Bisakah Pengidap Hemofilia Mengalami HIV dan AIDS?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 Januari 2021
Bisakah Pengidap Hemofilia Mengalami HIV dan AIDS?Bisakah Pengidap Hemofilia Mengalami HIV dan AIDS?

Halodoc, Jakarta - Hemofilia merupakan penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh mutasi genetik, sehingga pengidap mengalami kekurangan faktor pembekuan darah yang bekerja sama dengan trombosit untuk menghentikan perdarahan. Jika kondisi tersebut terjadi, pengidap akan mengalami gangguan pembekuan darah, sehingga pendarahan akan terjadi dalam waktu yang lama, bahkan tidak terkontrol. Apakah hemofilia menjadi faktor risiko HIV/AIDS? Berikut ini hubungan keduanya.

Baca juga: Perbedaan Hemofilia Tipe B dengan Hemofilia Tipe C

Hemofilia Menjadi Salah Satu Faktor Risiko HIV/AIDS

Hingga kini belum ditemukan obat yang ampuh untuk mengatasi hemofilia. Proses pengobatannya sendiri dilakukan dengan menyuntikkan faktor pembeku darah langsung ke dalam pembuluh darah vena. Gunanya untuk mengontrol atau menekan terjadinya pendarahan yang membahayakan pengidap. Proses pengobatan tersebut dikenal dengan istilah profilaksis. Meskipun terbilang efektif, tetapi proses pengobatan tersebut yang membuat pengidap berisiko terserang HIV/AIDS.

Informasi tersebut diperoleh dari tahun 1980 silam, di mana banyak pengidap hemofilia yang terkena HIV/AIDS. Tahun tersebut menjadi masa-masa sulit bagi pengidap hemofilia, karena penularan justru terjadi saat proses pengobatan berlangsung. Pengobatan profilaksis sendiri merupakan penyuntikan plasma dari pendonor. Sebelum didonorkan, biasanya pendonor akan diperiksa apakah mengidap penyakit kronis atau tidak.

Setelah ditemukan penyebabnya, ternyata screening merupakan cara yang salah. Metode screening merupakan metode lama, yang diperiksa adalah antibodi terhadap virus. Sedangkan antibodi baru, dapat terbentuk minimal dua minggu setelah terpapar atau terinfeksi virus. Jadi, jika seorang pendonor baru terpapar virus selama seminggu dan menjalani screening, hasilnya tetap negatif. Nah, darah tersebut yang dipakai pengidap hemofilia dan menularkan penyakit HIV/AIDS.

Zaman dulu tentu berbeda dengan saat ini. Kini screening dilakukan dengan metode Nucleic Acid Testing (NAT), yang dapat langsung mendeteksi virus. Bukan itu saja, perusahaan pengembang jika ikut andil dalam memproduksi plasma donor, sehingga keamanannya bisa dipertanggungjawabkan. Dengan begitu, pengidap tidak perlu takut lagi terjangkit HIV/AIDS saat ingin melakukan proses pengobatan hemofilia.

Baca juga: Ini Penjelasan Anak Bisa Jadi Pembawa Hemofilia

Waspadai, Ini yang Menjadi Gejala Hemofilia

Pengidap hemofilia akan mengalami sejumlah gejala berikut ini:

  • Perdarahan pada sendi. Kondisi ini menimbulkan gejala, seperti pembengkakan, nyeri, atau ketegangan pada sendi.
  • Perdarahan pada kulit, otot, dan jaringan. Kondisi ini menyebabkan darah berkumpul di area tersebut.
  • Perdarahan pada mulut dan gusi. 
  • Perdarahan setelah disuntik atau divaksin.
  • Perdarahan pada kepala bayi setelah persalinan.
  • Perdarahan pada urine atau feses.
  • Mimisan yang sulit untuk dihentikan.

Baca juga: Tidak Bisa Sembuh, Hemofilia Lakukan Perawatan Ini

Jika sejumlah gejala yang muncul tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka akan memicu munculnya sejumlah komplikasi. Apalagi jika gejala terjadi dalam jangka panjang dan tanpa penanganan. Berikut ini beberapa komplikasi yang harus diwaspadai:

  • Perdarahan dalam otot yang dapat menekan saraf.
  • Kerusakan sendi yang dapat berujung pada artritis atau destruksi sendi.

Itulah penjelasan mengenai hemofilia yang menjadi faktor risiko HIV/AIDS. Jika kamu mengalami sejumlah gejalanya, jangan ragu untuk memeriksakan diri di rumah sakit terdekat. Ingat, penanganan secepatnya dibutuhkan agar kamu tidak mengalami sejumlah komplikasi yang membahayakan.

Referensi:
Hemophilia News Today. Diakses pada 2021. What Causes Hemophilia?
CDC. Diakses pada 2021. What is Hemophilia?
Tht.org.uk. Diakses pada 2021. Haemophilia and HIV.
Very Well Health. Diakses pada 2021. What Is the Risk of HIV in Hemophiliacs?


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan