Bisakah Anak dengan Retardasi Mental Menjalani Hidup Normal?

Halodoc, Jakarta - Jika seorang anak mengalami retardasi mental, maka artinya otaknya tidak berkembang dengan baik atau mengalami cedera. Otak pengidap retardasi mental mungkin juga tidak berfungsi dalam kisaran normalnya fungsi intelektual dan adaptif. Di dunia medis, kondisi ini disebut keterbelakangan mental.
Ada empat tingkatan dalam retardasi mental, yaitu berat, moderat, berat, dan mendalam. Tanda seorang anak mengalami retardasi mental yaitu memiliki IQ rendah dan memiliki masalah dengan penyesuaian diri dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka juga mungkin tidak mampu belajar, berbicara, serta tidak mampu beradaptasi dalam sosial dan fisik.
Baca Juga: Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental
Bagaimana Pengidap Retardasi Mental Menjalani Hidup?
Kasus retardasi mental yang parah dapat didiagnosis segera setelah lahir. Namun, mungkin saat itu bentuk retardasi mental yang dialami anak belum dapat ditentukan. Kondisi yang sebenarnya baru terlihat seiring perkembangannya. Hampir semua kasus retardasi mental didiagnosis pada saat anak mencapai usia 18 tahun.
Dahulu, banyak pakar yang menganggap bahwa orang dengan retardasi mental tidak dapat meningkatkan kemampuan dan tidak bisa sembuh sama sekali. Hanya saja anggapan tersebut diubah perlahan. Dengan penanganan dan pendampingan yang tepat, orang dengan retardasi mental bisa menjalani hidup normal dan mandiri. Bahkan, tidak menutup kemungkinan pada orang dengan retardasi mental kategori normal bisa menjalani hidup normal jika mereka dapat dilatih untuk mencapai kemampuannya.
Perlu dipahami, baik atau kurangnya perkembangan orang dengan retardasi mental tergantung pada lingkungan di sekitarnya. Hal ini berarti keluarga sangat berperan besar untuk mendukung dan membantu anak menjadi mandiri. Baik orangtua atau saudara kandung harus bisa menerima keterbatasan anak untuk menjalankan pengasuhan yang tepat dan sesuai kebutuhannya.
Anak dengan retardasi mental dalam kategori ringan bisa terus dilatih agar ia mampu hidup mandiri. Dengan begitu, ia tidak akan bergantung pada orang lain. Apabila terlalu memanjakannya dengan tanpa memberi bekal kemampuan apa pun, maka bisa menjadi bumerang di masa depan anak.
Baca Juga: Gangguan Jiwa Dapat Terlihat Sejak Anak-Anak, Benarkah?
Cara Membesarkan Anak dengan Retardasi Mental
Bagaimana membesarkan anak dengan retardasi mental, akan berkaitan dengan kategori retardasi dan sejauh apa kemampuan yang dapat dikuasainya. Maka itu, orangtua dianjurkan untuk berdiskusi dengan psikolog anak melalui aplikasi Halodoc untuk mengetahui dan melihat sejauh apa potensi yang dimiliki anak.
Di samping itu, orangtua perlu memperhatikan hal-hal umum mengenai kebutuhan anak:
- Pemilihan Sekolah yang Tepat
Meskipun kemampuan anak dengan retardasi mental kategori ringan dibawah rata-rata, tapi terkadang mereka tidak terlihat memiliki gangguan. Kondisi mulai terlihat saat anak memiliki masalah di bidang akademik. Cari sekolah terbaik yang sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan rujukan psikolog.
- Mengajarkan Kemampuan Berbahasa
Rutinlah melatih kemampuan berbahasa pada anak. Perlahan namun pasti, ajarkan dan perbanyak kosakata yang dapat membantu anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
- Melatih Anak agar Aktif dan Interaktif
Membiarkan anak dengan retardasi anak hanya menghabiskan waktu untuk menonton TV akan menyebabkan perilaku pasif pada anak. Meskipun pilihannya terbatas, ajak dan ajarkan anak berkegiatan yang membuat dia berinteraksi dengan orang lain. Berikan pula pengertian dan pemahaman tertentu agar dia tidak mengalami pelecehan seksual.
Baca Juga: Si Kecil Alami Retardasi Mental, Ibu Lakukan Ini
- Persiapkan Masa Depannya
Anak perlu dibekali keterampilan hidup agar untuk membantunya tidak terlalu bergantung pada keluarga. Ajarkan juga ia bagaimana berkomunikasi yang baik, etika di tempat umum, ketepatan waktu, dan kemampuan untuk bekerja.
Perlu diketahui, orangtua dan keluarga mungkin tidak bisa menjaga anak selama-lamanya. Penting untuk memilihkan sekolah yang tepat untuk meningkatkan kemandirian anak. Di sekolah, anak akan diajarkan dan difokuskan pada peningkatan life-skill. Dengan cara-cara tersebut, anak dengan retardasi mental tetap dapat memiliki kualitas hidup yang baik.



