Benarkah Bayi Tabung Berisiko Alami Autisme?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   03 Juli 2020
Benarkah Bayi Tabung Berisiko Alami Autisme?Benarkah Bayi Tabung Berisiko Alami Autisme?

Halodoc, Jakarta – Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh ScienceDaily, disebutkan kalau ada risiko sebesar 10,5 persen bayi tabung didiagnosis mengalami autisme spektrum ringan sampai sedang. 

Walaupun begitu, risiko ini tidak lantas menjadikan hambatan untuk pasangan yang ingin menjalani bayi tabung. Persentase yang dijelaskan tadi tidak menggambarkan hasil bayi tabung secara pasti. Karena ada saja anak-anak yang lahir dari proses bayi tabung tidak memiliki autisme dan anak-anak dengan autisme tidak lahir melalui proses bayi tabung. 

Bayi Tabung dan Autisme

Gangguan spektrum autisme adalah sekelompok masalah perkembangan pada anak yang dapat menyebabkan tantangan sosial, komunikasi, dan perilaku yang signifikan. Meskipun penyebab autisme tidak diketahui, tetapi faktor lingkungan dan genetik kemungkinan memainkan peran.

Baca juga: Ini Serba-Serbi Bayi Tabung yang Perlu Diketahui

Terkait risiko autisme pada bayi tabung disinyalir karena kelahiran, usia ibu, komplikasi persalinan, dan kelahiran kembar sebagai beberapa faktor pemicunya. Membatasi prosedur transfer sel telur tunggal juga dianggap sebagai salah satu cara untuk menekan risiko autisme pada bayi tabung. 

Informasi lebih detail mengenai bayi tabung bisa ditanyakan lewat aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli dibidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.

Kalau menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Reproductive Science Center, risiko-risiko kelainan pada bayi tabung semestinya dapat diminimalisasi. Salah satunya adalah dengan menanamkan lebih sedikit embrio, biasanya hanya satu atau dua tergantung pada usia calon ibu.

Penting juga dipahami bahwa pasangan yang mengalami infertilitas memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan kelainan, bahkan jika hamil secara normal. Hal itu karena pasangan infertil seringkali tidak subur karena ada sesuatu yang tidak berfungsi dengan baik dengan telur atau spermanya. 

Inilah yang dapat menghasilkan peluang yang sedikit lebih tinggi untuk memiliki anak dengan kelainan. Pria yang memiliki jumlah sperma sangat rendah, bahkan berisiko lebih tinggi untuk memiliki kelainan kromosom yang dapat diturunkan ke keturunannya.

Antisipasi kelahiran Bayi Tabung

Nah, seiring dengan kemajuan teknologi masalah genetik dapat diminimalisasi dengan menggunakan penyaringan genetik praimplantasi. Ini dapat dilakukan dengan mendeteksi kelainan kromosom. Metode penyaringan genetik lainnya, diagnosis genetik preimplantasi  dapat mencari penyakit genetik tertentu, seperti distrofi otot, jika orangtua berisiko menurunkan penyakit tersebut

Baca juga: Anak yang Lahir dengan IVF Berisiko Hipertensi?

Melalui metode-metode ini, pihak medis dapat mengidentifikasi embrio bayi tabung yang secara genetis abnormal yang akan mengakibatkan cacat lahir atau kegagalan kehamilan, sehingga tidak menanamkannya pada ibu. Jenis penyaringan lainnya selama awal kehamilan, seperti amniosentesis juga dapat mendeteksi kelainan yang diduga terjadi pada bayi tabung.

Sama seperti kehamilan alami, tubuh perlu tetap sehat untuk mendukung kehamilan bayi tabung yang sehat. Berolahraga saat hamil memiliki banyak manfaat. Mulai dari manajemen berat badan, menghilangkan stres, meningkatkan keseimbangan hormon. Namun, adakah perbedaan antara kehamilan biasa dan bayi tabung?  

Terkhusus untuk ibu dengan kehamilan bayi tabung, American Heart Association merekomendasikan untuk melakukan latihan aerobik intensitas rendah hingga sedang sekitar 30 menit, hingga 5 kali seminggu dan aktivitas penguatan otot setidaknya 2 kali seminggu.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. IVF Children May Have Higher Odds of Autism: Study.
Science Daily. Diakses pada 2020.  IVF linked to autism, Israeli study suggests.
Reproductive Science Center. Diakses pada 2020. Are Birth Defects More Common with IVF?
The Stork. OTC. Diakses pada 2020. How to Stay Healthy During IVF.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan