Bikin Badan Bergerak-gerak Sendiri, Ketahui Penyebab Sindrom Tourette
“Penyebab sindrom Tourette diduga adalah kombinasi dari faktor genetik dengan faktor lingkungan. Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya masalah sistem saraf tersebut, seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan kelainan metabolisme.”

Halodoc, Jakarta – Baru-baru ini, seorang gadis asal Palembang menjadi viral di Tiktok lantaran wajah dan kepalanya bergerak-gerak sendiri tanpa bisa dikendalikan. Ia diketahui mengidap sindrom Tourette.
Sindrom Tourette adalah gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan pengidapnya membuat gerakan atau suara tiba-tiba berulang kali yang disebut tics, yang tidak bisa mereka kendalikan.
Misalnya, berulang-ulang mengedipkan mata, mengangkat bahu, atau membuat suara aneh. Gadis asal Palembang tersebut mengaku bahwa ia merasakan gejala sindrom Tourette tersebut ketika kecemasan yang dimilikinya kambuh. Lantas, sebenarnya apa penyebab sindrom Tourette?
Penyebab Sindrom Tourette
Sindrom Tourette sudah dikaitkan dengan berbagai bagian otak, termasuk area yang disebut ganglia basal, yang membantu mengontrol gerakan tubuh. Adanya kelainan di sana bisa memengaruhi sel-sel saraf dan bahan kimia yang membawa pesan di antara mereka. Menurut para peneliti, masalah di jaringan otak tersebut mungkin berperan dalam terjadinya sindrom Tourette.
Para ahli belum mengetahui persis apa yang menyebabkan masalah pada otak tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap sindrom Tourette:
- Riwayat dalam keluarga
Orang yang memiliki orang tua atau anggota keluarga lain yang mengidap sindrom Tourette, akan lebih mungkin untuk mengalaminya juga. Beberapa studi genetik sudah menunjukkan bahwa masalah sistem saraf tersebut diwariskan sebagai gen dominan, dengan kemungkinan sekitar 50 persen orang tua mewariskan gen tersebut kepada anak-anak mereka. Namun, gejala yang dialami mungkin berbeda antara orang tersebut dengan keluarganya.
- Jenis kelamin
Sindrom Tourette juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang memiliki gen warisan ketimbang anak perempuan. Laki-laki berisiko tiga sampai empat kali lebih tinggi dibanding perempuan untuk mengalami gejala sindrom tersebut.
- Metabolisme yang tidak normal
Gejala sindrom Tourette berupa badan bergerak-gerak sendiri bisa dipicu oleh metabolisme (pemecahan) abnormal dari bahan kimia di otak yang disebut dopamin.
Menurut beberapa penelitian, penyebab sindrom Tourette kemungkinan akibat dari beberapa gen yang berinteraksi dengan faktor lain di lingkungan. Para peneliti masih mempelajari penyebab lain dan faktor risiko lingkungan yang mungkin berkontribusi terhadap sindrom tersebut.
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor berikut juga bisa berpengaruh terhadap berkembangnya sindrom Tourette:
- Merokok selama kehamilan.
- Mengalami komplikasi kehamilan.
- Lahir dengan berat badan rendah.
- Infeksi.
Bisakah Disembuhkan?
Sayangnya, tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan sindrom Tourette dengan sempurna. Namun, tics atau gejala gerakan tubuh dan suara berulang-ulang bisa dikurangi atau diredakan dengan obat-obatan atau terapi. Dengan begitu, pengidap bisa menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.
Berikut obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengendalikan sindrom Tourette:
- Obat-obatan yang memblokir atau mengurangi dopamin. Fluphenazine, haloperidol , risperidone dan pimozide bisa membantu mengendalikan tics.
- Suntikan Botulinum (Botox). Suntikan yang diberikan langsung ke otot yang terkena ini mampu membantu meredakan tics sederhana atau vokal.
- Obat darah tinggi, seperti Clonidine dan guanfacine juga dapat mengobati tics.
- Antidepresan. Fluoxetine, paroxetine, sertraline, dan antidepresan lainnya, bisa meredakan kecemasan, kesedihan, dan gejala obsesif-kompulsif.
- Obat anti kejang. Studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa orang dengan sindrom Tourette merespons dengan baik topiramate yang digunakan untuk mengobati epilepsi.
Sementara terapi yang bisa membantu mengendalikan gejala sindrom Tourette, antara lain:
- Terapi Perilaku. Intervensi perilaku kognitif untuk tics, termasuk latihan untuk membalikkan kebiasaan mampu membantu pengidap memantau tics, mengidentifikasi dorongan firasat dan belajar bergerak secara sukarela yang tidak sesuai dengan tics.
- Psikoterapi. Selain bisa membantu mengatasi sindrom Tourette, psikoterapi dapat membantu masalah yang menyertainya, seperti ADHD, obsesi, depresi, atau kecemasan.
- Stimulasi otak dalam. Untuk tics parah yang tidak merespon pengobatan lain, terapi ini mungkin bisa membantu. Stimulasi otak dalam dilakukan dengan menanam perangkat medis yang dioperasikan dengan baterai di otak untuk mengirimkan stimulasi listrik ke area target yang mengontrol gerakan.
Itulah penjelasan mengenai penyebab sindrom Tourette. Bila kamu merasakan gejala seperti gejala sindrom Tourette, sebaiknya segera temui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Kamu bisa mendapatkan obat dan vitamin yang kamu butuhkan untuk mengatasi masalah kesehatanmu melalui aplikasi Halodoc saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play untuk mendapatkan solusi kesehatan terlengkap dengan mudah.