6 Cara untuk Mencegah Schistosomiasis

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   31 Juli 2019
6 Cara untuk Mencegah Schistosomiasis6 Cara untuk Mencegah Schistosomiasis

Halodoc, Jakarta - Kamu yang punya hobi berenang sebaiknya hati-hati, ya! Perhatikan kebersihan kolam, dan jangan asal menceburkan diri di sungai atau danau yang kamu temui. Sebab, schistosomiasis bisa saja mengintai. Penyakit ini merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit skistosoma, yang banyak ditemukan di air tawar, seperti kolam, danau, sungai, waduk, dan kanal di negara bercuaca tropis dan subtropis. 

Belum ada vaksin atau metode medis tertentu yang dapat mencegah terjadinya infeksi schistosomiasis. Hal terpenting yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan adalah dengan menghindari kontak dengan air tawar di area yang berpotensi terkontaminasi.

Cara Mencegah Schistosomiasis 

Memang sulit untuk menebak atau mengetahui apakah air tersebut terkontaminasi atau tidak. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko terinfeksi schistosomiasis, yaitu:

  1. Hindari berenang atau bermain di air tawar.

  2. Menggunakan celana dan sepatu boot antiair saat berjalan di sekitar area yang diduga terkontaminasi.

  3. Hindari kontak dengan siput yang berkeliaran di sekitar air tawar atau lumpur.

  4. Segera bersihkan bagian kulit yang terkena air kotor untuk menurunkan potensi terkena infeksi.

  5. Merebus air hingga mendidih sebelum diminum atau konsumsilah air mineral kemasan yang sudah dijamin kebersihannya.

  6. Gunakan air bersih untuk keperluan mandi dan mencuci. Jika tidak yakin dengan kebersihan air, disarankan untuk merebusnya selama 5 menit sebelum digunakan.

Baca juga: Masih Perlukah Orang Dewasa Minum Obat Cacing?

Kamu juga bisa menanyakan langsung tentang langkah pencegahan dari schistosomiasis pada dokter di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call. Jika sudah mendapat rekomendasi obat, kamu bisa memesannya  melalui aplikasi Halodoc. Kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam.

Dikenal Juga dengan Sebutan Demam Siput

Di awal telah disebutkan bahwa schistosomiasis terjadi karena infeksi cacing parasit. Namun, penyakit ini juga ternyata dikenal dengan sebutan ‘demam siput’, mengapa? Karena cacing parasit skistosoma (yang menjadi penyebab infeksi) merupakan jenis parasit yang biasanya menempel pada tubuh siput. 

Terdapat beberapa jenis parasit skistosoma yang dapat mengakibatkan schistosomiasis terjadi, yaitu S. mansoni, S. mekongi, S. intercalatum, S. Haematobium, dan S. japonicum. Jenis-jenis parasit tersebut dapat menyerang organ tubuh manusia, seperti usus, ginjal, hati, kandung kemih, jantung, paru-paru, hingga saraf otak.     

Schistosomiasis dapat terjadi saat seseorang terpapar air yang sudah terkontaminasi cacing parasit atau terdapat siput yang sudah terkontaminasi. Hal ini bisa terjadi ketika seseorang berenang, mencuci, atau mengonsumsi air yang belum disterilkan. Namun, cacing ini tidak akan ditemukan pada kolam renang yang sudah diberi klorin, air laut, dan air yang steril.

Cacing parasit schistosoma masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit dan menyebar ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah. Setelah beberapa minggu, cacing tersebut akan mulai menetaskan telurnya. Pada beberapa kasus, telur akan dibunuh oleh sistem imun atau keluar melalui urine dan tinja. 

Baca juga: Ibu Harus Tahu, Ini Gejala Infeksi Cacing Gelang pada Anak

Sebaliknya, ada juga yang justru menyebar dan menginfeksi organ tertentu. Kondisi ini disebut dengan schistosomiasis akut. Jika tidak diobati, cacing akan terus menetaskan telurnya, menyebarkan infeksi selama bertahun-tahun dan mengakibatkan skistosomiasis kronis terjadi serta berpotensi menyebabkan komplikasi yang membahayakan.

Waspadai Gejala Schistosomiasis Ini

Setelah terinfeksi, beberapa pengidap mungkin saja tidak mengalami gejala hingga beberapa bulan atau tahun. Namun, ada juga yang dapat mengalami gejala seperti gatal, iritasi kulit, muncul ruam berwarna merah dan benjolan pada kulit yang terinfeksi, sesaat setelah terpapar.

Berikut adalah gejala yang biasa dialami setelah satu hingga dua bulan terpapar parasit:

  • Pusing;

  • Demam tinggi;

  • Menggigil;

  • Merasa tidak enak badan;

  • Gatal dan muncul ruam merah atau bernoda pada kulit;

  • Batuk;

  • Diare;

  • Nyeri perut;

  • Nyeri otot dan sendi;

  • Merasa nyeri saat membuang urine.

Baca juga: Terkena Cacing Kremi, Inilah Pengobatan yang Bisa dilakukan

Jika infeksi yang dialami sudah memasuki tahap kronis, berikut adalah gejala yang dapat dialami:

  • Pembengkakan pada perut, ginjal, atau limpa;

  • Urine dan tinja disertai darah;

  • Mudah merasa lelah;

  • Napas pendek disertai batuk;

  • Nyeri dada;

  • Jantung berdebar (palpitasi);

  • Perubahan kondisi mental;

  • Kejang;

  • Lumpuh;

  • Muncul lesi pada vulva atau area perianal;

  • Peradangan pada saraf tulang belakang;

  • Kerusakan organ seperti hati, kandung kemih, usus, atau paru-paru.

Jika kamu mengalami berbagai gejala tersebut, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan