Alasan Atlet Lari Berisiko Kena Sindrom Kompartemen Kronis

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 November 2020
Alasan Atlet Lari Berisiko Kena Sindrom Kompartemen KronisAlasan Atlet Lari Berisiko Kena Sindrom Kompartemen Kronis

Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar masalah pada otot dan saraf bernama sindrom kompartemen? Sindrom ini terjadi ketika adanya sejumlah tekanan besar di dalam kompartemen otot.

Kompartemen otot ini adalah kelompok jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf di lengan dan kaki. Mereka dikelilingi oleh membran yang sangat kuat, sebutannya fascia. 

Nah, sindrom kompartemen otot ini terbagi menjadi dua jenis, akut dan kronis. Pertanyaannya, apa yang menjadi penyebab sindrom kompartemen kronis? Benarkah atlet rentan mengalami kondisi ini? 

Baca juga: Kram Otot saat Olahraga, Awas Gejala Sindrom Kompartemen

Gegara Latihan Intens dan Gerakan Repetitif

Sebenarnya ada beragam penyebab sindrom kompartemen. Contohnya seperti luka tembak, luka tusuk, perdarahan, patah tulang, komplikasi operasi pembuluh darah, hingga perban yang dibebat terlampau ketat. 

Bila ada terlalu banyak tekanan dari darah yang mengalir di kompartemen itu, bisa membuat vena yang tugasnya mengembalikan darah ke jantung jadi terblokir. Umumnya, sindrom kompartemen ini menyerang bagian tangan, lengan, bokong, dan kaki

Lalu, bagaimana dengan sindrom kompartemen kronis? Sindrom kompartemen kronis adalah masalah pada otot dan saraf yang umumnya dipicu oleh aktivitas tertentu. Kondisi ini bisa menyebabkan nyeri, bengkak, dan terkadang cacat pada otot kaki atau lengan yang terdampak. 

Salah satu aktivitas yang dapat menyebabkan kondisi adalah olahraga. Pada kebanyakan kasus, sindrom ini dialami oleh pelari dewasa muda dan atlet yang terlibat dalam jenis olahraga yang melibatkan benturan berulang atau gerakan repetitif. Contohnya seperti berenang, bermain tenis, atau berlari. 

Beberapa faktor risiko yang memicu sindrom kompartemen kronis, yaitu:

  • Usia. Meskipun setiap orang bisa mengembangkan sindrom kompartemen kronis, tapi kondisi ini paling sering terjadi pada atlet pria dan wanita di bawah usia 30 tahun.
  • Jenis latihan. Aktivitas yang berulang atau repetitif seperti berlari , dapat meningkatkan risiko sindrom kompartemen kronis.
  • Olahraga berlebihan. Berolahraga terlalu intens atau terlalu sering juga meningkatkan risiko sindrom kompartemen kronis.

Baca juga: Mengidap Sindrom Kompartemen, Bolehkah Berolahraga?

Selanjutnya, bagaimana dengan gejalanya? 

Nyeri Hingga Pembengkakan

Seseorang yang mengidap kondisi ini bisa mengalami beragam gejala. Namun, gejala sindrom kompartemen kronis yang dirasakan tiap individu bisa berbeda-beda, bergantung dengan keparahan kondisi yang diidapnya.

Ada beberapa gejala sindrom kompartemen kronis yang umumnya dialami pengidapnya, yaitu:

  • Nyeri, sensasi terbakar, atau kram di area tertentu (kompartemen) anggota tubuh yang terdampak (biasanya tungkai bagian bawah).
  • Rasa sesak di bagian tungkai yang terdampak.
  • Mati rasa atau kesemutan pada tungkai yang dampak.
  • Anggota tubuh yang terdampak melemah.
  • Sering terjadi di kompartemen yang sama di kedua kaki.
  • Terkadang terjadi pembengkakan atau penonjolan akibat hernia otot.

Nyeri yang disebabkan oleh sindrom kompartemen kronis biasanya mengikuti pola di bawah ini:

  • Dimulai secara konsisten setelah waktu, jarak, atau intensitas tertentu setelah seseorang mulai melatih anggota tubuh yang terdampak.
  • Semakin memburuk saat berolahraga.
  • Nyerinya menjadi kurang intens atau berhenti total dalam waktu 15 menit setelah berhenti berolahraga.

Baca juga: Alami Sindrom Kompartemen, Coba Fisioterapi

Mau tahu lebih jauh mengenai sindrom kompartemen kronis? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 



Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Compartment syndrome
National Health Service - UK. Diakses pada 2020. Compartment syndrome
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Chronic exertional compartment syndrome

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan