Berdarah Saat Berhubungan?Jangan Panik, Cek Faktanya
Vagina berdarah saat berhubungan seks adalah hal yang umum terjadi dan ada banyak penyebabnya.

DAFTAR ISI
- Penyebab Vagina Berdarah Saat Berhubungan Seksual
- Gejala Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Seksual
- Kapan Harus ke Dokter?
- Diagnosis dan Pengobatan Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Seksual
- Pengobatan yang Mungkin Dilakukan
- Pencegahan Vagina Berdarah Saat Berhubungan Seksual
- FAQ
Kamu pernah tiba-tiba keluar darah saat berhubungan tapi tidak sakit, atau mengalami vagina berdarah saat berhubungan seksual di luar masa menstruasi? Jika iya, kamu tidak perlu panik atau takut.
Menurut dokter, vagina berdarah saat berhubungan seksual adalah hal yang umum dan wajar terjadi. Penyebabnya memang beragam tapi kebanyakan tidak berbahaya.
Yuk, cari tahu fakta selengkapnya berikut ini!
Penyebab Vagina Berdarah Saat Berhubungan Seksual
Ada beberapa alasan mengapa vagina bisa berdarah setelah berhubungan seksual. Berikut adalah beberapa penyebab umumnya:
1. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore dapat menyebabkan pendarahan saat berhubungan seks.
Selain pendarahan, gejala lain yang mengiringinya adalah nyeri panggul, gatal, sensasi terbakar, keputihan, dan frekuensi buang air kecil yang sering dan menyakitkan.
Nah, infeksi ini juga bisa terjadi akibat alat bantu sex, kamu bisa baca ulasannya di artikel berikut: 4 Efek Negatif Penggunaan Alat Bantu Sex Berlebihan.
Setiap jenis infeksi memiliki gejala khasnya sendiri, dan peradangan yang disebabkan oleh salah satu dari IMS ini dapat menyebabkan perdarahan.
Trikomoniasis adalah jenis IMS yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal. Cairan serviks dan perdarahan serviks adalah dua karakteristik paling umum dari penyakit ini.
Sifilis dan herpes genital juga dapat menyebabkan lesi terbuka dan ulseratif yang mudah berdarah jika teriritasi.
Luka sering muncul secara eksternal, kadang-kadang dapat berkembang di dalam vagina dan tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak diketahui sampai akhirnya menimbulkan pendarahan.
2. Gejala radang serviks
Hal lain yang mungkin menyebabkan vagina berdarah saat berhubungan seksual adalah radang serviks atau leher rahim.
Kondisi ini disebut juga sebagai erosi serviks dan umumnya terjadi pada wanita hamil, wanita muda dan mereka yang menggunakan alat kontrasepsi pil.
Pendarahan ini bisa juga diakibatkan oleh polip serviks jinak. Polip serviks yang jinak dapat dengan mudah diangkat oleh dokter tanpa perlu operasi khusus, kok!
3. Vaginitis atrofi
Wanita pascamenopause akan sering mengalami pendarahan selama atau setelah berhubungan seks.
Ini dikarenakan berkurangnya kadar estrogen menyebabkan dinding vagina menipis dan menghasilkan lebih sedikit lendir yang melumasi.
Kondisi ini disebut sebagai vaginitis atrofi, suatu kondisi yang juga dikaitkan dengan gatal dan rasa terbakar pada vagina.
Vaginitis atrofi jdapat diobati dengan terapi estrogen, baik diminum dalam bentuk pil, sebagai tambalan kulit atau krim, atau dimasukkan secara intra-vagina dengan supositoria.
Terapi penggantian estrogen oral membawa beberapa risiko.
Pil estrogen dapat meningkatkan risiko kanker endometrium bagi wanita yang masih memiliki rahim, oleh karena itu, harus digunakan untuk pengobatan jangka pendek atau dikombinasikan dengan progestin untuk melindungi lapisan rahim.
4. Gesekan atau Trauma
Kurangnya lubrikasi saat berhubungan seksual dapat menyebabkan gesekan berlebihan dan iritasi pada vagina, yang bisa memicu perdarahan.
Penggunaan pelumas dapat membantu mengurangi gesekan dan mencegah iritasi.
5. Polip Serviks atau Endometrium
Polip adalah pertumbuhan jaringan kecil yang umumnya jinak. Polip pada serviks atau endometrium (lapisan rahim) bisa rapuh dan mudah berdarah saat teriritasi.
6. Ektropion Serviks
Ektropion serviks adalah kondisi di mana sel-sel lembut di dalam kanal serviks tumbuh di luar permukaan serviks. Area ini lebih sensitif dan rentan terhadap perdarahan.
7. Kanker Serviks atau Vagina
Dalam kasus yang jarang terjadi, perdarahan setelah berhubungan seksual bisa menjadi tanda kanker serviks atau vagina. Penting untuk melakukan pemeriksaan rutin Pap smear untuk deteksi dini.
Gejala Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Seksual
Gejala utama adalah perdarahan dari vagina setelah berhubungan seksual. Jumlah darah bisa bervariasi, mulai dari bercak ringan hingga perdarahan yang lebih banyak. Gejala lain yang mungkin menyertai perdarahan meliputi:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual.
- Keputihan yang tidak normal.
- Gatal atau iritasi pada vagina.
Kamu alami keputihan yang mengganggu? Simak selengkapnya, 7 Obat Keputihan yang Bisa Dipilih Berdasarkan Penyebabnya.
Dapatkan obat atau produk kesehatan lainnya yang kamu butuhkan di Toko Kesehatan Halodoc.
Produknya 100% asli original dan tepercaya. Tak perlu keluar rumah, produk diantar dalam waktu 1 jam.
Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu perlu berkonsultasi dengan dokter jika mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual yang:
- Terjadi secara teratur.
- Disertai nyeri panggul.
- Disertai keputihan yang tidak normal.
- Terjadi setelah menopause.
Diagnosis dan Pengobatan Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Seksual
Diagnosis penyebab perdarahan setelah berhubungan seksual melibatkan beberapa langkah:
- Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk memeriksa vagina, serviks, dan organ reproduksi lainnya.
- Riwayat Kesehatan: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan seksual dan menstruasi kamu.
Beberapa pemeriksaan penunjang mungkin diperlukan untuk menentukan penyebab perdarahan, antara lain:
- Pap Smear: Untuk mendeteksi perubahan sel pada serviks yang bisa mengindikasikan infeksi atau kanker.
- Kolposkopi: Prosedur di mana dokter menggunakan alat khusus untuk melihat serviks lebih jelas.
- Biopsi: Pengambilan sampel jaringan dari serviks atau vagina untuk diperiksa di laboratorium.
- Tes IMS: Untuk mendeteksi infeksi menular seksual.
Pengobatan yang Mungkin Dilakukan
Pengobatan perdarahan saat berhubungan, terutama ketika tiba-tiba keluar darah saat berhubungan tapi tidak sakit akan sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Dokter biasanya melakukan pemeriksaan panggul, tes laboratorium, hingga USG untuk memastikan sumber perdarahan. Beberapa pilihan penanganan umum meliputi:
1. Antibiotik untuk infeksi menular seksual (IMS)
Jika perdarahan disebabkan oleh infeksi seperti klamidia atau gonore, dokter akan memberikan antibiotik sesuai jenis bakterinya.
Pengobatan dini sangat penting karena infeksi yang tidak ditangani dapat menyebabkan radang panggul hingga infertilitas.
Menurut WHO, terapi tepat waktu membantu mencegah komplikasi jangka panjang dan penularan ke pasangan.
2. Krim estrogen untuk kekeringan vagina
Kekeringan vagina, umumnya terjadi pada ibu menyusui, wanita menjelang menopause, atau pengguna kontrasepsi tertentu dapat membuat jaringan lebih rapuh.
Krim estrogen membantu melembapkan dan memperkuat dinding vagina sehingga mengurangi risiko perdarahan saat berhubungan.
3. Polipektomi untuk polip serviks atau endometrium
Jika perdarahan berasal dari polip, dokter dapat melakukan polipektomi, yaitu prosedur sederhana untuk mengangkat jaringan polip.
Proses ini biasanya cepat, minim nyeri, dan dapat mengurangi perdarahan berulang saat berhubungan.
4. Prosedur bedah untuk masalah struktural atau tumor
Dalam kasus yang jarang terjadi, perdarahan tanpa rasa sakit dapat disebabkan oleh kelainan struktural, lesi pra-kanker, atau kanker serviks/endometrium. Jika ini terjadi, dokter mungkin merekomendasikan tindakan bedah sesuai kondisi pasien.
Penanganan selalu disesuaikan kondisi masing-masing orang. Karena itu, jika kamu sering mengalami tiba-tiba keluar darah saat berhubungan tapi tidak sakit, pemeriksaan medis sebaiknya tidak ditunda.
Pencegahan Vagina Berdarah Saat Berhubungan Seksual
Walaupun tidak semua kasus perdarahan dapat dicegah, beberapa langkah sederhana bisa membantu menurunkan risiko perdarahan mendadak saat berhubungan seksual. Terlebih jika kamu pernah mengalaminya sebelumnya.
1. Gunakan pelumas saat berhubungan seksual
Pelumas membantu mengurangi gesekan pada dinding vagina. Gesekan yang terlalu kuat bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil, bahkan meski tidak menimbulkan rasa sakit.
2. Lakukan hubungan seksual dengan lembut
Gerakan yang terlalu cepat atau intens bisa menimbulkan mikro-luka. Komunikasikan dengan pasangan mengenai ritme yang nyaman agar tidak terjadi cedera jaringan.
3. Lakukan pemeriksaan pap smear secara teratur
Pap smear membantu mendeteksi perubahan sel-sel serviks lebih awal, termasuk infeksi HPV atau kelainan yang dapat memicu perdarahan. Pemeriksaan rutin sangat penting terutama bagi yang aktif secara seksual.
4. Gunakan kondom untuk mencegah IMS
Kondom melindungi dari bakteri dan virus penyebab infeksi menular seksual. Karena banyak IMS tidak menimbulkan rasa sakit tetapi dapat menyebabkan perdarahan saat berhubungan, kondom menjadi langkah pencegahan yang sangat efektif.
5. Perhatikan kebersihan dan kesehatan vagina
Hindari penggunaan sabun dengan pewangi kuat, douching, atau produk yang dapat menyebabkan iritasi. Jaga kelembapan alami vagina agar jaringan tetap kuat dan sehat.
Dengan langkah-langkah ini, kamu bisa mengurangi risiko mengalami tiba-tiba keluar darah saat berhubungan tapi tidak sakit, sekaligus menjaga kesehatan reproduksi secara keseluruhan.
Itulah penjelasan seputar vagina berdarah saat berhubungan seksual yang perlu kamu ketahui. Jika kamu punya pertanyaan lain terkait kondisi ini, hubungi dokter spesialis obgyn di Halodoc saja!
Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat sekaligus meresepkan obat.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Pakai Halodoc sekarang juga!
Referensi:
World Health Organization. Diakses pada 2025. Sexually transmitted infections (STIs).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2025. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran – Penyakit Menular Seksual.
Very Well Health. Diakses pada 2025. Vaginal Bleeding During or After Sex.
WebMD. Diakses pada 2025. Bleeding After Sex.
FAQ
1. Apakah tiba-tiba keluar darah saat berhubungan tapi tidak sakit bisa terjadi akibat gesekan ringan yang tidak terasa?
Bisa. Jaringan vagina sangat sensitif, dan mikro-luka akibat gesekan ringan sering tidak menimbulkan rasa sakit tetapi tetap menyebabkan perdarahan kecil.
2. Benarkah perubahan hormon dapat menyebabkan perdarahan saat berhubungan tanpa disertai nyeri?
Ya. Fluktuasi hormon—misalnya menjelang menstruasi atau saat stres berat—dapat membuat dinding vagina lebih rapuh sehingga mudah mengeluarkan darah meski tanpa rasa sakit.
3. Apakah faktor kekeringan vagina bisa menyebabkan darah keluar tanpa rasa nyeri?
Bisa. Kekeringan ringan tidak selalu terasa sakit, tetapi cukup untuk membuat jaringan mudah retak dan berdarah saat penetrasi.
4. Apakah kondisi ini dapat berkaitan dengan polip serviks meski tidak ada rasa sakit sama sekali?
Ya. Polip serviks sering tidak menimbulkan nyeri, namun dapat berdarah saat tersentuh saat berhubungan.
5. Benarkah penggunaan produk tertentu seperti pelumas atau kondom lateks bisa memicu perdarahan tanpa rasa sakit?
Benar. Reaksi sensitif atau iritasi ringan dari bahan pelumas atau lateks dapat menyebabkan pembuluh darah superfisial pecah, menghasilkan perdarahan tanpa nyeri.


