2 Cara Diagnosis Gigantisme pada Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   02 Maret 2019
2 Cara Diagnosis Gigantisme pada Anak2 Cara Diagnosis Gigantisme pada Anak

Halodoc, Jakarta – Hampir sebagian besar orangtua berharap anaknya dapat tumbuh tinggi. Tapi, bagaimana bila Si Kecil tumbuh terlalu tinggi dan besar melebihi anak-anak pada umumnya? Kondisi ini dinamakan gigantisme.

Selama masa pertumbuhan, anak-anak yang terkena gigantisme bisa memiliki ukuran tinggi dan berat jauh di atas rata-rata. Meski demikian, gigantisme seringkali terlambat disadari karena awalnya hanya dianggap sebagai fase pertumbuhan anak yang pesat. Karena itu, ketahui cara mendiagnosis gigantisme pada anak di sini agar pertumbuhan anak bisa segera dikontrol.

Apa Itu Gigantisme?

Gigantisme adalah kondisi di mana anak-anak bertumbuh terlalu besar akibat produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan. Kondisi ini memengaruhi anak-anak dalam hal tinggi dan berat badan. Gigantisme merupakan kelainan yang masih termasuk langka dan terjadi sebelum lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan di dalam tulang menutup.

Penyebab Gigantisme

Kebanyakan gigantisme disebabkan oleh tumor pada kelenjar hipofisis atau pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Kelenjar ini memiliki peran dalam perkembangan seksual, pengendalian suhu tubuh, produksi urine, serta metabolisme dan pertumbuhan. Tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis memacu kelenjar ini untuk memproduksi hormon pertumbuhan secara berlebihan.

Baca juga: 3 Faktor Risiko Gigantisme

Gejala Gigantisme

Para orangtua bisa mengenali gigantisme pada anak dengan mengamati gejala-gejala fisik yang bisa dilihat secara langsung, yaitu:

  • Anak memiliki tangan dan kaki yang sangat besar.

  • Wajahnya terasa kasar.

  • Jari kaki dan tangannya tebal.

  • Dahi dan dagu berukuran lebar.

  • Terlambat mengalami masa puber.

  • Terdapat celah di antara gigi.

  • Pola tidurnya terganggu.

  • Sering berkeringat.

  • Mengeluarkan air susu ibu (ASI).

Ukuran tumor juga dapat memengaruhi gejala gigantisme yang dialami anak. Ini karena tumor yang berukuran besar bisa menekan saraf otak dan menyebabkan gejala tambahan. Anak dengan gigantisme bisa mengalami sakit kepala, kelelahan, mual, gangguan penglihatan, kehilangan pendengaran, serta siklus menstruasi yang tidak normal.

Baca juga: Perbedaan Antara Gigantisme dan Akromegali

Cara Mendiagnosis Gigantisme

Selain dengan mengamati gejalanya, dokter biasanya juga akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis gigantisme pada anak secara akurat.

1. Tes Darah

Tujuan tes darah dilakukan adalah untuk mengukur kadar hormon tertentu untuk memastikan anak mengalami gigantisme. Berikut beberapa macam tes hormon yang bisa dilakukan:

  • Tes hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH). Anak yang mengidap gigantisme biasanya akan mengalami sekresi GH berlebih dari sekresi GH yang dialami orang normal. Tes ini dilakukan dengan mengukur kadar GH dalam darah.

  • Tes hormon insulin-like growth factor-1 (IGF-1). Bila hormone GH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis, hormon IGF-1 diproduksi oleh hati. Tes IGF-1 ini diperlukan karena nilai GH dalam darah bisa berubah-ubah. Tapi, pada pengidap gigantisme, kenaikan IGF-1 menunjukkan adanya kelebihan GH kumulatif dalam 24 jam, bukan hanya sesaat. Tes IGF-1 juga berguna untuk memantau pengobatan pengidap.

  • Tes hormon prolaktin (PRL). Pada beberapa kasus, tumbuhnya hormon pada kelenjar hipofisis tidak hanya menyebabkan produksi GH berlebih, namun juga naiknya hormon prolaktin. Karena itu, tes hormon prolaktin bisa menjadi bukti penguat adanya kelebihan GH atau tumor hipofisis pada anak gigantisme.

  • Tes toleransi glukosa. Tes yang satu ini berguna untuk mengukur kadar GH sebelum dan setelah mengonsumsi glukosa, yaitu salah satu jenis gula. Normalnya, kadar GH akan berkurang setelah mengonsumsi glukosa. Tapi, pada pengidap gigantisme, GH tidak akan berkurang atau tetap setelah mengonsumsi glukosa.

2. Pemindaian

Gigantisme juga bisa dideteksi melalui beberapa metode pemindaian berikut:

  • MRI. MRI dapat digunakan untuk mendeteksi adanya tumor hipofisis pada pengidap gigantisme. Metode ini dapat memberikan hasil diagnosis yang lebih akurat dibanding CT scan.

  • CT scan. Sedangkan CT scan, dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab kelebihan GH bila tidak ditemukan oleh MRI. CT scan bisa mendeteksi tumor pankreas, adrenal, ataupun ovarium yang dapat menjadi penyebab kelainan sekresi GH.

Baca juga: Ketahui Komplikasi yang Bisa Disebabkan oleh Gigantisme

Nah, itulah cara mendiagnosis gigantisme pada anak. Bila ibu melihat adanya gejala-gejala gigantisme pada anak, coba bicarakan saja ke dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Ibu bisa menghubungi dokter untuk membicarakan kesehatan Si Kecil melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan