Awas, 6 Hal ini Bisa Sebabkan Bell's palsy

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   25 Februari 2019
Awas, 6 Hal ini Bisa Sebabkan Bell's palsy Awas, 6 Hal ini Bisa Sebabkan Bell's palsy

Halodoc, Jakarta - Gejala Bell's palsy yang dialami setiap orang dapat berbeda-beda. Kelumpuhan yang terjadi pada salah satu sisi wajah dapat dijelaskan sebagai kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) atau sebagian kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali). Mulut dan kelopak mata juga akan terpengaruh dari munculnya Bell's palsy, kedua bagian ini akan kesulitan untuk dibuka dan ditutup. Gangguan Bell's palsy hanya terjadi pada otot dan saraf wajah. Untungnya, kondisi ini tidak berdampak pada kinerja otak atau bagian tubuh lainnya.

Mengenai penyebabnya, belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu, beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit ini biasanya berkaitan dengan paparan virus, seperti virus influenza, herpes simpleks, infeksi adenovirus pada saluran pernapasan, campak Jerman (rubella), hingga virus gondok.  

Baca juga: Ketahui Bell's Palsy Serangan Kelumpuhan Mendadak

Di samping itu, ada beberapa kondisi lain yang dapat memicu penyakit Bell's palsy seperti tekanan darah tinggi, kekebalan tubuh menurun, sarcoidosis, tumor, dan penyakit Lyme. Kondisi trauma seperti fraktur atau patah tengkorak dan cedera wajah juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf ini terjadi. Namun, hal yang paling diduga kuat menjadi penyebab utama masalah ini adalah virus herpes. Terdapat dua jenis virus herpes yang diduga dapat menyebabkan iritasi saraf pada wajah, yaitu:

  1. Virus Herpes Simpleks (HSV). Ada dua jenis virus herpes simpleks yang diduga mampu mengiritasi saraf wajah, yaitu HSV tipe 1 yang menyebabkan cold sore (lepuhan pada daerah bibir), dan HSV tipe 2 yang menjadi penyebab herpes genitalis.

  2. Virus Varisela Zoster. Jenis virus ini juga yang menyebabkan cacar air dan cacar api. Virus in lebih jarang menyebabkan Bell's palsy, tapi dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius, yaitu Ramsay-Hunt.

  3. Penyakit Lyme. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang disebarkan oleh kutu.

  4. Sifilis. Penyakit ini disebabkan oleh virus Treponema pallidum.

  5. Virus Epstein-Barr. Virus jenis ini menyebabkan demam kelenjar.

  6. Cytomegalovirus. Virus ini termasuk dalam kelompok virus herpes. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang mirip seperti flu, demam kelenjar, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar.

Baca juga: Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Bell's Palsy

Penyakit HIV dan diabetes juga berpeluang menyebabkan Bell's palsy, walaupun hingga kini alasannya belum diketahui dengan pasti. Infeksi saluran pernapasan atas juga dapat menjadi faktor yang meningkatkan risiko mengalami Bell's palsy.

Bagi wanita yang sedang menjalankan kehamilan dan memasuki semester ketiga juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami Bell's palsy. Gangguan ini dapat terjadi pada minggu pertama wanita yang baru saja melahirkan. Di samping itu, faktor keturunan juga berpengaruh dalam meningkatkan risiko mengalami Bell's palsy jika terdapat anggota keluarganya dengan kondisi tersebut.

Pengobatan yang dilakukan untuk gangguan ini umumnya tergantung berdasarkan tingkat keparahan risiko dan gejalanya. Terapi Bell's palsy biasanya memiliki rencana terapi, obat, dan pemulihan yang umum. Namun terkadang, obat dan pengobatan lain juga diperlukan dengan tujuan memperbaiki fungsi saraf wajah, mengurangi kerusakan saraf, dan melindungi bagian mata.

Baca juga: Wajah Sering Terpapar Pendingin Ruang Bisa Kena Bell's Palsy

Pengobatan yang paling umum termasuk prednison dilakukan untuk mengurangi peradangan pada saraf. Sedangkan agen antivirus seperti asiklovir biasanya digunakan untuk mengobati infeksi herpes, jika dokter mencurigai adanya peran infeksi virus pada penyakit Bell's palsy yang kamu alami. Perawatan mata akan dilakukan untuk mencegah mata kering dan abrasi pada kornea.

Jika kamu mempunyai pertanyaan lebih lanjut mengenai Bell’s palsy, dokter dari Halodoc siap membantu. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.