Curiga Anak Kena Alergi Telur? Cari Tahu dengan 4 Tes Ini
Halodoc, Jakarta - Alergi makanan sebenarnya memang bukan berupa masalah kesehatan yang langka. Dari banyaknya makanan yang bisa menyebabkan alergi, udang, susu sapi, kacang-kacangan, dan kepiting sering kali jadi pemicunya. Di samping itu, ada pula suatu makanan yang sering dikonsumsi banyak orang, termasuk anak-anak, dan bisa menyebabkan alergi.
Memang cukup disayangkan sih, telur yang kaya akan nutrisi dan gizi, tapi bisa menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang. Dalam kebanyakan kasus, alergi telur biasanya dialami oleh anak-anak, namun bukan berarti orang dewasa bebas sepenuhnya dari alergi ini.
Baca juga: Hati-Hati, 2 Hal ini Bisa Sebabkan Alergi Telur
Alergi makanan seperti telur ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh keliru merespons protein yang berasal dari makanan. Sistem imun menganggapnya sebagai suatu ancaman. Oleh sebab itu, maka akan timbul reaksi alergi berupa rasa gatal dan ruam pada kulit.
Lalu, bagaimana sih cara mengetahui alergi telur pada anak? Seperti apa tes-tes yang perlu dilakukan?
Cara Mendiagnosis Alergi Telur
Seseorang yang dicurigai mengidap alergi telur akan mengalami gejala-gejala keluhan kesehatan ini, ketika atau setelah mengonsumsi telur ataupun makanan yang mengandung telur. Gejalanya, seperti biduran, bibir atau kelopak mata bengkak, mata terasa gatal, batuk, sesak napas, hingga gangguan pencernaan.
Nah, untuk mengetahui apakah Si Kecil mengidap alergi telur atau tidak, biasanya dokter akan memastikan diagnosisnya dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Misalnya:
-
Tes Darah. Dengan memeriksa kadar antibodi tertentu dalam aliran darah yang menunjukkan reaksi alergi.
-
Tes Tusuk Kulit. Kulit akan ditusuk dengan sedikit sampel protein dalam telur. Bila pasien mengalami alergi, maka akan timbul benjolan di lokasi suntikan.
-
Tes Tantangan Makanan. Dalam tes ini, seseorang akan diberikan sedikit telur untuk melihat reaksinya. Bila tak terjadi apa-apa, maka porsi telur akan diberikan lebih besar untuk melihat tanda-tanda alergi. Tapi, tes ini bisa menyebabkan alergi parah. Oleh sebab itu, tes ini harus dilakukan oleh dokter spesialis alergi.
-
Tes Eliminasi Telur. Dalam tes ini, seseorang akan diminta menghilangkan telur dari makanan dan mencatat semua makanan yang dikonsumsi tiap harinya. Dengan menghilangkan asupan telur, dokter akan melihat apakah gejala yang dialami pengidapnya dapat mereda.
Putih Telur dan Mitos Bisulan
Telur sendiri memang tergolong makanan yang paling sering menimbulkan alergi selain susu sapi atau kambing, ikan laut, kedelai, gandum, dan kacang-kacangan. Yang harus diketahui, alergi makanan ini bisa terjadi setelah beberapa waktu ketika makanan yang mengandung alergen (zat pemicu alergi) masuk ke dalam tubuh.
Baca juga: Anak Alergi Telur, Ibu Harus Apa?
Menyoal telur ini, kuning telur dianggap kurang alergenik dibandingkan dengan putih telur. Oleh sebab itu, sebaiknya orangtua perlu menunda pemberian putih telur sampai anak berusia satu tahun untuk mencegah alergi.
Gejala alergi telur pada tiap orang memang berbeda-beda. Tapi, menurut Journal of Agricultural and Food Chemistry, gejala alergi putih telur biasanya akan menyebabkan sakit kepala, mual, dan ruam-ruam kemerahan di kulit. Perlu diingat, ruam-ruam kemerahan ini bukanlah bisul.
Di samping itu, apa kamu pernah mendengar kalau anak terlalu mengonsumsi telur bisa menyebabkannya bisulan?
Nah, bila anak tidak alergi terhadap telur, orangtua tak perlu khawatir akan timbulnya bisul pada kulit anak. Sebab, enggak ada tuh penelitian yang menghubungkan bisulan dengan konsumsi telur. So, dengan kata lain, telur bisa menyebabkan bisul hanyalah mitos belaka.
Bisul sendiri sebenarnya merupakan peradangan kulit yang terlokasi. Biasanya, sering terjadi di folikel rambut. Bisul sendiri mengandung nanah di dalamnya. Nah, nanah yang muncul ini merupakan hasil “pertempuran” sel darah putih dengan bakteri penyebab bisul.
Baca juga: Yang Terjadi pada Tubuh Jika Alergi Telur
Eksim akibat alergi telur ini bisa menimbulkan komplikasi infeksi oleh bakteri staphylococcus aureus. Nah, infeksi yang disebabkan bakteri inilah yang bisa menyebabkan bisul. Bakteri ini sendiri dapat ditemukan pada kulit dan di dalam hidung manusia tanpa menimbulkan masalah. Infeksinya baru bisa terjadi bila bakteri masuk hingga ke folikel rambut melalui luka gores atau gigitan serangga.
Kesimpulannya, setiap orang termasuk orang sehat sekalipun bisa saja mengalami bisulan meski tidak mengonsumsi telur
Mau lebih jauh mengenai alergi telur? Ibu bisa kok bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!