Benarkah Pria Berisiko Alami Persistent Sexual Arousal Syndrome?
“Persistent sexual arousal syndrome atau PSAS merupakan rangsangan pada organ seksual tanpa adanya aktivitas atau rangsangan seksual. Kondisi ini memang lebih rentan terjadi pada wanita, tapi pria juga bisa mengalaminya akibat kondisi tertentu.”

Halodoc, Jakarta – Orgasme tak terkendali, terutama yang terjadi tanpa adanya rangsangan tentu dapat membuat siapa saja yang mengalaminya merasa sangat tidak nyaman. Kondisi ini dikenal dengan sebutan persistent sexual arousal syndrome atau PSAS. Tak hanya sesaat, beberapa kasus PSAS bisa bertahan sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Persistent Sexual Arousal Syndrome Lebih Rentan Terjadi pada Wanita
Persistent sexual arousal syndrome memang lebih rentan terjadi pada wanita. Kondisi ini muncul ketika seorang wanita mengalami rangsangan pada organ genital tanpa pernah mendapatkan rangsangan seksual sedikitpun. Tentunya, kondisi ini tidak sama dengan orgasme yang terjadi pada umumnya.
Sebab, PSAS tidak hanya membuat pengidapnya merasa menyakitkan, tetapi juga membuat wanita yang mengalaminya tidak pernah merasa lega meski telah mengalami orgasme berulang kali. Sebab, seperti telah dijelaskan sebelumnya, orgasme ini terjadi tanpa adanya rangsangan seksual apapun.
Bagaimana dengan Pria?
Meski lebih berisiko terjadi pada wanita, bukan tidak mungkin pria juga tidak bisa mengalami kondisi ini. Kemungkinannya memang kecil, tetapi pria yang pernah menjalani prosedur vasektomi atau mengidap infeksi saluran kemih bisa mengembangkan persistent sexual arousal syndrome. Sebab, PSAS menjadi salah satu komplikasi dari prosedur vasektomi pada pria.
Mengenali Penyebabnya
Jika komplikasi dari vasektomi dan infeksi saluran kemih menjadi penyebab persistent sexual arousal syndrome pada pria, maka penyebabnya pada wanita cenderung lebih beragam. Sayangnya, dokter kerap kali sulit mendiagnosis apa yang menjadi penyebabnya.
Meski demikian, terdapat beberapa dugaan terkait hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya, tekanan yang terjadi pada saraf pudendal yang membantu wanita merasakan sensasi pada sekitar area genital bisa berperan terhadap kelainan tersebut.
Selain itu, ada pula kasus yang jarang terjadi, ketika wanita mengalami priapisme pada klitoris yang berujung pada PSAS. Ini terjadi saat klitoris mengalami pembengkakan pada waktu yang lama. Lalu, kondisi kesehatan mental seperti gangguan bipolar I, depresi, kecemasan, obsessive compulsive disorder (OCD) juga telah teridentifikasi menjadi penyebab PSAS baik pada wanita maupun pria.
Beberapa wanita mengalami PSAS karena mengidap stroke setelah berhenti menjalani terapi estrogen atau kolesterol. Sementara itu, wanita lain tampaknya mengalami PSAS karena tidak lagi menggunakan SSRI untuk mengatasi depresi.
Bagaimana Cara Mengatasi Persistent Sexual Arousal Syndrome?
Sayangnya, belum ada cara tepat untuk menyembuhkan persistent sexual arousal syndrome. Dokter hanya memberikan penanganan guna membantu mengurangi gejala, sehingga pengidap dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Pilihan pengobatan yang menjadi rekomendasi termasuk:
- Meresepkan obat, termasuk antipsikotik, obat untuk mengurangi nyeri saraf, penstabil suasana hati, dan obat antidepresan.
- Terapi fisik, termasuk terapi pijat dan terapi fisik pada area dasar panggul.
- Terapi kesehatan, termasuk terapi kejang listrik, terapi perilaku kognitif, teknik validasi, psikoterapi, dan teknik distraksi.
Pengobatan untuk kondisi PSAS dapat memiliki variasi bergantung pada setiap keadaan. Jika kamu mengalami sensasi yang tidak biasa yang berkaitan dengan kondisi tersebut, segera tanyakan pada dokter di Halodoc. Kamu juga bisa pakai aplikasinya untuk memenuhi kebutuhan obat dan suplemen lebih praktis dan mudah. Cek dan download aplikasi Halodoc di ponselmu dari App Store maupun Play Store.
