam sampel kecil dari 48 orang yang diberi vaksin serupa, 97 persen menunjukkan reaksi kekebalan yang kuat terhadap HIV.

Kepala Moderna Eropa, Dan Staner, mengatakan bahwa mereka percaya bahwa teknologi mRNA akan menjadi revolusioner. Ini bisa menjadi sesuatu yang spektakuler untuk tahun-tahun mendatang. 

Baca juga: Berapa Lama HIV Bisa Berkembang Menjadi AIDS?

Namun, selagi vaksin HIV masih dikembangkan, kamu tetap harus menjaga diri agar tidak terpapar virus HIV melalui pola hidup sehat. Kamu juga bisa bertanya pada dokter di Halodoc mengenai hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah HIV. Dokter akan selalu siaga memberikan saran yang kamu butuhkan, kapan dan di mana saja melalui smartphone-mu. Praktis bukan? Yuk, gunakan aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Arab News. Diakses pada 2021. Trials of HIV Vaccines Set to Begin.
Medical News Today. Diakses pada 2021. Clinical Trial Brings An Effective HIV Vaccine A step Closer.
Scripps Research. Diakses pada 2021. First-in-human Clinical Trial Confirms Novel HIV Vaccine Approach Developed by IAVI and Scripps Research.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan